Makna Ramadhan Bagi Kehidupan
Ramadhan dalam bahasa arab berasal dari kata-kata “ra-ma-dha”, bermakna keadaan cuaca panas yang dapat membakar sesuatu. Hal ini terbukti dengan ungkapan pertanyaan Aisyah kepada Rasulullah: “Ya Rasulullah, mengapa bulan diwajibkan berpuasa itu dinamakan dengan nama ramadhan?”. Rasulullah menjawab: “Dinamakan bulan puasa itu dengan nama bulan Ramadhan sebab terdapat puasa pada bulan Ramadhan itu, Allah membakar dosa yang dilakukan oleh orang yang beriman, dan Allah pada bulan tersebut juga akan memberikan ampunan kepada mereka”. (Isfahani/Tafsir Durarur Mansur, jilid 1, hal. 335). Sahabat nabi Ibnu Umar berkata: “Dinamakan ramadhan sebab dosa-dosa akan terbakar dalam bulan tersebut”.
Dalam hadits Rasululah bersabda: “Bagi setiap sesuatu itu ada zakatnya (zakat dalam maksud pembersihan ), dan zakatnya badan itu adalah puasa” (Hadits Riwayat Ibnu Majah). Zakat secara bahasa bermakna pembersihan dan pertumbuhan. Dalam hadits lain: “Berpuasalah kamu, maka kamu akan sehat” (Hadis Riwayat Ahmad). Rasululah bersabda: “Puasa itu adalah benteng” (Hadis Riwayat Baihaqi ). Dari ketiga hadits di atas, penulis melihat inilah konsep puasa bagi kehidupan, yaitu suatu sistem yang dapat membersihkan, menyehatkan, dan benteng bagi kehidupan manusia.
Ramadhan bermula dengan malam hari dan kegiatan pertama yang dilakukan di malam hari dalam bulan ramadhan adalah melaksanakan shalat tarawih. Shalat tarawih secara bahasa adalah shalat yang dapat memberikan ketenangan dalam hati, sebab tarawih adalah jamak dari kata “tarwih”yang bermakna sesuatu yang dapat memberikan ketenangan. Oleh sebab itu maka perbuatan yang dilakukan di awal ramadhan di malam ramadhan pertama adalah shalat tarawih yang bertujuan untuk meperbaiki, menyucikan, dan menguatkan ruh dan jiwa manusia. Dengan melakukan shalat tarawih baik itu delapan atau dua puluh rakaat, maka ruh dan jiwa kita akan kuat, sehat dan suci, dan hal ini dapat terjadi jika kita dapat menikmati shalat dan menjadikan shalat sebagai penghibur hati dan jiwa.
Kegiatan kedua dalam bulan ramadhan adalah tadarus al-Quran, sebab sejarah mencatat bahwa nabi Muhammad melakukan tadarus al-quran bersama malaikat jibril pada setiap malam sepanjang bulan ramadhan. Tadarus berasal dari kata-kata bahasa arab “da-ra-sa” yang bermakna mempelajari sesuatu secara bersama-sama. Tadarus al-Quran bermakna suatu kegiatan untuk membaca dan mempelajari al-Quran secara bersama-sama. Tadarus al-Quran di malam ramadhan dilakukan sampai khatam sehingga dengan tadarus tersebut timbul kecintaan kepada membaca dan mempelajari al-Quran yang merupakan petunjuk untuk kebahagiaan hidup. Dengan membaca ayat-ayat al-Quran berarti kita sedang membaca kembali petunjuk Tuhan dalam kehidupan sehingga petunjuk tersebut dapat kita pahami dengan baik sehingga pikiran yang tidak sesuai dengan petunjuk yang ada dalam pikiran mansuia dapat terhapus dan digantikan dengan pikiran yang bersumber dari ayat-ayat al-Quran.
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kegiatan Tadarus al-Quran dimaksudkan untuk memperbaiki pikiran manusia. Manusia menjalani kegiatan hidup dengan memakai akal dan pikiran. Terkadang masuknya informasi media ke dalam pikiran manusia, dapat membuat pikiran memutuskan sesuatu perkara yang tidak sesuai dengan pedoman al-Quran, oleh sebab itu diperlukan suatu kegiatan yang dapat mensucikan kembali pikiran yang tidak baik seperti pikiran yang condong kepada dunia sehingga melupakan ajaran Tuhan dan lain sebagainya. Dalam sebuah hadits rasulullah saw. bersabda: “Sesungguhnya hati manusia itu dapat berkarat bagaikan besi yang berkarat”. Sahabat bertanya: “Ya rasulullah, jika demikian apakah caranya untuk membersihkan karat hati tersebut?”. Rasulullah saw. menjawab: “Karat hati itu hanya dapat dibersihkan dengan bacaan al-Quran dan mengingat kematian”. (Hadits Riwayat Baihaqi)
Setelah tadarus, maka kegiatan selanjutnya dalam ramadhan adalah sahur. Sahur secara bahasa berasal dari kata “sa-ha-ra” yang bermakna berjaga di waktu malam. Makan sahur adalah proses penjagaan diri daripada keadaan lapar pada esok hari. Manusia berjaga di waktu malam juga diharapkan dapat melakukan shalat tahajud, bermunajat kepada Allah, dan memohon ampun kepadaNya, sebab dalam sebuah hadits: “Tuhan akan turun setiap malam ke langit pertama di sepertiga malam terakhir dan berfirman: Siapa yang berdo’a kepadaKu maka Aku akan menjawabnya, siapa yang meminta kepadaKu Aku akan memberinya, dan siapa yang meminta ampun kepadaKu Aku akan memberi ampunan kepadanya” (Hadits Riwayat Bukhari).
Dalam al Quran juga dinyatakan bahwa diantara sifat orang beriman adalah “melakukan istighfar di waktu sahur” (QS. Ali Iman: 17 / QS. Ad-Dzariyat: 18). Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam waktu sahur tersebut seorang muslim dapat melakukan shalat tahajud, dzikir, dan istighfar serta berdo’a dan munajat yang kita panjatkan kepada Allah, sebab waktu sahur adalah waktu yang sangat baik untuk mengingat dan bermunajat kepadaNya. Dzikir, Istighfar, dan munajat itu dapat memberikan ketenangan dan kekuatan hati manusia, sebagaimana dalam al-Quran dinyatakan: “Ketahuilah bahwa dzikir kepada Allah itu dapat memberikan ketenangan kepaa hati” (QS. Ra’ad: 28). Di waktu sahur, dengan tahajud dan munajat, seakan-akan manusia melaporkan rencana kerja yang akan dilakukan pada esok hari, maka mansuia perlu meminta persetujuanNya, rahmatNya, pertolongan dan perlindungan Allah. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kegiatan di waktu sahur sahur adalah suatu kegiatan yang dilakuan untuk menguatkan hati dan keyakinan kepada Allah, serta proses penjagaan diri dalam menghadapi cabaan dan tantangan hidup di esok hari, sebagaimana makan sahur merupakan proses menguatkan jasad agar dapat menjalankan kewajiban bekerja di esok hari.
Setelah sahur, kita akan memasuki proses berpuasa dengan menahan diri daripada segala yang membatalkan puasa, dan menahan diri daripada keinginan dan nafsu, sejak terbit ajar di pagi hari sampai terbenam matahari di sebeah barat. Proses menahan diri dari segala yang membatalkan puasa dan dari segala yang mebatalkan pahala puasa ini disebut dengan Imsak, sebab imsak berasal dari kata-kata “am-sa-ka” yang bermakna memegang dan menahan dari sesuatu. Imsak berarti proses menahan nafsu dalam melakukan perbuatan yang tidak baik, tetapi di sisi lain dengan imsak berarti kita akan melakukan segala kebaikan dengan semaksimal mungkin sebab segala kegiatan yang positif yang dilakukan di bulan ramadhan akan mendapat ganjaran pahala yang berlipat ganda dibandingkan dengan bulan yang lain. Manusia imsak adalah manusia yang dapat menahan dan mengawal serta mengontrol dirinya dari segala nafsu yang negatif tetapi pada saat yang sama segala nafsu yang baik seperti nafsu bekerja, nafsu beribadah, nafsu berjihad akan ditingkatkan selama bulan ramadhan. Sejarah membuktikan bahwa nabi dan masyarakat terdahulu menjadikan ramadhan adalah bulan berprestasi. Ini terbukti bahwa segala pekerjaan besar seperti perang Badar, fathu Makkah, dan lain sebagainya dilakukan dalamb ulan ramadhan.
Iftar berasal dari “fa-ta-ra”, yang bermakna kembali kepada fitrah. Iftar juga bermakna memakan sesuatu untuk berbuka puasa. Puasa di siang hari itu dapat membuang penyakit dari dalam badan. Hal ini terbukti dari kajian seorang pakar kesehatan dari Amerika dalam buku “The Miracle of Fasting” yang berkata bahwa puasa tiga puluh hari dalam setahun itu dapat menghilangkan toksid yang terdapat di dalam tubuh manusia. Dalam hadits disebutkan “Berpuasalah kamu maka kamu akan sehat” (Hadits Riwayat Thabrani). Berati dengan puasa kita sedang memperbaiki kesehatan badan kita sehingga kita dapat berjalan dengan baik pada kehidupan mendatang. Dengan imsak, puasa di siang hari itu berarti manusia sedang membersihkan badannya dari penyakit, dan dengan iftar berarti memasukkan ke dalam badan makanan yang bergizi dan sehat. Oleh sebab itu sejarah mencatat bahwa Nabi Muhammad melakukan iftar dengan tiga biji kurma, sehingga makanan yang masuk dalam badannya yang telah dibersihkan itu merupakan makanan yang sehat.
Kata “Iftar” juga bermakna proses mengembalikan diri kepada fitrah yang suci, sehingga jika manusia menjalani proses ramadhan dengan tetap menjaga kualitas tarawih, kualitas tadarus, kualitas sahur, dan kualitas imsak, maka dia telah melakuakan sebuah proses penyucian diri sehari demi sehari sampai satu bulan. Iftar pada hari pertama ramadhan berarti orang yang berpuasa telah melakukan proses penyucian dan penguatan ruh, akal, hati, nafsu, dan jasad sepertiga puluh bagian. Jika proses tarawih, tadarus, sahur, imsak, dan iftar itu dilakukan dengan baik selama sebulan, berati manusia yang berpuasa ramadhan melakukan proses pembersihan, penguatan, menyehatkan ruh,pikiran, hati, emosi, dan badannya secara menyeluruh, sehingga pada akhir ramadhan kita akan menjadi manusia yang taqwa, dan kembali kepada fitrah yang suci baik ruh. Itulah sebabnya di akhir ramadhan umat Islam merayakan “Idul Fitri”, kemenangan seorang manusia yang kembali kepada fitrah yang suci.
Fa’tabiru Ya Ulil Albab…
Buletin
Komentar