KEMULIAAN RASULULLAH

today February 2, 2023 account_circle Arifin Ismail

 

“ Sesungguhnya pada diri Rasulullah terdapat contoh teladan bagi kamu sekalian ” ( QS.Ahzab : 21)

 Rasulullah adalah manusia biasa, sebagaimana manusia yang lain, sebab jika Rasululah itu malaikat,  maka manusia yang lain tidak dapat mengikuti seluruh contoh kehidupan yang merupakan pelaksanaan petunjuk Tuhan dalam seluruh sisi kehidupan. "  Katakanlah: Sesungguhnya Aku Ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya " ( QS. Al kahfi : 110 )   " Katakanlah: : Bahwasanya Aku hanyalah seorang manusia seperti kamu, diwahyukan kepadaku bahwasanya Tuhan kamu adalah Tuhan yang Maha Esa, Maka tetaplah pada jalan yang lurus menuju kepadanya dan mohonlah ampun kepadanya. dan Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang mempersekutukan-Nya, " ( QS. Fushilat : 6 )

Walaupun nabi Muhammad adalah manusia biasa, tetapi nabi baginda mempunyai kedudukan yang paling mulia dibandingkan dengan nabi-nabi yang lain terlebih lagi jika dibandingkan dengan seluruh umat manusia yang lain. Hal ini terbukti dalam pernyataan sahabat Umar bin Khattab dimana pada suatu hari Umar bin Khattab berkata kepada rasulullah : Wahai rasulullah, engkau telah mencapai kemuliaan disisi Allah dengan mengutus engkau terakhir kali tetapi menyebut engkau lebih dahulu daripada mereka semua rasul, sebagaimana dalam surah Al Ahzab : 7 : "  Dan (Ingatlah) ketika kami mengambil perjanjian dari nabi-nabi dan dari kamu (sendiri) dari Nuh, Ibrahim, Musa dan Isa putra Maryam, dan kami Telah mengambil dari mereka perjanjian yang teguh ". Sahabat nabi menyatakan bahwa Rasulullah saw pernah bersabda : " Aku adalah nabi yang pertama dijadikan dan terakhir diutus", itulah sebabnya aku diletakkan lebih dahulu dari nabi nuh dan nabi-nabi yang lain. Dari Abdullah bin Jad'a berkata bahwa pada suatu hari dia bertanya kepada Rasulullah : Wahai rasulullah, bila engkau menjadi nabi ? ". Rasulullah menjawab : " Aku telah diangkat menjadi nabi diwaktu Adam diantara ruh dan jasad " ( hadis riwayat Bukhari, Ahmad,Hakim, dan Baihaqi ).

Umar bin Khattab berkata : Rasulullah saw bersabda : “ Sewaktu Adam melakukan kesalahan, maka dia berkata : Wahai Tuhanku, Bihaqqi Muhammad (dengan kebenaran Muhammad ), ampunkanlah diriku. ". Allah bertanya kepada Adam : Bagaimana engkau mengetahui tentang Muhammad? Adam menjawab : " Kerana sesungguhnya sewaktu Engkau menciptakanku dengan tanganMu, dan meniupkan ruh ke dalam tubuhku, maka aku angkatlah kepalaku, maka terlihat olehku diatas tiang-tiang arsy terulis kalimat  “La ilaaha illa Allah - Muhammad Rasulullah “maka aku mengetahui dengan adanya tulisan itu bahwa tidak mungkin Engkau meletakkan nama disamping Engkau kecuali nama makhluk yang paling Engkau cintai ". Allah menjawab : " Benar engkau wahai Adam, malahan jika bukan karena Muhammad, AKU tidak ciptakan engkau " ( hadis riwayat Hakim, Baihaqi, dan Thabrani ).Pernyataan nabi Adam telah melihat kalimat syahadat di atas tiang Arsy tersebut dibenarkan oleh Rasulullah pada waktu malam Isra dan Mikraj, sebagaimana hadis : Rasulullah saw bersabda :  “ Pada waktu aku naik ke langit, aku melihat di atas tiang Arsy terulis dengan cahaya yang putih kalimat “Laa ilaha illa Allah – Muhammad rasulullah “.( hadis riwayat Daruqutni ). Ibnu Abbas menyatakan bahwa : Allah telah mewahyukan kepada nabi Isa untuk beriman kepada nabi Muhammad dan arahkanlah umatmu yang menjumpainya untuk beriman kepadanya, sebab jika bukan karena Muhammad, Aku ( Allah ) tidak akan menciptakan Adam, juga syurga dan neraka " ( hadis sahih riwayat Hakim ).

Begitu mulianya nabi, sehingga nabi-nabi yang lain diperintahkan oleh Allah untuk membenarkan kedatangan nabi Muhammad sebagaimana dinyatakan dalam AlQuran :" Dan (ingatlah), ketika Allah mengambil perjanjian daripada para nabi-nabi dan rasul : "Sungguh, apa saja yang Aku berikan kepadamu berupa Kitab dan hikmah kemudian akan datang kepadamu nanti seorang Rasul ( Muhammad ) yang akan membenarkan apa yang ada padamu. Oleh sebab itu  hendaklah kamu sungguh-sungguh beriman kepadanya dan menolongnya .Allah kemudian berfirman: "Apakah kamu mengakui dan menerima perjanjian-Ku terhadap yang demikian itu?" Mereka para nabi dan rasul menjawab: " Kami mengakui hal itu  ". Allah berfirman: " Kalau begitu maka saksikanlah (hai para Nabi) dan Aku juga menjadi saksi (pula) bersama kamu". ( Surah Ali Imran : 81 ).Dari ayat diatas dapat dilihat bahwa para nabi berjanji kepada Allah s.w.t. bahwa bilamana datang seorang Rasul bernama Muhammad , maka mereka akan beriman kepadanya dan menolongnya. Perjanjian nabi-nabi ini juga mengikat pula kepara ummat dari nabi dan rasul tersebut.

 

Disebabkan nabi Muhammad adalah nabi yang paling mulia diantara seluruh nabi, dan mempunyai kedudukan mulia disisi Allah, maka sebagai umat Muhammad kita wajib mencintainya, dan cinta nabi itu merupakan bukti keimanan kepada Allah dan rasulNya. Hal ini dinyatakan dalam Al Quran dalam surah at Taubah : 24”.  Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka tunggulah sampai Allah mendatangkan Keputusan NYA". dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. Rasulullah saw juga bersabda “ Tidaklah beriman seseorang kamu sebelum dia mencintai aku lebih daripada cintanya kepada anaknya, orangtuanya, dan seluruh manusia yang lain ( hadis riwayat Muslim dan nasai)

Anas menceritakan bahwa Rasulullah saw bersabda : " Ada tiga perkara sesiapa yang ada padanya tiga perkara itu maka dia telah mendapatkan manisnya iman : Bahwa Allah dan rasulNya lebih dicintai daripada selain keduanya, dan dia mencintai seseorang hanya karena Allah; dan dia benci untuk kembali kepada kekafiran sebagaiman bencinya dimasukkan ke dalam api neraka ( Muttaqaf alaihi ). Anas  juga menceritakan bahwa ada seorang lelaki dating kepada Rasulullah dan bertanya : Bila terjadi kiamat wahai rasulullah?. Rasul menjawab : Apakah yang telah engkau sediakan untuk menghadapi kiamat? Orang itu menjawab : Aku tidak sedia dengan shalat yang banyak, atau puasa atau sedekah tetapi aku sedia menghadapinya dengan cintaku kepada Allah dan rasulNya ". rasul menjawab : " engkau bersama yang engkau cintai ". ( hadis riwayat Muslim ). Kecintaan kepada Rasulullah ini dilakukan oleh para sahabat nabi sebagaimana disebutkan bahwa Amr bin ash berkata : Tidak ada yang lebih aku cintai daripada Rasulullah saw.

Dari Ubadah binti Khalid bin Ma'dan berkata bahwa tidaklah Khalid akan pergi ke atas katil kecuali akan menyebutkan tentang kecintaannya kepada Rasulullah dan juga sahabat-sahabatnya dari muhajirin dan Anshar dengan menyebutkan nama-nama mereka, dan kemudian berkata : Aku berselawat kepada mereka semua, demikianlah teruis dia menyebut kerinduannya kepada mereka sampai dia tertidur. Abubakar berkata kepada nabi : Demi Allah yang telah mengutus engkau dengan benar, wahai rasulullah, jika Abu Thalib masuk islam itu lebih aku sukai daripada masuk islamnya ayahku sendiri, sebab islamnya Abu thalib akan membahagiakan dirimu; demikian juga Umar bin Khattab berkata kepada Abbas : " Wahai abbas, engkau masuk islam lebih aku sukai daripada  masuk islamnya ayahku sendiri sebab engkau lebih dicintai oleh Rasulullah “

 Ali bin Abi Thalib ditanya tentang kecintaan kepada rasulullah, maka Ali menjawab : Demi Allah, rasulullah lebih kami cintai daripada harta benda kami, anak-anak kami, ayah kami, ibu kami, dan daripada air yang sejuk yang dapat melegakan panasnya yang terik”. Demikianlah kemuliaan Rasululah dibandingkan dengan nabi-nabi yang lain, oleh sebab itu mari kita mengikuti seluruh ajaran, sunnah, dan kepribadiannya dalam kehidupan sehari-hari. Sungguh mulia engkau ya rasulullah, semoga kami dapat mengikuti jejak perjuangan, sirah kehidupan, dan segala sunah dan ajaranmu dalam diri, keluarga dan masyarakat, sehingga sunah adan ajaranmu ntetap hidup sepanjang zaman. Fa’tabiru ya Ulil albab.

 

 

ReplyReply allForward

Buletin

Share This