MEMAHAMI “ KALAMUN QADIMUN” KALAM ILAHI
“ Kitab ini tidak ada keraguan padanya dan merupakan petunjuk bagi orang yang bertaqwa “ ( QS. Al Baqarah : 2 )
Pada suatu masa terdahulu, para orangtua kita sewaktu akan membaca al Quran, maka mereka melantunkan sepotong syair dalam bahasa Arab “ Kalaamun Qadiimun laa yamallu sima’uhu…tanazzahu an qaulin wa fi’lin wa niyatin “ yang artinya “ Kalam Allah yang Qadim ini tidak akan jemu untuk mendengarnya, maka bersihkan kalam ini dari setiap perkataan , perbuatan dan niat ( sebelum aku membacanya ) “.
Lantunan syair tersebut merupakan pandangan hidup bahwa al Quran yang akan aku baca ini bukanlah tulisan biasa, bukan bacacan biasa, sebagaimana tulisan dan buku bacaan yang ada selama ini, yang dibuat oleh manusia, tetapi al Quran ini adalah “ Kalam Qadim “, Firman Tuhan Yang Azali, Kalam Allah, Petunjuk kehidupan, yang dijelmakan dan disampaikan kepada kita melalui tulisan dan bahasa Arab kepada manusia melalui Nabi Muhammad saw.
Sehingga seakan-akan sewaktu kita membaca al Quran, kita sebenarnya sedang mambaca Kalam Ilahi yang disimpan di lauh Mahfudz, Kalam Ilahi yang merupakan petunjuk kehidupan, maka kalam tersebut suci dari kalam manusia dan perbuatan manusia, berarti setiap huruf yang dibaca bukan karangan manusia, setiap tulisan yang dibaca bukan tulisan manusia, tapi Kalam Allah yang dijelmakan dalam bentuk huruf dan tulisan yang dibaca, maka untuk memahaminya perlu niat yang suci, niat membaca, niat mempelajarinya hanya untuk mencari keredhaan Ilahi. Inilah makna dari ungkapan “ Kalamun Qadiimun Laa yamallu simaa’uhu Tanazzaha an qaulin wa fi’lin wa niyatin “ yang dilantunkan sebelum membaca kitab suci al Quran.
Manusia adalah makhluk yang paling mulia dari seluruh makhluk yang lain, sebab manusia mendapat kedudukan sebagai khalifah Allah di muka bumi, wakil Allah untuk mengurus dan mengatur kehidupan di muka bumi. Oleh sebab itu dalam menjalani dan mengatur kehidupan tersebut, manusia diberikan petunjuk dan aturan sehingga seluruh kehidupan manusia dalam mengelola alam semesta tersebut sesuai dengan keinginan dan rencana yang telah Allah tentukan sehingga manusia akan mendapatkan kebahagiaan hidup baik di dalam kehidupan dunia yang sementara ini, maupun kebahagiaan hidup akhirat yang akan menjadi kehidupan yang kekal dan abadi.
Oleh sebab itu, dalam menjalani kehidupan yang penuh dengan tantangan dan godaan, manusia harus selalu mengingat petunjuk tersebut, dengan membaca petunjuk yang telah diturunkan kepada manusia melalu rasul pilihanNya, kemudian rasul membacakan petunjuk tersebut kepada umatnya, agar manusia dalam menjalani kehidupan tetap berada pada garis yang lurus, tidak mudah terpengaruh oleh gangguan dan godaan yang selalu membuat manusia menyimpang dari jalan tersebut. Terlebih lagi petunjuk itu sebenarnya adalah Titah Ilahi, firman Tuhan yang telah disimpan Tuhan di suatu tempat yang terpelihara ( Lauh mahfudz ) di langit ketujuh. Firman yang telah tersimpan itu kemudian diturunkan ( down load ) ke suatu tempat bernama Baitul Izzah ( Rumah Kemuliaan ) yang berada di langit pertama dunia. Peristiwa turunnya al Quran dari Lauh Mahfudz ke langit pertama inilah yang dikenal dengan nama “ Lailatul Qadar “.
Petunjuk Ilahi yang tersimpan di Baitu Izzah di Langit pertama itu kemudian diturunkan kepada Rasul Pilihan Muhammad saw secara berangsur-angsur selama 22 tahun 2 bulan 22 hari lebih sesuai dengan peristiwa dan kejadian yang terjadi dalam masyarakat, karena memang petunjuk tersebut disiapkan untuk menjawab problematika kehidupan yang dihadapi seluruh umat manusia.
Petunjuk kehidupan yang diturunkan kepada manusia itu pertama kali terdiri dari lima ayat yaitu : “ Iqra’ bismirabbikalladzi khalaq,khalaqal insaana min ‘alaq, iqrak wa rabbukal akram, alladzi alama bil Qalam allamal insaana ma lam ya’lam “ ( QS. al Alaq : 1-5 ). Peristiwa turun ayat yang pertama kali itu disebut dengan peristiwa Nuzul Quran.
Makna Nuzul Quran adalah turun al Quran, tetapi yang dimaksud adalah peristiwa turunnya beberapa ayat yang pertama kali kepada nabi Muhammad saw sebagai petunjuk kehidupan bagi manusia.
Sebenarnya dalam sejarah al Quran telah terjadi tiga kali proses. Proses Pertama al Quran yang merupakan Kalam Allah dan titah Ilahi tersebut disimpan di Lauh Mahfudz, sebagaimana dinyatakan dalam ayat “ sesungguhnya al Quran itu talah berada di lauh mahfudz “ ( QS. Al Buruj : 22 ). Proses Kedua, Kalam Alah yang telah disimpan di Lauh mahfudz tersebut diturunkan ke Baitul Izzah di langit pertama pada waktu yang dinamakan dengan “Lailatul Qadar” ( QS. Al Qadr : 1/ QS. Dukhan : 3 ) dan Proses Ketiga, Kalam Allah berupa ayat-ayat yang telah tersimpan di Baitul Izzah di langit pertama tersebut diturunkan buat pertama kali kepada Nabi Muhamad saw dalam bahasa arab, pada malam Nuzul Quran, ( QS. Al Baqarah : 185 ) yaitu malam 17 Ramadhan yang terus disusul dengan turunnya ayat-ayat yang lain selama bertahun-tahun sampai seluruhnya turun, kemudian ayat -ayat yang turun tersebut diedit dan disusun secara surah demi surah, dari surah Al Fatihah sampai surah an Nas.
Kedudukan al Quran sebagai petunjuk kehidupan bagi kehidupan manusia adalah sangayt penting sebab kebahagian hidup manusia baik di dunia maupun di akhirat nanti tergantung dengan al Quran, jika kehidupan yang dijalaninya sesuai dengan petunjuk Ilahi, maka dia akan bahagian dunia dan akhirat, sebaliknya jika kehidupan yang dijalaninya tidak sesuai dengan petunjuk kehidupan yang telah digariskan oleh Tuhan, maka dia akan mengalami kesengsaraan hidup baik di dunia maupun di akhirat. Oleh sebab itu sepatutnya manusia sebelum menghadapi kehidupan maka dia harus membaca dan memahami petunjuk kehidupan yang tersusun dalam al Quran, itulah sebabnya setiap bulan paling tidak setiap manusia membaca ulang seluruh petunjuk hidup tersebut dari awal sampai akhir, diharapkan dengan membaca Kembali petunjuk hidup itu setiap tahun, manusia dapat melakukan evaluasi apakah kehidupannya yang telah dijalaninya itu sesuai dengan petunjuk kehidupan yang telah digariskan, atau dengan membaca dan memahami ayat-ayat tersebut maka setiap Langkah dan sikap yang akan dilakukannya pada tahun mendatang sesuai dengan Kalam Ilahi, petunkuk Tuhan.
Itulah sebabnya pada bulan Ramadhan yang mulia ini merupakan bulan untuk membaca kembali seluruh petunjuk Ilahi dalam kehidupan, dan proses membaca Kembali petunjuk kehidupan tersebut dinamakan dengan tadarus al Quran, sehingga paling tidak seorang muslim itu telah membaca dan memahami kembali seluruh petunjuk Tuhan setahun sekali di bulan ramadhan yang merupakan bulan turunnya petunjuk Ilahi tersebut. Proses membaca dan mempelajari Kembali al Quran disebut dengan tadarus, dan jika pembacaan dapat dilakukan dari petunjkuk pefrtama sampai terakhir, disebut dengan khatam.
Beberapa sahabat Nabi, seperti Usman bin Affan, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, Ubay bin Kaab mengkhatamkan al Quran setiap minggu. Sebagai contoh, Usman bin Affan membaca al Quran dimulai pada malam jum’at dengan membaca Surah al Baqarah sampai surah al Maidah, malam sabtu dari surah Al An’am sampai surah Hud, malam ahad dari surah Yusuf sampai surah Maryam, malam senin dari surah Taha sampai surah Al Qasas, malam selasa dari surah Al Ankabut sampai surah Shad, malam rabu dari surah Saz Zumar sampai surah Rahman, dan malam Kamis dari surah al Waqiah sampai surah an Nas.
Sedangkan Ibnu Mas’ud membaca dan memahami al Quran pada malam pertama sebanyak tiga surah, pada malam kedua membaca lima surah, pada malam ketiga tujuh surah, pada malam keempat Sembilan surah, pada malam kelima, sebelas surah, pada malam keenam tida belas surah, dan pada malam ketujuh, surah-surah selebihnya sampai surah yang terakhir.
Inilah cara memahami al Quran yang dilakukan oleh para sahabat terdahulu, sebelum al Quran tersebut dibagi kepada juz demi juz, dimana mereka membacanya surah demi surah. Mereka membaca untuk memahami isi dan makna al Quran, maka mereka membaca al Quran secara bertahap dan berproses, surah demi surah, hizb ( bagian dari surah ) demi hizb, dan ‘ain ( satu kisah dari hizb sura, demi ain, sehingga Sahl al tutary berkata : “ Seandainya seoarng hamba diberikan pemahaman setiap huruf dari al quran, dengan seribu pemahaman, niscaya ia tidak akan pernah sampai kepada makna akhir dari ayat yang tersimpan di dalam kitabNya, sebab ia adalah Kalam Allah, sedangkan Kalam allah adalah sifat bagi Allah. Sebagaimana Dzat Allah itu tidak berakhir, maka demikian juga tidak ada batas akhir untuk memahami kalamNya…namun setiap orang memahami menurut ukuran apa yang telah Allah buka hatinya. Kalam Allah itu bukanlah makhluk, dan pemahaman makhluk tidak akan mencapai akhir dari pamahaman kalamNya “. Oleh sebab itu sesungguhnya membaca, memahami kalam Ilahi adalah merupakan nikmat yang paling mulia, terlebih lagi jika dapat memahami Kalam tersebut secara lengkap, sebab tiada kenikmatan terbesar kecuali kita dapat memahami kalam Ilahi secara lengkap yang merupakan petunjuk kehidupan dan jaminan kebahagian. Fa’tabiru ya Ulil albab.
Buletin
Komentar