MUHASABAH

today January 28, 2023 account_circle Arifin Ismail

 

 

“ Hendaklah manusia itu memperhatikan apa yang akan dilakukannya besok hari “ 

( QS. Al Hasyr : 18)

 

Allah Taala sebagai pencipta alam telah membagi waktu bagi manusia dalam tahun, bulan, dan hari. Pada kitab suci al Quran dinyatakan : “ Sesungguhnya bilangan bulan disisi Allah ialah dua belas bulan “ ( QS. Taubah : 36 ). Demikian juga rasulullah dalam Khutbah haji terakhir bersabda : “ Ketahuilah bahwa masa itu terus berputar sebagaimana perjalanan hari , Allah menciptakan langit dan bumi, satu tahun itu terdapat dua belas bulan “ ( hadsi riwayat Ahmad, Bukhari, Muslim, Abu Daud, dan Baihaqy ). Dalam satu tahun terdapat dua belas bulan, dalam satu bulan terdapat tigapuluh hari atau dua puluh sembilan atau 28 hari, dan dalam setiap hari terdapat duapuluh empat jam. Allah menciptakan perputaran tahun, pergantian bulan, dan perbedaan tanggal dan hari agar manusia dapat melakukan muhasabah diri untuk dapat meningkatkan nilai dan kualitas amal kebaikan yang dilakukannya pada setiap pergantian tahun, bulan,hari dan jam demi jam yang dilaluinya.

Imam Ghazali dalam kitab Ihya Ulumuddin, bab "Muhasabah" mengatakan  ada riwayat menceritakan bahwa :  “ Bagi setiap manusia setiap hari telah disediakan baginya 24 khazanah yang tersusun rapi (  gudang juga bisa di maksudkan file, berarti setiap orang dalam setiap satu jam akan mendapatkan satu file, atau satu gudang ). Nanti, di akhirat kelak, setiap orang akan membuka gudang atau file-file tersebut dari setiap jam  yang dilaluinya.  Diantara gudang atau file tersebut ada yang penuh dengan cahaya dan bersinar-sinar, ternyata itu adalah hasil perbuatan yang baik yang telah dilakukannya dalam satu jam . Melihat keadaan itu, orang tersebut akan bergembira sebab jam-jam yang dilaluinya penuh dengan kebaikan yang telah memberikan pahala bagi dirinya sebagai bekal dia berjumpa dengan Tuhannya. Setelah itu dibukanya file dan gudang yang lain, ternyata gudang dan file itu gelap, hitam dan berbau busuk. Ternyata itulah waktu-waktu dan jam-jam yang dilaluinya dengan penuh dosa , dan kemaksiatan pada waktu dia berada di dunia dahulu. Setelah itu dibukanya file dan gudang yang lain, maka dilihatnya ada gudang atau file yang kosong, tidak ada cahaya dan juga tidak ada kegelapan. Ternyata itu adalah waktu-waktu  yang tidak dipergunakan dan jam-jam yang kosong hanya diisi dengan sesuatu yang tidak bernilai, seperti hiburan, permainan sehingga waktu itu tidak bernilai positip, juga tidak menjadi hitam, sebab orang itu tidak melakukan maksiat, hanya saja waktu itu kosong, tidak bermakna. Menurut Imam Ghazali, itulah waktu yang manusia tidur, atau lalai, atau sibuk dengan sesuatu yang dibolehkan di dunia ( mubah ), tetapi tidak bernilai ibadah, atau amal saleh, apalagi amal jariyah, yang dapat memberikan point dalam kehidupan, yaitu waktu yang disia-siakan sepanjang hari.

Bagi kehidupan muslim  setiap hari adalah hari baru, bukan hanya setiap tahun, sebab pertangungjawaban manusia kepada Allah dihitung dalam setiap  detik yang dilakukan, bukan dalam setahun sekali. Sebagaimana wasiat Rasulullah mengenai pemakaian waktu  yang dinyatakan  dalam sebuah hadis  : ‘ Tidak akan datang suatu hari, kecuali hari itu akan berkata-kata kepada seluruh manusia  : “ Wahai anak cucu Adam, aku adalah hari baru bagimu..Aku ini  akan menjadi saksi atas semua perbuatan yang kamu lakukan. Oleh sebab itu jadikanlah aku sebagai bekal hidupmu, sebab jika aku telah berlalu, maka aku tidak akan pernah kembali lagi sampai hari kiamat kelak “. Hadis dengan makna diatas diriwayatkan oleh Baihaqi dan Dailami.

Bagi muslim waktu adalah nikmat Allah yang tak ternilai harganya , karena dengan waktu yang Allah berikan kepada manusia maka manusia dapat mencapai kebahagian hidup di dunia dan di akhirat yang kekal nanti. Tapi sayang banyak manusia yang tidak dapat mempergunakan waktu dengan sebaik-baiknya sebagaimana dinyatakan oleh sebuah hadis : “ Dua kenikmatan yang banyak dilalaikan orang yaitu kesehatan dan kesempatan “. hadis riwayat Bukhari, Tirmidzi dan Ibnu Majah.

Allah memperingatkan manusia agar menjaga waktu dengan sebaik-baiknya,sehingga setiap detik, waktu itu harus diisi dengan iman dan amal shaleh,  sebagaimana dalam surah Al Asr : “ Demi waktu, Sesungguhnya manusia itu akan mendapat kerugian, kecuali orang yang   dapat memakai waktu itu dengan iman kepada Allah dan melakukan amal yang saleh.  Dan ( kemudian setelah itu ) mereka saling “ tawasau “nasehat-menasehati ( mengevaluasi diri ) atas ( standar ) kebenaran dan ( kemudian terus beramal saleh ) dengan penuh kesabaran “. ( QS. Al Asr:1-3) . 

Dari tadabbur dari kandungan ayat-ayat dalam surah  ini dapat disimpulkan bahwa setiap saat, setiap jam, setiap hari, jika waktu itu berlalu tanpa ada amal yang saleh, amal yang berlandaskan pada keimanan kepada Allah, maka waktu itu merupakan suatu kerugian bagi kehidupan manusia, sebab penambahan nikmat waktu, tidak dapat memberikan tambahan kebaikan dan pahala. Sepatutnya setiap detik merupakan peluang berbuat baik malahan perbuatan baik dalam satu jam menjadi lebih berharga sesuai dengan pemanfaatan dan penggunaan waktu tersebut.

Ibnu Ataillah dalam kitab al Hikam menyatakan bahwa : “ Ma fata min waqtika la ‘wadha lahu, wa maa hasala laka minhu laa qimata lahu", Apa yang luput dari umur anda itu tidak ada penggantinya dan apa yang telah anda hasilkan dari umur itu tidak ternilai harganya “. Mengapa tidak dapat ternilai harganya ? sebab apa yang telah dilakukan itu jika berupa amal kabaikan akan mendapatkan pahala yang ganjarannya adalah kenikmatan surga dan keridhaan Ilahi. Sehingga  tokoh sufi, Al Juneid berkata : “ Waktu itu apabila luput maka engkau tidak akan dapat memperolehnya kembali, dan tidak ada yang lebih berharga dan lebih mulia daripada waktu “. 

Oleh sebab itu dalam pepatah orang Arab disebutkan : " Al Waktu asmanu minadz Dzahabi , Waktu itu lebih berharga daripada emas “. Waktu itu lebih berharga daripada emas, sehingga lebih tinggi nilai waktu daripada nilai emas. Bandingkan kata hikmah ini dengan pepatah orang barat : “ Time is money , waktu itu adalah uang “. Bagi seorang muslim, waktu itu bukan saja uang, tetapi lebih daripada uang, lebih daripada emas, sebab dengan waktu itulah seseorang dapat meraih kenikmatan abadi di dalam surga yang paling tinggi, dan mendapat keridhaan Ilahi.

Imam Hasan Al  Banna dalam artikel tentang waktu menyatakan bahwa : ‘ Ramai orang mengatakan bahwa waktu adalah emas. Pendapat ini benar dan beralasan, apabila ditinjau dari nilai sesuatu benda, karena mereka tidak dapat mengukur sesuatu yang ada kecuali dengan sesuatu benda. Padahal, sebenarnya waktu lebih berharga daripada emas karena waktu itu adalah suatu kehidupan. Emas kadang-kadang boleh hilang dan kita masih dapat mencari penggantinya atau mendapatkan sesuatu yang lebih banyak daripada yang hilang. Sedangkan waktu, apabila telah pergi, maka mustahil dapat kembali lagi atau dapat dikembalikan lagi, itulah sebabnya waktu itu lebih berharga daripada emas, intan, berlian, dan permata lainnya, karena waktu itu adalah kehidupan, maka dapat dikatakan  membuang dan mensia-siakan waktu berarti membuang dan mensia-siakan kehidupan kita sendiri. Orang yang lalai , maka waktunya akan berlalu dan waktu itu tidak dapat diulang lagi sebab tidak mungkin hari kemarin diputar dan dijadikan hari ini. Waktu itu bagaikan awan, maka barangsiapa yang dapat menggunakan waktunya sesuai dengan petunjuk Allah maka dia akan memiliki kehidupan yang sebenarnya tetapi barangsiap yang tidak menggunakannya sesuai dengan petunjuk Allah, maka hidupnya laksana hewan yang menghabiskan waktunya hanya untuk mengikuti hawa nafsu, dan sesuatu yang tidak bernilai".

Pergantian waktu, pergantian tahun, bulan dan hari dijadikan Allah untuk menilai dan melihat bagaimanakah manusia mempergunakan waktunya dalam kehidupan, apakah dipergunakan sesuai dengan petunjuk Allah atau dipergunakan dengan melakukan kekafiran dan kemungkaran. Dalam Al Quran dinyatakan : "Demikianlah hari demi hari Kami gilirkan diantara manusia agar Kami (Allah) mengetahui siapakah diantara mereka yang beriman dan siapakah diantara mereka yang menjadi syuhada, maka sesumgguhnya Allah tidak suka kepada orang yang dzalim, Dengan pergantian itu juga dimaksudkan agar Allah dapat menyaring siapakah orang yang beriman dan siapakah yang akan celaka dari orang yang kafir. Apakah kamu menyangka bahwa kamu akan masuk ke dalam surga sedangkan Allah belum mengetahui siapakah diantara kamu yang telah berjihad dan siapakah orang yang sabar " ( Surah Ali Imran : 140-142)

Dari ayat diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwa pergantian waktu itu dijadikan untuk menilai siapakah diantara manusia yang mempergunakan waktu dengan iman dan siapakah yang kafir, Diantara orang yang iman, untuk dinilai lagi siapakah yang berjihad, dan siapakah yang sabar, sebab untuk mendapatkan surga diperlukan iman, amal yang dilakukan dengan jihad dan kesungguhan dan juga dinilai siapa yang tabah dan sabar dalam menghadapi tantangan kehidupan.

Syaikh ‘Abdul Malik Al Qosim berkata bahwa “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu itu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.”. Oleh sebab itu orang muslim harus selalu merencanakan hidup dengan penuh iman sebagaimana dinyatakan dalam Al Quran : Hai orang yang beriman hendaklah kamu  bertaqwa kepada Allah dan mempersiapkan apa yang akan kamu lakukan dihari esok dan bertaqwalah, sesungguhnya Allah mengetahui secara rinci apa saja yang kamu lakukan " ( Surah Al Hasyr : 18).

Ulama Salaf, Hasan Al Bashri mengatakan bahwa “Wahai manusia, sesungguhnya kalian hanyalah kumpulan hari. Tatkala satu hari itu hilang, maka akan hilang pula sebagian dirimu.” Dalam kesempatan lain, beliau juga menyatakan bahwa “Malam dan siang akan terus berlalu dengan cepat dan umur pun berkurang, ajal (kematian) pun semakin dekat.” (Jaami’ul ‘Ulum wal Hikam, 2: 383). Sahabat Ibnu ‘Umar juga mengatakan “Jika engkau berada di sore hari, maka janganlah engkau menunggu waktu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah engkau menunggu sore. Isilah waktu sehatmu sebelum datang sakitmu, dan isilah masa hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari no. 6416)

Akhirnya Rasulullah memberikan wasiat kepada umatnya untuk mengingat bahwa “Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai empat perkara yaitu : (1) umurnya di manakah ia habiskan umur tersebut, (2) ilmunya di manakah ia amalkan ilmu yang dipelajarinya, (3) hartanya bagaimana cara dia memperoleh harta tersebut dan bagaimana cara dia mempergunakan harta tersebut dan (4) mengenai tubuhnya perbuatan apa yang dilakukan dengan tubuhnya tersebut.” (HR. Tirmidzi no. 2417). Selamat menghadapi hari-hari di tahun mendatang dengan amal saleh yang dapat memberikan kebaikan bagi agama dan umat manusia. Fa’tabiru ya ulil albab.

 

ReplyReply allForward

Buletin

Share This