KEMULIAAN SEORANG GURU
“ Maka bertanyalah kamu kepada orang yang berilmu jika kamu tidak mengetahui “ ( QS.An Nahl : 43 )
Pada suatu hari Rasulullah sedang berjalan, melihat dua kelompok , kelompok pertama sedang beribadah dan berdoa kepada Allah dan kelompok yang kedua sedang mengajar, maka Rasulullah bersabda : “ Adapun mereka yang sedang berdoa kepada Allah, jika dikehendakiNya maka dikabulkan dan jika tidak dikehendakiNya maka tidak dikabulkan. Sedang majlis yang kedua, adalah majelis ilmu dimana terdapat orang yang mengajar, dan aku ini diutus untuk mengajar umat manusia. Kemudian Rasululah datang dan duduk bersama kelompok yang sedang mengajar “ ( Riwayat Ibnu Majah )
Manusia adalah makhluk yang mulia, dan profesi manusia yang paling mulia diantara semua profesi manusia adalah profesi menjadi guru, bahkan profesi tersebut lebih mulia daripada seorang mujahid, yang berjuang di medan perang, sebagaimana dalam sebuah atsar sahabat menyatakan bahwa : “ Apabila nanti pada hari kiamat, Allah berfirman kepada orang ahli ibadah ( abid ) dan orang berjihad di jalan Allah : Masuklah kamu ke dalam surga”. Para ulama berkata kepada Allah : “ Wahai Tuhanku, mereka beribadah dan berjihad karena kami telah mengajar mereka dengan ilmu sehingga mereka beribadah dan berjihad “. Maka Allah berfirman : “ Kalian di sisiKu laksana malaikat disisiKu. berbuatlah syafaat , maka mereka mendapat syafaat sehingga mereka dimasukan ke dalam syurga “ . Dari atsar diatas terlihat bahwa kedudukan orang yang mengajar itu lebih tinggi dari seorang ahli ibadah dan orang yang berperang dan berjihad di jalan Allah “. Lebih daripada itu, Ibnu Mas’ud menyatakan : “ Barangsiapa yang mempelajari ilmu untuk mengajarkannya kepada manusia maka Allah akan memberinya pahala tujuh puluh siddiq ( orang yang selalu berkata benar ). Sehingga Nabi Isa bin Maryam pernah berkata : “ Barangsiapa yang berilmu, beramal, dan mengajarkan ilmu tersebut, maka orang itu termasuk orang besar di seluruh penjuru langit “.
Orang berilmu dan mengajarkan ilmunya, maka mereka akan mendapat doa dan permintaan ampunan dosa dari seluruh makhluk sebagaimana sabda Rasulullah saw :” Bahwasanya Allah subhana wa taala dan para malaikat, semua penghuni langit dan penghuni bumi, sampai kepada semut yang berada di dalam lobang dan ikan di laut, semuanya mendoakan orang yang mengajarkan ilmunya kepada manusia yang lain “. ( Hadis riwayat Tirmidzi )
Imam Abdulah Ibnu Mubarak ( w.797 M ) mengatakan bahwa : “ Sepatah kata yang didengar oleh seorang mukmin dan diajarkannya serta diamalkannya itu lebih baik daripada ibadah ritual selama setahun “. Profesi mengajar juga merupakan profesi bernilai amal jariyah, sebagaimana dinyatakan dalam hadis Rasul :’Jika manusia meninggal dunia, maka terputus amal perbuatannya kecuali tiga perkara, yaitu sedekah jariyah, ilmu yang diajarkannya dan memberi manfaat, dan doa anak yang shaleh “ ( Hadis Riwayat Muslim ) Seorang guru juga merupakan Khalifah Rasulullah saw, sebagaimana sabda beliau : “ Rahmat Allah kepada khalifah-khalifahku “. Sahabat bertanya : ‘ Siapakah khalifahmu ya rasululah ? Rasulullah menjawab ; Khalifahku adalah orang yang menghidupkan sunahku dan mengajarkannya kepada hamba-hamba Allah “ ( Ibnu Abdil Barr )
Ibnu Abbas menyatakan bahwa orang yang mengajarkan ilmu kepada orang lain niscaya akan dimintakan ampun atas dosa-dosanya oleh segala makhluk termasuk ikan-ikan yang ada di laut “. Begitu mulianya kedudukan seorang guru, sehingga Imam Syafii berkata : “ Al Mu’allim karrasul “ seorang guru itu laksana seorang rasul, sehingga seorang guru wajib di hormati dan dimuliakan, sebagaimana dalam Syairnya Imam Syafii mengatakan “ Al Muallim wattabib, kilahuma idza lam yunsahani idza lam yukrama “ Seorang Guru itu kedudukannya sama dengan seorang dokter dimana jika keduanya tidak dihormati, maka masyarakat tidak akan mendapatkan kebaikan daripada keduanya “.
Diceritakan bahwa Imam Sofyan as Sauri datang ke negeri Asqalan ( Kawasan di Palestina ) dan berhenti di suatu tempat. Di tempat itu tidak ada seorangpun yang bertanya ilmu kepadanya, sehingga dia berkata : Tolong tunjukkan aku jalan supaya aku dapat keluar dari negeri ini, sebab ini adalah negeri yang mati ilmu “. Demikian juga Atha’ berkata : “ Aku datang ke tempat Said al Musayyab dan dia sedang menangis, lalu aku tanyakan kepadanya apa yang menyebabkan engkau menangis ? Maka Said menjawab : “ Karena tidak ada orang yang bertanya tentang sesuatu ilmu kepadaku “.
Oleh sebab itu peradaban suatu bangsa tergantung pada ilmu, dan kemuliaan ilmu akan terlihat bagaimana masyarakat menghargai seorang guru yang mengajarkan ilmu kepada masyarakatnya. Masyarakat Islam zaman dahulu sangat menghargai profesi guru, dimana seluruh keperluan hidup guru di jamin oleh negara, sehingga jika ada ulama yang menulis kitab, maka buku tersebut akan ditimbang beratnya, dan penulis kitab mendapat emas seberat timbangan buku tersebut. Khalifah Al Aziz Billah pada masa lalu memberikan tunjangan hidup kepada setiap guru dan ulama dengan tunjangan hidup yang cukup malah khalifah memberikan rumah untuk tempat tinggal guru dan ulama. Pada masa Sultan Nuruddin berkuasa di Mesir, setiap pelajar akan mendapat 20 dirham setiap datang ke ruangan belajar, dan seorang guru akan memdapat 20 dinar setiap selesai mengajar. Dari sini terlihat bagaimana seorang guru mendapat penghormatan yang mulia baik dari pihak pemerintah yang berkuasa maupun dari masyarakat.
Dalam masyarakat apa saja , baik masyarakat kafir atau masyarakat beriman, baik bangsa apa saja, jika bangsa dan masyararakat suatu bangsa menghormati kedudukan guru , ulama dan ilmuwan, maka masyarakat tersebut akan maju sebaliknya jika suatu masyarakat dan bangsa tidak memberikan kedudukan dan penghargaan yang tinggi kepada guru, dosen, ulama dan segala sesutu yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, maka masyarakat tersebut akan menjadi masyarakat yang hina, paling tidak , masyarakat itu tidak akan memiliki peradaban. Ini merupakan sunatullah dalam kehidupan bermasyarakat. Inilah yang dinyatakan dalam al Quran bahwa Allah akan mengangkat kedudukan suatu masyarakat dalam kehidupan dunia hanya dengan ilmu pengetahuan, maksudnya jika masyarakat menghargai guru dan ulama maka masyarakat tersebut akan menjadi masyarakat mulia, sebaliknya jika suatu masyarakat tidak menghargai guru, ulama, dan tenaga akademik, dan segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu, maka masyarakat tersebut akan menjadi hina. “ Allah akan mengangkat orang yang beriman dan yang memiliki ilmu penegtahuan dengan beberapa derajat “ ( QS. Al Mujadilah : 11 )
Mari kita lihat keadaan masyarakat kita pada hari ini, dan masyarakat muslim di semua negara Islam, apakah kedudkan ulama dan ilmu sudah mendapatkan kedudukan yang terhormat ? Bagaimana penghargaan pemerintah kepada guru, ulama, akademisi, saintis, apakah lebih tinggi penghargaan yang mereka berikan dibandingkan penghargaan negara kepada para penyanyi, olahragawan, bintang filem, dan lain sebagainya. Demikian juga dengan masyarakat, apakah masyarakat secara umum telah menghargai jerih payah para guru, dosen, akademisi , saintis, ulama dan segala sesuatu ang berkaitan dengan keilmuan dan prestasi ilmu ? Mana yang lebih mereka hargai, apakah profesi guru atau profesi penyanyi, penghibur, dan lain sebagainya ? Peradaban dan kemuliaan suatu masyarakat tergantung bagaimana masyarakat dan bangsa tersebut menghargai ilmu, guru, akademisi, ulama dan segala sesuatu yang berkaitan dengan ilmu.
Muadz bin jabal berkata : “ Pelajarilah ilmu, maka mempelajarinya karena Allah itu sebuah ketaqwaan. Mencari ilmu itu merupakan ibadah. Mengulangi pelajaran merupakan tasbih. Membahas, mendiskusikan, mengadakan riset itu merupakan jihad. Mengajarkannya merupakan sedekah. Memberikan ilmu tersebut kepada ahlinya merupakan taqarrub kepada Allah “.
Masayarakat muslim harus merubah diri mereka dari menghargai hiburan kepada menghargai ilmu, ulama dan guru, sebagaimana dalam hadis dinyatakan bahwa suatu masyarakat tidak boleh diam dalam kebodohan. Dalam hadis riwayat Thabrani dinyatakan : “ tidak wajar bagi orang bodoh untuk berdiam atas kebodohannya, dan tidak wajar bagi orang yang berilmu untuk berdiam atas ilmunya “. Ibnu Mubarak menyatakan : “ Aku heran melihat orang yang tidak menuntut ilmu, bgaimana ia mau membawa dirinya kepada kemuliaan”
Mari kita mengutamakan ilmu, menghormati guru, ulama, dan ilmuwan sebab kedudukan seorang ulama, guru, dosen, ilmuwan, adalah laksana lampu bagi masyarakatnya, sebagaimana dikatakan oleh ImamGhazali “ Ulama itu adalah lampu segala zaman, dan masing-masing ulama itu menjadi lampu bagi zamannya. Orang-orang yang hidup disampingnya akan mendapatkan nur dan cahaya daripadanya “. Fa’tabiru Ya Ulil albab.
Komentar