MEMAAFKAN TERDAKWA
“ Siapa yang memaafkan kesalahan orang lain dan memperbaiki dirinya maka pahalanya disisi Allah “ ( Qs Syura : 40 )
Suatu hari , Khalifah Umar al Khattab sedang duduk di bawah pohon kurma berdekatan dengan Masjid Nabawi. Di sekelilingnya, para sahabat sedang asyik membincangkan sesuatu. Tiba-tiba datanglah 3 orang pemuda. Dua pemuda memegang kuat seorang pemuda berpakaian lusuh yang diapit oleh kedua mereka. Ketika mereka sudah sampai, berhadapan dengan Umar, kedua pemuda yang ternyata adik beradik itu berkata : "Tegakkanlah keadilan untuk kami, wahai Amirul Mukminin!" "Tegakkanlah hukum kepada pembunuh ayah kami sebagai balasan atas kejahatan pemuda ini!"
Khalifah Umar binKhtatab segera bangun dan berkata : "Bertakwalah kamu kepada Allah, benarkah engkau membunuh ayah mereka, wahai anak muda?" Pemuda berpakaian lusuh itu menunduk dan dalam nada suaranya yang menyesal ia berkata "Benar, wahai Amirul Mukminin”. Kemudian Khalifah Umar bin Khattab berkata : "Ceritakanlah kepada kami kejadian yang sebenarnya “. Pemuda berpakain lusuh itu kemudian memulakan ceritanya. "Aku datang dari pendalaman yang jauh karena kaumku mempercayaiku untuk menyelesaikan suatu urusan di kota ini. Apabila sampainya aku di kota ini, aku ikat untaku pada sebuah pohon kurma lalu aku tinggalkan dia (unta). Tak lama kemudian, setelah aku kembali ke tempat tersebut,aku sangat terkejut karena aku melihat seorang laki-laki tua sedang menyembelih untaku, ternyata untaku telah terlepas ikatannya dan telah merusakkan kebun yang dimiliki oleh lelaki tua itu. Tanpa aku pikir panjang, aku sangat marah dengan emosi yang tidak terkawal waktu itu, segera aku cabut pedangku dan kubunuh lelaki tua tadi. Ternyata lelaki tua itu adalah ayah dari kedua pemuda ini."
Salah seorang dari kedua pemuda dari orangtua yang terbunuh kemudian berkata : "Wahai, Amirul Mukminin, engkau telah mendengar ceritanya, kami boleh mendatangkan saksi untuk itu," Sedangkan pemuda yang lain berkata “Segera Tegakkan hukum hak Allah keatasnya, Wahai Amirul Mukminin . Khalifah Umar bin Khattab terpegun dan bimbang mendengar cerita si pemuda berpakaian lusuh itu Khalifah Umar bin Khattab berkata kemudian "Sesungguhnya yang kalian tuntut ini adalah seorang pemuda yang soleh lagi baik budi pekertinya. Dia membunuh ayah kalian hanya kerana khilaf kemarahan sesaat “ Khalifah Umar melanjutkan : "Izinkan aku meminta dari kalian berdua supaya memaafkannya dan akulah yang akan membayarkan diyat (tebusan) atas kematian ayah kamu tersebut “. "Maaf Wahai Amirul Mukminin," balas kedua pemuda yang kelihatan masih marah dengan keadaan mata mereka merah menyala. Kami sangat menyayangi ayah kami, dan kami tidak akan redha jika korban jiwa belum dibalas dengan korban jiwa juga."
Khalifah Umar bin Khattab masih berusaha agar pembunu ini dimaafkan dan di hatinya telah timbul rasa simpati kepada si pemuda berpakaian lusuh yang dinilainya amanah, jujur, dan bertanggungjawab.Tiba-tiba si pemuda berpakaian lusuh berkata
"Wahai Amirul Mukminin, tegakkanlah hukum Allah, laksanakanlah hukum qishas ke atasku. Aku redha dengan ketentuan Allah,",Namun, izinkan aku menyelesaikan dahulu urusan kaumku. Berilah aku tangguh selama 3 hari. Aku akan kembali untuk menjalani hukuman qishas."
"Tidak mungkin dia dapat pergi untuk urusan tersebut Ya Amirul Mukminin ?" ujar kedua pemuda yang ayahnya telah terbunuh itu. " Wahai saudaraku, tidakkah engkau mempunyai kaum kerabat atau kenalan untuk menguruskan urusanmu?" tanya Umar al Khattab.Pemuda yang berpakaian lusuh berkata "Sayang sekali, saya tidak memiliki siapapun disini , wahai Amirul Mukminin."Bagaimana dengan pendapatmu jika aku mati membawa hutang tanggungjawab kaumku bersamaku?" pemuda berpakaian lusuh itu sebaliknya bertanya kepada Umar.
Setelah menimbang beberapa perkara Khalifah Umar bin Khattab berkatab "Baiklah, aku akan memberimu waktu tiga hari. Tapi harus ada orang yang mahu menjaminmu, agar kamu dapat kembali untuk menepati janjimu, karena aku tidak memiliki seorang kerabatpun di sini. Hanya Allah, hanya Allah-lah penjaminku wahai orang-orang yang beriman," katanya dalam nada kesedihan.
Tiba-tiba dari belakang kerumunan orang ramai terdengar suara lantang :"Jadikan aku penjaminnya, wahai Amirul Mukminin." Ternyata orang yang berkata tersebut adalah sahabat Salman al-Farisi. Dengan muka terkejut Umar bertanya "Salman? Kau belum mengenal pemuda ini. Demi Allah, jangan engkau main-main dengan urusan ini."Perkenalanku dengannya samalah dengan perkenalanmu dengannya, ya Umar. Dan aku mempercayainya sebagaimana engkau percaya padanya," jawab Salman dengan tenang. Akhirnya dengan berat hati, Umar mengizinkan Salman menjadi penjamin kepada si pemuda berpakaian lusuh tersebut. Pemuda itu pun segera pergi menguruskan urusannya.
Hari pertama berakhir tanpa ada tanda-tanda kedatangan si pemuda berpakaian lusuh itu. Begitupun juga hari kedua. Orang ramai mulai tertanya-tanya apakah si pemuda tersebut akan kembali. Kerana dengan mudah sahaja si pemuda itu boleh menghilang ke negeri yang jauh jika ia mahu memungkiri janjinya dan waktu dan masa yang ditetapkan. Hari ketiga pun tiba. Orang ramai mulai meragukan kedatangan si pemuda tersebut, dan mereka mulai khuatir akan nasib Salman al Farisi yang menjadi jaminan padahal dia adalah salah seorang sahabat Rasulullah S.A.W. yang paling utama. Sampai matahari hampir tenggelam, dan hari yang dijanjikan sudah mulai berakhir, orang ramai sedang berkumpul untuk menunggu kedatangan si pemuda berpakaian lusuh, tetapi pemuda tersebut tidakkunjung tiba. Khalifah Umar bin Khattab berjalan mundar-mandir menampakkan kegelisahannya. Dan kedua pemuda adik-beradik yang menjadi pendakwa kasus pembunuhan sudah sangat kecewa dengan janji si pemuda berpakaian lusuh itu.
Akhirnya tiba waktu jatuhnya hukuman qishas dijalankan. Salman al Farisi dengan tenang dan penuh tawakkal berjalan menuju tempat penghukuman. Hadirin sedih dan ada yang mulai menangis, kerana akan menyaksikan seorang sahabat nabi yang hebat dan terkenal seperti Salman akan dibunuh sebagai ganti kepada pemuda yang mereka tidak ketahui asal usulnya.
Tiba-tiba di kejauhan ada bayangan seseorang yang sedang berlari dengan susah payah karena perjalanan yang jauhs sehingga berlari dan terjatuh, bangun dan kemudian berlari. jatuh lagi, dan terus berlari menuju tempat keramaian. Setelah agak mendekat, Umar bin Khattab berkata “ ”Itu dia , dia datang menepati janjinya tepat pada waktunya “ Dengan tubuhnya bermandi keringat dan dengan nafas terengah-engah, si pemuda sampai dan jatuh di hadapan Khalfah bin Ktatab menyerahkan dirinya untuk menerima hukuman dengan nafas terengah-engah berkata : ”Hhuhuhhh, maafkan aku, maafkan aku ,wahai Amirul Mukminin ..” ujarnya dengan susah payah. Kemduian dia melanjutkan ucapannya : “ Tidak ku sangka urusan kaumku mennghabiskan waktu yang lama dan setalah selesai urusan dengan kaumku, aku segera kembali,segera aku pacu tungganganku tanpa henti hingga tungganganku kehabisan tenaga dan sakaratulmaut di tengah gurun, maka terpaksa aku tinggalkan tunganganku dan aku berlari terus berlari sehingga aku sampai ke tempat ini, Khalifah Umar bin Khattab segera memberinya minum dan bertanya : Mengapa kau bersusah payah untuk kembali ? Padahal kau boleh lari dan menghilang diri?”
”Aku kembali agar jangan sampai ada yang mengatakan di kalangan Muslimin, sudah tidak ada lagi pemuda yang menepati janji ” jawab si pemuda berpakaian lusuh itu sambil tersenyum. Mata Khalifah Umar berkaca-kaca sambil menahan sedihnya, lalu ia bertanya “Lalu engkau pula, Salman, mengapa semahu- mahunya engkau bersungguh untuk menjamin orang yang baru sahaja engkau kenal? Kemudian Salman menjawab "Agar nanti jangan sampai dikatakan, di kalangan Muslimin, sudah tidak ada lagi rasa saling percaya dan mahu menanggung beban saudaranya .”
Hadirin mulai merasa sedih sambil menahan tangisan mereka kerana terharu dengan kejadian itu . Tiba-tiba sahaja kedua pemuda adik beradik itupun berteriak. “Saksikanlah wahai kaum Muslimin, bahawa kami telah memaafkan saudara kami itu.” Semua orang tersentak dan terkejut mendengar kata-kata kedua pemuda tersebut “ Mengapa Kamu berdua melakukan hal ini, padahal hukum akan dijalankan ” ujar Khalifah Umar bin Khattab. Kemudian dua pemuda itu menjawab dengan mengatakan :”Agar jangan sampai dikatakan nanti, di kalangan Muslimin tidak ada lagi orang yang mahu memberi maaf dan sayang kepada saudaranya.
”Allahu Akbar !” terdengar ucapan takbir daripada hadirin . Pecahlah tangisan bahagia, terharu dan sukacita oleh semua orang .Demikianlah kisah ini merupakan bukti sikap dan akhlak persaudaraan sesame muslim yang dapat mengatasisegala persoalan kehidupan dengan penuh kasih sayang, apakah akhlak ini masih terdapat di kalangan muslim hari ini ? Fa’tabiru Ya ulil albab.
ReplyReply allForward |
Komentar