RAHMAT KEMERDEKAAN
“ Jika kamu bersyukur maka AKU akan menambah nikmat tersebut tetapi jika kamu kufur maka sesungguhnya siksaan-KU amatlah pedih "“( QS. Ibrahim : 7 ).
Pada tanggal 17 Agustus 1945, itulah hari kemerdekaan bangsa Indonesia dari penjajahan Belanda yang telah menjajah indonesia lebih dari tiga setengah abad. Oleh sebab itu kemerdekaan tersebut merupakan rahmat terbesar yang diberikan Allah kepada bangsa Indonesia. Hari proklamasi kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus tersebut juga bertepatan dengan hari Jum’at 9 Ramadhan 1364 Hijriyah. Kemerdekaan bangsa Indonesia pada hari tersebut dibuktikan dengan pembacaan Teks Proklamasi Kemerdekaan yang dibacakan oleh Bung Karno dan Mohammad Hatta dengan mengibarkan bendera sangsaka Merah Putih. Sepintas lalu, hari kemerdekaan tersebut adalah merupakan peristiwa politik biasa, tanpa dijiwai oleh nilai-nilai ajaran Islam. Padahal dalam wawancara dengan Cindy adam, seorang wartawati Amerika, Bung Karno mengakui bahwa pemilihan tanggal tujuh belas Agustus tersebut dipengaruhi oleh kewajiban menjalankan shalat sebanyak 17 rakaat yang dijalankan oleh setiap muslim dalam setiap hari. Demikian juga di dalam bulan ramadhan, tanggal tujuh belas merupakan hari Nuzulul Quran, turunnya Kitab suci yang menjadi pedoman hidup bagi setiap muslim. Oleh sebab itu dipilihnya tanggal 17 itu merupakan pilihan yang berdasarkan nilai-nilai religious, bukan hanya polituik semata. Dipilihnya hari Jum’at juga disebabkan karena hari Jum’at dalam ajaran Islam merupakan “ Sayyidul ayyam “( penghulu semua hari ) dan merupakan hari yang terbaik. Itulah sebabnya Bung karno memilih hari proklamasi pada hari Jum’at dan bertepatan dengan tanggal tujuh belas. Walaupun sejarah mencatat bahwa pemilihan tanggal tujuh belas, di hari Jum’at dan bulan ramadhan tersebut merupakan hari yang dipilih dan direncanakan oleh Bung Karno pada 10 Agustus 1945 sewaktu beliau sedang berada di Saigon dalam sebuah perundingan dengan bangsa Jepang yang pada saat itu sedamh menjajah bangsa Indonesia.
Pengeboman pasukan sekutu atas kota Hiroshima dan kota Nagasaki pada 6 dan 9 Agustus telah membuat bangsa Jepang bertekuk lutut, sehingga pada 14 Agustus 1945 Kaisar Hirohito mengumumkan penyerahan seluruh jajahannya kepada pasukan sekutu. Dengan penyerahan kekuasaan tersebut, berarti penjajah jepang juga harus segera angkat kaki dari bumi Indonesia. Setelah pasukan jepang kalah perang, maka pasukan sekutu mengadakan perjanjian Postdam yang menyatakan bahwa dengan kalahnya pasukan jepang, maka Sekutu merumuskan bahwa wilayah yang diduduki jepang menjadi wilayah yang kembali dikuasai oleh sekutu. Tetapi bangsa Indonesia dengan penuh kecerdikan dan penuh beranian, pada saat peralihan kekuasaan itulah segera memproklamirkan kemerdekaannya tanpa menghiraukan hasil keputusan Postdam tersebut antara sekutu dan jepang.
Pemimpin bangsa Indoensia yakin bahwa inilah kesempatan untuk keluar dari penjajahan, terlebih lagi bangsa Indonesia adalah bangsa yang bertuhan, dan yakin dengan pertolongan dan rahmat dari pada Allah Taala. Tetapi pertolongan tersebut hanya dapat dicapai dengan ikhtiar melakukan proklamasi kemerdekaan dengan segera. Kemerdekaan itu merupakan rahmat dan dapat terjadi hanya dengan kekuasaan dan iradah Allah Taala. Tanpa rahmat, kekuasaan dan iradah Allah. Maka kemerdekaan itu tidak akan pernah terjadi sama sekali. Itulah sebabnya dalam Piagam Jakarta bangsa Indonesia telah merumuskan nilai-nilai kemerdekaan dengan kata-kata : “ Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan dengan didorong oleh keinginan luhur, supaya berkehidupan yang bebas, maka rakyat Indonesia menyatakan dengan ini kemerdekaannya “. Dari untaian kata di atas terlihat bahwa keberanian bangsa Indonesiauntuk memproklamasikan kemerdekaannya itu adalah berkat rahmat Allah subhana wa taala. Apalagi proklamasi tersebut dilaksanakan pada 9 Ramadhan, dimana sebagaimana diketahui bahwa sepuluh hari pertama dalam bulan puasa adalah bulan-bulan yang penuh dengan rahmat, dan hari proklamasi tersebut masih berada dalam sepuluh awal bulan ramadhan.
Sewaktu pasukan Sekutu mendengar bahwa Indonesia telah merdeka, maka Belanda dan sekutu tidak mau mengakui kemerdekaan tersebut, karena mereka masih terikat dengan perjanjian Postdam .Sekutu yang baru saja unjuk kekuatan mengalahkan Jepang segera mengadakan serangan dengan nama agresi pertama dan kedua. Bangsa Indonesia yang baru merdeka dan belum mempunyai angkatan perang yang kuat dan persenjataan militer yang canggih berperang menghadapi pasukan Sekutu yang mempunyai peralatan yang canggih. Secara perhitungan matematis, sudah tentu bangsa Indonesia akan kalah karena bangsa Indonesia dengan bamboo runcing melawan pasukan yang memiliki pesawat tempur dan bom. Walaupun demikian, ternyata dengan senjata bambu runcing dan teriakan takbir “Allahu Akbar”, dan keyakinan akan pertolongan Allah maka bangsa Indonesia mampu mengalahkan sekutu, padahal pasukan Jepang yang mempunyai peralatan cangih terbukti tidak dapat mengalahkan sekutu. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa kemenangan bangsa Indonesia melawan sekutu tersebut bukanlah karena kekuatan militer yang hebat tetapi disebabkan oleh pertolongan kekuatan daripada Allah semata-mata.
Sebagai bukti pada tanggal 10 Nopember 1945 pasukan Inggeris kehilangan dua orang perwira dalam pertempuran di Surabaya ditambah dengan seorang perwira lagi yang tewas di daerah Jawa barat pada 9 Nopember 1945. Kehilangan tiga orang perwira tinggi dalam waktu yang relatif singkat merupakan kejadian yang luar biasa dalam angkatan perang Ingeris, karena hal tersebut tidak pernah dialami oleh Inggeris selama perang dunia kedua. Bangsa indonesia dengan bermodalkan bambu runcing dan teriakan “ Allahu Akbar” dapat mengalahkan Inggeris yang bersenjata lengkap da;lam waktu yang relatif singkat. Bukankah ini merupakan rahmat Allah Taala terhadap bangsa Indonesia..?
Dari penjelasan di atas ternyata sejarah telah membuktikan bahwa kemerdekaan bangsa Indonesia adalah merupakan rahmat dari pada Allah subhana wa taala. Konsekwensi daripada itu, maka setiap rahmat itu wajib disyukuri. Bangsa Indonesia, apalagi para elite politik yang sedang memegang kekuasaan wajib mensyukuri rahmar kemerdekaan tersebut. Bagaimanakah cara mensyukuri rahmat kemerdekaan tersebut..? Ajaran islam mengajarkan bahwa cara mensyukuri nikmat kemerdekaan adalah dengan menjalankan segala petunjuk dan perintah dari Allah subhana wa taala. Kesyukuran nikmat bukan dengan pesta pora apalagi dengan cara-cara yang mengandung unsur maksiat dan sesuatu yang sia-sia. Kesyukuran nikmat dalam ajaran islam harus dengan cara melakukan segala sesuatu yang dapat mencapai ridha Allah subhana wa taala. Dalam Al Quran dijelaskan bagaimana doa Nabi Sulaiman sewaktu beliau mensyukuri nikmat yang telah diberikan kepadanya : ‘ Ya Tuhanku, berilah kepadaku ilham untuk dapat tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orangtuaku dengan cara mengerjakan amal yang shaleh yang Engkau ridhai dan masukkanlah aku dengan rahmat_mu ke dalam golongan hamba-Mu yang sholeh “ ( Qs. Al Naml : 27 ).
Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa mensyukuri nikmat adalah dengan cara melaksanakan segala perintah Allah dan melakukan perbuatan yang sesuai dengan keridhaan-Nya. Jika kita melakukan hal yang tidak sesuai dengan perintah Allah, atau membiarkan maksiat dan kemungkaran meraja lela di bumi Indonesia, sepertinya berleluasanya kedzaliman, korupsi, kemungkaran, itu semua berarti tidak mensyukuri nikmat kemerdekaan yang telah diberikan oleh Allah kepada kita. Akibatnya nikmat kemerdekaan itu dapat menjadi “istidraj:, yaitu nikmat yang terus diberikan sampai suatu saat dimana Allah akan menghancurkan dan menyiksa mereka yang bermaksiat dengan nikmat tersebut. Rasulullah saw bersabda : “ Apabila kamu melihat seseorang yang mendapat nikmat dari Allah Taala sedangkan orang tersebut tetap dalam kemaksiatan dan melanggar perintah Allah, maka ketahuilah bahwa itu adalah “istidraj”, sebagaimana firman Allah Taala : “ Maka apabila mereka lupa atas apa yang diperingatkan kepada mereka, maka Allah lapangkan segala sesuatu kepadanya “ ( QS. Al An’am : 144 ).
Jika Allah melapangkan rezki dan pemberiannya kepada mereka yang menentangnya itu bukan berarti rahmat, karena memberikan nikmat terus menerus agar dia mendapat siksa yang lebih keras pada masa mendatang. Dalam ayat yang lain, Allah berfirman : “ Dan mereka yang mendustakan dengan ayat-ayat Kami, maka Kami akan berikan “ istidraj” ( tetap memberikan nikmat kepada mereka sehingga mereka terpedaya dan akhirnya disiksa akibat mereka inkar dengan nikmat tersebut ) tanpa mereka sadar dan mengetahui hal tersebut “ ( QS. Al A’raf : 182 ). Dalam ayat yang lain juga disebutkan : “ Maka biarkan aku untuk mengurus orang yang telah mendustakan nkmatKu tersebut, mereka akan kami tarik ( istidraj ) tanpa mereka ketahui “ ( QS. Al Qalam : 44 ). Berarti mempergunakan kenikmatan dan rahmat kemerdekaan kepada perbuatan dosa, kemaksiatan dan kedzaliman dan membiarkan kekafiran, kemusyrikan dan lain sebagainya secara terus menerus merupakan “istidraj” daripada Allah Taala, yang akan berakibat kepada kemungkaran dan azab Allah. “ Jika kamu bersyukur dengan nikmatKu maka Aku akan menambah nikmat tersebut, tetapi jika kamu ingkar dengan nikmatKu, maka azabKu sangat pedih “ ( QS. Ibrahim ; 14 ). Oleh sebab itu marilah segera kita memperbaiki diri, dan menuntun masyarakat untuk mensyukuri nikmat dan rahmat kemerdekaan dengan perbuatan yang baik, saleh, amal yang produktif, bangsa yang diberi petunjuk dalam kebenaran, mencapai kebahagiaan dengan menegakkan keadilan dan memberikan kesejahteraan kepada rakyat, sehingga dengan rahmat kemerdekaan tersebut bangsa Indonesia menjadi bangsa yang kuat, dan masyarakat mendapatkan keberkahan dan keridhaan Allah “ baldatum Tayyibatun wa Rabbun Ghafuur “,
ReplyReply allForward |
Komentar