No 1.192 Keteguhan Sultan Abdul Hamid

Renungan Jumat ISTAID No. 1.192 | Jumadil Awal 1437 H | Februari 2016

“Ketahuilah, bahwa sesungguhnya wali-wali Allah itu tidak ada pada diri
mereka rasa takut dan sedih”. (QS. Yunus: 62)

Tanggal 3 Maret 1924 adalah hari sejarah hitam bagi umat Islam, sebab pada tanggal tersebut Kekhalifahan Turki Usmaniyah telah dijatuhkan dan digantikan dengan didirikannya Republik Turki Sekular yang dipimpin oleh Mustafa Kemal at Taturk. Kekhalifahan Islam Usmaniyah merupakan kelanjutan dari kekhalifahan Islam sejak zaman Rasulullah SAW dan Khulafaur Rasyidin.

Menurut Abdullah Azzam, selama 3 abad orang-orang Barat memusatkan perhatiannya kepada bagaimana menghancurkan Khilafah Islam, sehingga mereka berhasil menyingkirkan Khalifah Sultan Abdul Hamid yang berkuasa sejak tahun 1876 – 1909 Masehi.

Pada tahun 1887 Masehi, masyarakat yahudi membentuk organisasi yang dipimpin oleh Theodore Hertzl, bertujuan sebagaimana dikatakan oleh Hertzl, “Sesunguhnya alasan kita berkumpul di tempat ini adalah untuk mencari tanah yang akan kita jadikan sebagai negara kita”. Hertzl melanjutkan “Saya ingin membangun sebuah negara di atas tanah leluhur kita. Pendirian negara ini saya batasi waktunya sekitar sepuluh sampai dua puluh tahun, dan jangan sampai lebih dari lima puluh tahun”. Sewaktu mereka melihat apakah yang menjadi halangan untuk mewujudkan keinginan tersebut, maka mereka lihat bahwa daerah leluhur mereka yaitu negeri Palestina, berada di bawah kekuasaan Khilafah Usmaniyah.

Mereka melihat bahwa Khilafah pada waktu itu dipimpin oleh Sultan Abdul Hamid, seorang pemimpin umat yang taat dan mempunyai pendirian dan prinsip yang kuat. Dia tidak dapat diperdaya dengan wanita dan juga tidak dapat dibuai dengan minuman keras, jika demikian mereka mencoba untuk membujuk Sultan dengan harta kekayaan.

Pada tahun 1902, mereka menjumpai Sultan Abdul Hamid dan menawarkan empat hal: (1) Kami akan memberikan 150 juta dinar emas ke kantong pribadi Sultan. (2) Menutup sebagian besar hutang negara Kekhalifahan Usmaniyah. (3) Membantu membangun armada laut. (4) Mendirikan Universitas Daulah Usmaniyah yang besar. Tawaran itu diberikan dengan imbalan agar Sultan memberi izin untuk orang yahudi berhijrah ke negeri Palestina. Namun apa jawaban Sultan kepada Hertzl, “Sesungguhnya andaikan badanku disayat-sayat dengan pisau atau salah satu anggota badanku dipotong maka itu lebih aku suka daripada aku mengizinkan kalian tinggal di bumi Palestina yang merupakan negeri kaum muslimin. Sesungguhnya bumi Palestina telah direbut dengan pengorbanan darah. Dan sekali-kali bumi ini tidak akan dirampas dari mereka melainkan dengan pertumpahan darah. Dan sungguh Allah telah memuliakanku sehingga dapat menjadi pelayan kepada agama Islam selama 30 tahun. Dan aku tidak akan mencoreng sejarah para leluhurku dengan aib ini”.

Pemimpin yahudi tidak berputus asa untuk membujuk Sultan, sehingga dia meminta tolong kepada temannya Neolinsky untuk dapat membeli tanah Palesina walau sekecil apapun. Akhirnya Sultan mengirim surat kepada Neolinsky, “Jika benar Hertzl itu adalah temanmu sebagaimana engkau adalah temanku, maka beritahukan dia jangan sekali-kali dia meneruskan langkahnya karena aku tidak akan menjual sejengkalpun wilayah kekuasaanku sebab kerajaan ini bukan milikku pribadi, malainkan milik seluruh kaum muslimin. Dan untuk memperoleh itu, mereka telah mengorbankan harta benda dan hidupnya. Oleh karena itu kami mempertahankan bumi ini dengan darah kami pula, dari setiap usaha yang dilakukan oleh pihak luar untuk merebutnya. Pasukan kami telah terjun dalam medan perang di Syria dan Palestina. Mereka rela gugur satu demi satu, karena tidak seorangpun dari prajurit kami yang mau menyerah kepada musuh. Mereka lebih senang mati membela kehormatan Islam daripada hidup dalam kenistaan. Kerajaan Turki Usmaniyah bukanlah milik pribadiku, melainkan milik bangsa Turki. Tanah sejengkalpun tidak boleh dijarah orang lain. Sebaiknya orang yahudi menyimpan saja uang jutaan yang kalian miliki tersebut. Seandainya kerajaan ini bisa dihancurkan dan diluluhkan, barulah orang yahudi dapat mengambil tanah Palestina dengan mudah. Akan tetapi harus diingat bahwa kami tidak akan mundur dari tekad yang telah kami pegang selama ini. Orang yahudi tidak akan bisa menghancurkan kami sebelum melangkahi mayat-mayat kami terlebih dahulu”.

Setelah menerima surat tersebut, orang yahudi tidak kehilangan akal sehingga mereka mencari cara lain untuk menghancurkan kekuatan Sultan, yaitu dengan mempergunakan yahudi-yahudi Turki yang melakukan pergerakan rahasia. Mereka menebarkan isu dan fitnah yang mengatakan bahwa Sultan adalah peminum, pezina, dan lain sebagainya, baik di dalam negeri Turki ataupun di luar negeri Turki yang masih di bawah kekuasaan Turki, seperti Mesir, dan lain sebagainya. Mereka berusaha untuk mempengaruhi orang-orang yang dekat dengan Sultan, dan pemimpin-peminpin negeri yang takluk di bawah Sultan dengan membangkitkan semangat kedaerahan dengan tujuan agar setiap negeri akan melepaskan diri dari kesultanan Turki Usmaniyah. Mereka membantu orang nasrani seperti George Zaidan untuk menerbitkan surat kabar Darul Hilal di Lebanon, dan juga Salim Naqlan dan Philip Naqlan mendirikan surak kabar al Ahram di Mesir untuk menyebarkan fitnah keburukan Sultan.

Salonika adalah salah satu kota di bawah kekuasaan Turki yang berpenduduk 120 ribu orang tetapi diantara mereka terdapat 8.000 keturunan dan berdarah yahudi, walaupun mereka beragama Islam. Di antara pemuda kota ini ada yang masuk ikut menjalani pendidikan militer dan diantara mereka terdapat Mustafa Kamal Pasha dan lain sebagainya yang kelak menjadi komandan di pasukan perang. Akhirnya mereka dapat mempengaruhi pasukan militer Turki untuk menurunkan dan menangkap Sultan Abdul Hamid pada tahun buan April 1909. Akhirnya pasukan Inggris menguasai wilayah Palestina pada tahun 1917, dan kekhalifahan Tuki jatuh ke tangan Inggris dengan perjanjian Luzon, dan akhirnya Inggris memberikan kepemimpinan Turki di bawah Mustafa Kamal Pasha dengan syarat-syarat yang telah ditentukan dalam perjanjian tersebut.

Sultan Abdul Hamid dipenjarakan di sebuah di kota Salonika. Diantara penjaga penjara terdapat seorang murid dan pengikut Tarekat Sadziliyah, sedangkan Sultan Abdul Hamid juga merupakan pengikut Tarekat Sadziliyah dibawah bimbingan gurunya Syekh Abu Samat.

Sultan Abdul hamid berkirim surat kepada gurunya: Saya meninggalkan kekhalifahan bukan karena sesuatu sebab tertentu, melainkan karena adanya tipu daya dengan berbagai ancaman dari tokoh-tokoh Organisasi Persatuan yang dikenal dengan nama Cun Turk, sehingga terpaksa meninggalkan kekhalifahan tersebut. Sebelumnya organisasi ini telah mendesak saya berulang-ulang agar saya menyetujui dibentuknya sebuah negeri nasional bagi bangsa Yahudi di bumi Palestina. Saya tetap tidak menyetujui permohonan berulang-ulang yang memalukan itu. Akhirnya mereka menjanjikan uang sebesar 150 juta poundsterling emas, saya tetap dengan tegas menolak tawaran itu dan saya menjawab dengan kata-kata, “Seandainya kalian membayar dengan selurh isi bumi ini, aku tidak menerima tawaran itu. 30 tahun lebih aku hidup mengabdikan diri kepada kaum muslimin dan kepada agama Islam itu sendiri. Aku tidak akan mencoreng lembaran sejarah Islam yang telah lama dirintis oleh nenek moyangku, para sultan dan khalifah kerajaan Turki Usmaniyah. Sekali-kali aku tidak akan menerma tawaran kalian”.

Setelah mendengar dan mengetahui sikap dan jawaban saya tersebut, mereka dengan kekuatan rahasia yang mereka miliki memaksa saya untuk meninggalkan kekhalifahan, dan mengancam akan mengasingkan saya di Salonika. Maka terpaksa saya menerima keputusan itu daripada saya menyetujui permintaan mereka. Saya masih bersyukur kepada Allah, karena saya menolak untuk mencoreng kerajaan Islam Turki dan dunia Islam pada umumnya dengan noda abadi yang diakibatkan oleh berdirinya negeri yahudi di tanah Palestina. Biarlah semua berlalu. Saya tidak bosan mengulang-ulang rasa syukur kepada Allah yang telah menyelamatkan kita daripada aib yang besar itu. Saya rasa cukup disini saja apa yang perlu saya sampaikan dan sudilah anda dan segenap teman-teman menerima salam hormat saya. Guruku yang mulia mungkin sudah terlalu banyak yang saya sampaikan. Harapan saya, anda bersama jamaah yang anda bina dapat memaklumi semua ini. Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, 22 September 1909, tertanda pelayan kaum muslimin, Abdul Hamid bin Abdul Majid.

Dari kisah diatas dapat dilihat bagaimana keteguhan hati Sultan Abdul Hamid dalam mempertahankan negeri umat Islam, sehingga beliau rela menderita, diasingkan, dan dipenjara daripada menyerahkan negeri kaum muslimin kepada musuh. Semoga di bulan Maret ini kita dapat mencari hikmah dan pelajaran dari jatuhnya Kekhalifahan Turki, dan berharap akan muncul pemimpin umat Islam hari ini yang dapat mengikuti jejak langkah beliau.

Fa’tabiru Ya Ulil Albab.

Share This Post

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore

Do You Want To Boost Your Business?

drop us a line and keep in touch

Discover more from ISTAID Center

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading