KEKUATAN UMAT : IMAN , ILMU DAN ADAB
“Hai orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu : Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan kelapangan kepadamu ( QS. AlMujadilah : 11 )
Rasulullah sedang berada di majlis ilmu bersama sahabat dibalai suffah (sekarang tempat sufah tersebut adalah balai yang berada di belakang makam Rasulullah) di masjid nabawi. Tak lama kemudian datanglah beberapa sahabat Badar ( sahabat yang ikut dalam parang Badar Kubra )memberikan salam kepada Rasululah dan sahabat yang lain. Sahabat Badr tersebut tetap berdiri sebab balai sufah tersebut telah penuh oleh sahabat yang datang sebelum mereka. Melihat keadaan sahabat Badr yang tetap berdiri sebab tidak mendapatkan tempat untuk duduk, maka Rasulullah memerintahkan beberapa orang sahabat yang telah duduk untukberdiri pindah ketempat lain dan memberikan tempat duduk kepada sahabat Badr yang baru datang tersebut. Sudah menjadi kebiasaan nabi memberikan tempat khusus kepada sahabat Badr sebab jasa mereka dalam perjuangan tersebut. Perintah nabi kepada sahabat untuk berdiri dan memberikan tempatnya kepada sahabat Badr tersebut mengecilkan hati sebagian sahabat, ditambah lagi orang munafik menjadikan kejadian tersbeut sebagai isu untuk memecah belah umat Islam sehingga mereka berkata : “ Lihat, katanya Nabi Muhammad itu berlaku adil, ternyata tidak, sebab beliau menyuruh sahabat yang telah duduk untuk berdiri dan memberikan tempat kepada sahabat Badr yang datang belakangan “. Melihat gejala demikian, maka Nabi Muhammad bersabda : “ Allah Taala akan merahmati siapa yang memberikan kelapangan bagi saudaranya yang lain “. Untuk menguatkan sikap Rasulullah dan mematahkan isu yang dibuat oleh orang munafik maka Allah menurunkan ayat 11 surah alMujadilah : “ Hai orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu : Berlapang-lapanglah dalam majlis, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberikan kelapangan kepadamu, dan jika dikatakan : “ berdirilah kamu “, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang yang beriman diantara kamu dan orang yang berilmu beberapa derajat, dan Allah Maha Mengetahui terhadap apa saja yang kamu lakukan “ ( QS. alMujadilah : 11 ).
Dalam ayat tersebut, ada tiga kata kunci, yaitu berlapang-lapanglah, berdirilah, iman dan ilmu. Perintah memberikan kelapangan dan berdiri tersebut adalah termasuk dalam adab. Sikap adab memberikan kelapangan tersebut dihubungkan dengan iman dan ilmu sehingga dapat disimpulkan dari ayat tersbeut bahwa tingginya derajat suatu kaum jika kaum tersbeut memiliki adab, iman dan ilmu pengetahuan. Adab akan Nampak dan dilaksanakan oleh orang yang mempunyai ilmu, sehingga adab dan ilmu merupakan syarat kemuliaan suatu masyarakat. Adab dan ilmu menjadi syarat kemulaian suatu kaum walaupun kaum itu beriman atau kafir. Sebagai contoh masyarakat yang memiliki ilmu dan adab akan terhormat sebagaimana masyarakat jepang. Hanya saja jika adab dan ilmu tersebut dilaksanakan oleh masyarakat kafir, maka masyarakjat tersebut walaupun mulia di dunia tetapi tidak mendapatkan kemuliaan di akhirat, sedangkan hidup ini terdiri dari kehidupan dunia dan akhirat. Oleh sebab itu agar kemuliaan hidup itu di dapat di dunia dan di akhirat, maka adab dan ilmu harus dilaksanakan dengan landasan iman kepada Allah, pemilik kehidupan dunia dan akhirat.
Dalam kisah diatas Rasulullah memuliakan sahabat Badr daripada sahabat yang lain, sebab sahabat Badr mempunyai jasa dalam perjuangan umat. Memberikan keutamaan kepada sahabat Badr ini merupakan pengajaran adab kepada sahabat yang lain. Tafsir Ibnu Kasir dalam penjelasan ayat diatas juga menceritakan bahwa sahabat nabi biasanya duduk dalam majlis sesaui dengan kedudukan masing-masing, sebagaimana Abubakar Shiddiq duduk di kanan nabi, Umar bin Khattab di sebelah kiri nabi, Usman dan Ali bin Abi Thalib biasanya di hadapan nabi, sebab kedua mereka juga termasuk diantara sahabat nabi yang bertugas sebagai penulis wahyu. Demikian juga dalam hadis diriwayatkan oleh muslim dari Abi Mas’ud Rasulullah selalu bersabda : “ Sepatutnya disampingku dari sahabat yang mempunyai kemuliaan, kemudian selanjutnya dan kemudian selanjutnya “. Imam Ahmad juga meriwayatkan hadis dari Abi Masud bahwa rasulullah biasanya sebelum mendirikan shalat akan bersabda kepada jamaah shalat : “ Luruskanlah barisan (saf ) dan janganlah kamu berselisih (tidak lurus ) , sebab itu akan mengakibatkan berselisihnya hati-hati kamu, dan hendaklah berdiri disampingku sahabat yang terhormat diantara kamu, kemudian selanjutnya, dan kemudian selanjutnya. Ibnun Kasir dalam mengomentari hadis ini berkata bahwa beginilah perintah nabi dalam susunan saf dengan memuliakan orang terhormat dari sahabat, demikian juga adab yang dilakukan kepada orang yang terhormat dan ulama dalam kegiatan diluar salat.
Sikap menempatkan dan menghormati sahabat pada kedudukan yang mulia sesuai dengan kedudukan dan jasanya terhadap islam merupakan asas adab dalam Islam. Sikap adab ini hanya dapat dilakukan oleh mereka yang mempunyai ilmu pengetahuan, sebab jika seseorang itu tidak berilmu maka dia tidak mengetahui kedudukan seseorang. Oleh sebab itu ilmu pengetahuan merupakan syarat dalam menamamkan adab dalam masyarakat. Abad dan ilmu tersebut harus dilaksanakan dengan motivasi dan landasan iman kepada Allah sehingga adab tersebut dapat merupakan ibadah dan menjadi asset bagi kehidupan akhirat di masa mendatang.
Sejarah telah membuktikan bahwa Rasulullah membentuk masyarakat jahiliyah menjadi masyarakat yang terbaik dalam kemanusiaan dalam masa yang singkat hanya dengan memberikan iman, ilmu dan akhlak dan adab. Pertama sekali yang ditanamkan Rasulullah kepada umatnya adalah nilai-nilai iman yang dapat menjadi motivasi dan penggerak seluruh aktivitas kehidupan, dengan menanamkan nilai-nilai tauhid kepada masyarakat. Setelah itu Rasulullah menanamkan nilai-nilai ilmu dengan mendidik para sahabat di rumah Arqam bin Abi Arqam, dilanjutkan dengan majlis ilmu di Masjid Nabawi, sehingga dengan iman dan ilmu tersebut lahirlah pribadi yang berakhlak dan mempunyai adab. Pribadi yang telah memiliki iman , ilmu dan adab tersebut akan menjadi penggerak kebangkitan masyarakat sehingga muncullah peradaban Islam yang berawal dari peradaban Madinah, berlanjut kepada Peradaban Muawiyah, Abbasiyah, Andalusia, Usmaniyah di Turki dan lain sebagainya.
Dengan ilmu juga berkembang Peradaban dalam masyakat Barat yang dimulai dari peradaban Romawi, Hellenisme, tetapi disebabkan peradaban tersebut dilakukan tanpa keimanan, malahan ilmu yang diajarkan ilmu yang terpisah dari iman, sehingga terlihat bahwa masyarakat Barat haru ini menjadi masyakakat yang kosong dan hampa. Berbeda dengan Peradaban Masyarakat islam yang bernilaikan tauhid sehingga peradaban tersebut menjadi peradaban yang berisikan nilai-nilai agama sehingga peradaban mempunyai tujuan yang kekal, bukan saja di dunia tetapi menjadi amal jariyah peradaban bagi masa mendatang.
Pada hari ini, jika kita umat islam ingin kembali kepada peradaban tersebut maka syarat utama adalah kuatkan kembali nilai-nilai iman sehingga bukan saja menjadi ritual kehidupan tetapi menjadi motor penggerak kehidupan dalam setiap aktivitas dan keilmuan. Kualitas pendidikan yang mempunyai nilai semangat iman merupakan syarat utama kebangkitan bangsa. Disamping kualitas akhlak dan adab masyarakat yang harus terus dibina dan dipelihara agar tidak terpengaruh oleh budaya tidak bermoral yang berlandaskan kepada hawa nafsu seperti yang dicontohkan oleh budaya hedonisme masyarakat barat dalam segala aktivitas.
Pendidikan adab tersebut harus dimulai sejak kecil, dari dalam rumah, kemudian dilanjutkan di sekolah serta dilaksanakan di dalam masyarakat, dan dicontohkan oleh para tokoh masyarakat serta disebarluaskan oleh media, sehingga akan tercipta masyarakat yang beriman, berilmu dan beradab. Jika rumah kosong dari pendidikan iman, ilmu dan adab berganti dengan pendidikan hiburan dan permainan, di sekolah kosong dari iman dan adab berganti dengan ilmu yang kosong dari iman dan adab; di masyarakat ilmu dan adab berganti dengan kehoidupan materialisme yang selalu mengutamakan harta kekayaan sehingga para tokoh sibuk dengan korupsi dan budaya egois, ditambahlagi media massa lebih banyak menyebarkan berita tidak bermoral seperti pembunuhan, perkosaan, hiburan dan artis yang terlibat dengan narkoba dan budaya maksiat, maka bagaimana masyarakat beriman, berilmu dan beradab akan menjadi kenyataan ? Sebab masyarakat adalah hasil dari proses yang terjadi baik itu di rumah, di sekolah, yang dicontohkan oleh pemimpin dan tokoh dan disebarluaskan oleh media. Jika itu terjadi, maka masyarakat beriman, berilmu dan beradab hanya tinggal dalam slogan. Fa’tabiru ya Ulil albab.(Muhammad Arifin Ismail )
ReplyReply allForward |
Komentar