No. 1341 Kegelisahan Seorang Mukmin

KEGELISAHAN SEORANG MUSLIM

Nabi Musa alaihissalam berkata : “ Aku bersegera kepadaMu, Ya Tuhanku, agar Engkau ridha kepadaku “ ( Surah Thaha : 84 ).

Dalam Al Quran dikisahkan bahwa Nabi Musa alaihissalam berkata : “ Aku bersegera kepadaMu, Ya Tuhanku, agar Engkau ridha kepadaku “ ( Surah Thaha : 84 ). Sebagian Ulama menyatakan bahwa sikap Nabi Musa ingin bersegera kepada Tuhan disebabkan oleh keresahan hati karena kerinduan kepada Tuhan.  Oleh sebab itu keresahan adalah kerinduan yang terbebas daripada kesabaran.

Dalam sirah nabi juga dikisahkan bahwa pada suatu malam siti Aisyah melihat nabi sangat gelisah, kemudian siti Aisyah bertanya : Ya Rasulullah, aku melihatmu dalam kegelisahan, apakah yang membuatmu merasa gelisah? Rasulullah menjawab : “ Aku merasa gelisah sebab tadi kita mendapat makanan gandum yang banyak sebagian sudah kita sedekahkan, tetapi masih ada sedikit lagi yang masih tersisa belum sempat kita bagi-bagikan,maka aku sangat gelisah jika seandainya nanti aku berjumpa dengan Tuhanku dan aku ditanya soal makanan gandum tersebut ”. Riwayat lain juga menceritakan bahwa jika akan masuk waktu shalat, Rasulullah selalu nampak gelisah sehingga apabila waktu shalat telah masuk, beliau segera berkata kepada sahabat Bilal bin rabah : “ Wahai Bilal..arihna bissaalah… Wahai Bilal, hiburlah kami ini ( tenangkanlah kegelisahan hati kami ini ) dengan panggilan shalat “. Berarti shalat,  berjumpa dengan Allah, itu merupakan cara untuk menghilangkan keselisahan hati.

Sayidina Ali bi Abi Thalib jika selama tujuh hari tidak  menerima seorang tamupun di rumahnya, maka beliau sangat gelisah; mengapa tidak ada tamu yang datang ke rumah dalam minggu ini, sehingga dia selalu berpikir ketiadaan tamu yang darang ke rumanya tersebut merupakan peringatan dan azab Allah bagi dirinya, maka dia akan bersegera meningkatkan ibadah dan  kebajikan.

Seorang sahabat bernama Zaidul Khail datang menghadap kepada rasulullah dan berkata: “ Ya rasulullah aku datang untuk bertanya kepadamu, apakah alamat ( tanda) yang diberikan oleh Allah Taala kepada orang yang menghendakiNya; dan apakah alamat yang diberikan Allah bagi orang yang tidak menghendakiNya?  Rasulullah saw menjawab dengan bertanya kembali kepada sahabatnya yang bernama Zaidul Khail : Bagaimanakah keadaanmu pada hari ini ? Sahabat Zaidul Khail menjawab : “ Keadaanku adalah mencintai kebajikan dan mencintai orang yang mengerjakan kebajikan. Apabila aku sanggup untuk melakukan suatu kebajikan maka aku akan bersegera  mengerjakannya; dan jika aku belum dapat melakukannya maka aku akan tetap merasa gelisah dan  merindukan untuk segera melakukannya “. Rasulullah menjawab : “ Ini adalah alamat ( tanda ) Allah kepada siapa yang menghendakiNya. Jika Allah menghendaki engkau untuk yang lain, niscaya disiapkanNya apa yang engkau kehendaki  itu untukmu dan kemudian Allah tidak akan menghiraukan keadaan engkau yang berada di lembah dimana engkau akan binasa “.( hadis riwayat Thabrani).

Seorang lelaki bertanya kepada Imam Hasan al Basri, seorang ulama dari kalangan Tabi’in : “ Wahai Abu Sa’id (panggilan untuk Hasan al basri ), bagaimanakah sepatutnya yang aku lakukan pada pagi hari ini ?  Imam Hasan al Basri menjawab : Penuhilah harimu itu dengan kebajikan”. Orang itu bertanya kembali kepada Imam Hasan al Basri : “ Bagaimanakah keadaanmu pada hari ini? “. Imam Hasan al basri menjawab : “ Engkau bertanya kepadaku tentang keadaanku. Bagaimanakah pendapatmu dengan manusia yang menumpang kapal, sehingga sampai di tengah lautan, dan pecahlah kapal itu; sehingga setiap orang bergantung dengan sepotong kayu . bagaimanakah menurutmu keadaan manusia pada waktu itu..?”.Orang itu menjawab : “ Pastilah mereka dalam keadaan gelisah “. Imam Hasan al Basri kemudian melanjutkan : “  Keadaanku lebih gelisah dan susah daripada keadaan mereka “.

Menurut Ibnu Qayim al jauzi, dalam kitab Madarijussalikin tingkatan qalaq, atau kegelisahan seorang muslim itu ada tiga tingkatan :

1. Kegelisahan hati yang disebabkan oleh kurangnya waktu untuk melakukan perbuatan baik, sehingga tidak menghiraukan keadaan manusia lain dikarenakan adanya keingininan untuk segera merasakan nikmatnya kematian., perjumpaan denga Tuhannya.  Dia sangat mencintai kematian bagi hidupnya jika seandainya hidupnya akan datang akan membawanya kepada kemungkaran. Rindunya kepada kematian bukan karena kematian tetapi karena prjumpaan dengan Tuhan hanya didapat dengan kematian.

2. Kegelisahan hati yang dapat mengalahkan akal, mengosongkan pendengaran dan menghambat kekuatan sabar. Mengalahkan akal, maksudnya akal hanya berpikir bagaimana mendapatkan apa yang dirindukan sehingga seluruh perhatian dan pemikiran hanya tertuju kepada hal yang dirindukan. Mengosongkan pendengaran, maksudnya tidak memperdulikan segala bisikan, rayuan yang memalingkan daripada apa yang dirindukan. Hal yang didengar adalah hanya suara-suara dan perintah dari  Allah  dan rasulNya; sedangkan perkataan yang lain tidak dihiraukan sama sekali. Kegelisahan yang menghambat kekuatan sabar, maksudnya hati sudah tidak sabar lagi untuk menunggu agar dapat berjumpa dengan Dzat Yang dirindukan,  Allah subhana wa taala. Orang yang gelisah dengan perjumpaan Tuhan tidak akan sabar lagi dengan kehidupan, kekayaan, di dunia, apalagi dengan kesenangan dunia ; tetapi semuanya segera diberikan kepada Tuhan dengan melakukan amal ibadah dan amal kebajikan sebanyak-banyaknya.

3. Kegelisahan hati seorang muslim yang tidak ada batas dan tidak membiarkan sesuatu untuk menghalanginya. Kegelisahan yang tidak mengenal batas, maksudnya seorang muslim itu akan tetap  gelisah tanpa mengenal batas waktu dan tempat untuk hidup dengan petunjukNya. Gelisah dalam segala keadaan sebab dalam keadaan apapun dan situasi apapun sebab perhatian hanya tertuju untuk berjumpa dan merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap aktiviti kehidupan. Dengan kegelisahan dan kerinduan yang terus menerus maka orang tersebut akan melihat bahwa kehadiran yang lain bukan menjadi penghalang untuik merasakan kehadiranNya, sehingga orang yang gelisah dengan kehadiran Tuhan akan merasakan bahwa kehadiran yang lain itu tidak pernah ada, sebab yang ada hanyalah  kehadiran Dzat Yang dirindukan.

Sejarah mencatat kisah putri rasulullah Fatimah  sewaktu melihat rasulullah sedang sakit dan menghadapi kematian, Fatimah sangat sedih tetapi kemudian rasululah berbisik kepadanya sehingga membuat Fatimah merasa gembira, sewaktu ditanyakan kepada Fatimah mengapa engkau dapat bergembira pada waktu akhir hayat Rasulullah, Fatimah menjawab : “ Sewaktu aku melihat Rasulullah, aku menangis akan berpisah dengannya; tetapi sewaktu beliau berbisik kepadaku menyatakan bahwa aku adalah orang yang pertama yang akan menyusul kematian beliau, maka aku sangat bergembira “.

Khalifah Umar bin Khatab masuk kedalam masjid dan melihat sahabat Nukman bin Al Muqarrabin sedang shalat. Setelah selesai shalat, Umar berkata kepada Nukman : wahai Nukman, aku ingin melantikmu menjadi amir ( penguasa suatu kawasan )”. Nukman al Muqarrabin menjawab : Wahai Khalifah, aku tidak ingin menjadi seorang amir; tetapi aku ingin menjadi seorang pejuang “. Umar segera mengarahkannya untuk berperang di Isfahan; dan akhirnya Nukman tercedera dan mati syahid. Kegelisahan Nukman adalah karena belum mendapat kesmpatan menjadi pejuang sehingga ketiadaan kedudukan dan pangkat bukan menjadi penyebab kegelisahannya.

Dalam perang badar, sahabat Sa’ad bin Khusaimah dan orangtuanya ( Khusaimah bin Haris ) ingin sama-sama berjuang ikut dalam perang Badar. Setelah sampai di hadapan rasulullah, maka beliau hanya mengizinkan  salah seorang  dari mereka yang boleh ikut berperang. Untuk itu mereka mesti melakukan pengundian siapa diantara anak atau ayah yang akan ikut berjihad. Khusaimah bin haris berkata kepada anaknya : “ Salah seorang dari kita harus ada yang mengalah, maka sebaiknya engkau saja anakku yang tinggal sehingga kamu dapat berkumpul lagi bersama isterimu, biar aku saja yang pergi berjihad “. Si anak Sa’ad bin Khusaimah menjawab : “ Wahai ayahku, jika bukan karena syurga, maka aku tidak akan melepaskan kesempatan ini untukmu, sesungguhnya aku juga menginginkan syahid di medan perang “. Akhirnya mereka berdua mengadakan pengundian, dan akhinya Sa’ad terpilih dalam pengundian tersebut untuk keluar berjihad bersama Rasulullah dalam perang Badar.

Seorang mukmin adalah orang yang gelisah jika dunia menjadi penghalang akan kerinduan  untuk berjumpa dengan Allah; itulah maksud hadis : “ Dunia itu adalah penjara bagi orang yang beriman dan surga bagi orang kafir “. Sudahkah kita gelisah dengan dunia, dan rindu dengan kematian atau sebaliknya, kita  gelisah dengan kematian dan rindu dunia ? Jika kita masih gelisah dengan dunia, dan bukan gelisah dengan perjumpaan dengn Tuhan mungkin disebabkan dalam hati kita masih ada cinta dunia, sebagaimana Rasulullah bersabda : “ Hampir tiba suatu masa dimana umat lain  datang menggerumuni kamu bagaikan orang yang hendak makan menggerumuni hidangan mereka “. Seorang  sahabat bertanya : “ Apakah waktu itu bilangan kami sedikit ? “. Nabi menjawab : “ Bahkan kamu pada hari itu sangat banyak sekali, tetapi kamu umpama buih di atas air; sebab Allah telah mencabut rasa takut  dari hati musuh kamu, sedangkan dalam hati kamu  dicampakkan  penyakit “wahan”. Sahabat bertanya : Ya Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan penyakit “wahan”? Nabi menjawab : “ itulah penyakit cinta akan kehdupan dunia dan takut menghadapi kematian “. ( riwayat Abu daud ). Fa’tabiru Ya Ulil Albab.

 

 


Share This Post

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore

Do You Want To Boost Your Business?

drop us a line and keep in touch

Discover more from ISTAID Center

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading