FITRAH SOSIAL : SILATURAHMI DAN  SALING MEMAAFKAN

today April 27, 2023 account_circle Arifin Ismail

 

 “ Dan bertaqwalah kamu dan perbaikilah hubungan diantara kamu “

 ( QS. Al Anfal : 1)

Ibnu Abbas  radiyallahu anhu mendengar Rasululah saw bersabda :  “ Pada waktu fajar di malam Lailatul Qadar, malaikat Jibril berkata kepada seluruh malaikat : “ Wahai para malaikat, berangkatlah kamu semuanya ? Malaikat menjawab : " Apakah yang akan dilakuan Tuhan Yang Maha Mulia Alah subhana wataala kepada umat Muhammad ? Malaikat Jibril berkata : Allah Taala akan melihat semua umat Muhammad pada malam tadi dan memberiak ampunan  atas kesalahan mereka semua, kecuali empat kelompok yang tidak diberi maaf". Malaikat bertanya lagi : " Siapakah mereka yang empat kelompok tersebut ? ". Jibril berkata : Pertama, mereka yang selalu minum minuman keras, Kedua, mereka yang durhaka kepada kedua orangtua, Ketiga, mereka yang memutuskan tali persaudaraan ( silaturahmi ), Ke-empat, mereka yang  masih bertengkar dengan orang lain ". ( hadis riwayat Baihaqi, dan Ibnu Hibban, dari Kitab Targhb dan tarhib,  Zakiyudin al Mundziri, jilid 2, hal.101). Dari hadis diatas dapat dilihat bahwa hubungan antar manusia dengan  manusia yang lain merupakan syarat untuk mendapatkan keampunan daripada Allah Taala. Oleh sebab itu setelah manusia harus memperbaiki hubungan baik hubungan dengan Allah, dan hubungan dengan manusia “ Dimanapun kamu berada maka kamu akan mendapat kehinaan kucuali jika kamu mempunyai hubungan dengan Allah dan hubungan yang baik dengan manusia yang lain “ ( QS. Ali Imran : 112 ). Oleh sebab itu Ibnu Khaldun menyatakan bahwa  “ Al Insanu Madaniyun bittab’i ( Manusia adalah  makhluk sosial ) , sebab memang manusia diciptakan dalam fitrah sosial, sebagaimana dinyatakan dalam al Quran : “ Hai manusia, sesungguhnya kamu itu diciptakan dari jenis lelaki dan jenis perempuan, dan kami jadikan kamu itu berpuak-puak dan berbangsa-bangsa agar kamu saling mengenal satu sama lain “ ( QS. Al Hujurat : 10 ).

Saling mengenal hanya dapat terjadi dengan melakukan hubungan silaturahmi, sebab itu silaturahmi merupakan aplikasi dari fitrah sosial, sehingga dengan adanya silaturami akan terjadi saling menolong dan membantu antar sesama yang sangat dianjurkan oleh agama sebagaimana dinyatakan dalam al Quran : “ Dan tolonng menolonglah kamu dalam kebaikan dan ketaqwaan dan janganlah kamu tolong menolong dalam perbuatan dosa dan permusuhan “ ( QS. Al Maidah : 3 ).  Hubungan antar manusia yang dirajut dengan kasih saying dan persaudaraan itu kadangkala dapat terputus  disebabkan pertikaian, perselisihan, dan  pertengkaran, sebab setiap manusia memiliki kekurangan dan kesalahan sebagaimana dinyatakan oleh Hadis rasululah :  “ Setiap manusia itu memiliki kesalahan, dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah mereka yang bertaubat “ ( hadis Riwayat Tirmidzi ).

Oleh sebab itu jika ada kesalahan, pertikaian, antar manusia maka Langkah yang terbaik adalah menyambung Kembali tali persaudaraan dengan memperbaiki hubungan, memaafkan kesalahan, dan Kembali merajut dan menguatkan kembali hubungan silaturahmi tersebut, dan sikap merajut kembali hubungan silaturahmi merupakan perbuatan yang sangat mulia.

Silaturahmi dan memberikan maaf atas kesalahan orang lain merupakan akhlak yang paling mulia, dan merupakan sikap  dari orang yang bertaqwa. Hal ini dijelaskan dalam Al Quran : " Dan jika kamu memberikan maaf, maka sikap pemaaf itu adalah lebih dekat kepada taqwa " ( QS. AlBaqarah : 237 ). Dalam hadis Abu Hurairah bertanya kepada Rasulullah : Wahai rasulullah,apakah akhlak yang terbaik ? Rasululah saw menjawab : " Akhlak yang terbaik ada tiga pertama, adalah menyambung silaturahim dengan orang yang memutuskannya, kedua, memberikan maaf kepada orang yang pernah mendzalimi engkau, dan ketiga, engkau memberikan sesuatu kepada orang yang memusihi engkau " ( Hadis riwayat Thabrani ).

 

Dalam hadis yang lain Rasulullah bersabda : " Sesungguhnya di sekeliling Arsy itu ada beberapa mimbar dari cahaya, dan diatas mimbar itu ada suatu kaum yang memakai pakaian daripada cahaya, dan wajahnya juga seperti cahaya. Mereka itu bukan para nabi dan rasul dan juga bukan orang yang mati syahid; tetapi itu menjadi orang yang disukai oleh nabi dan syuhada. ". Sahabat bertanya : " Ya rasulullah. Terangkan kepada kami siapakah mereka itu ?". Rasul menjawab ; " mereka itu adalah orang yang saling cinta-mencintai karena Allah, mereka sama-sama duduk dalam jalan Allah, dan mereka saling kunjung mengnjungi dan bersilaturahim pada jalan Allah ". ( Hadis riwayat Nasai ).

Rasulullah saw dalam hadis yang lain juga bersabda : "  Jika seseorang berkunjung kepada saudaranya pada jalan Allah, maka Allah taala akan segera mengirimkan kepadanya malaikat, untuk bertanya : " Wahai pulan, hendak kemanakah engkau ? ". Orang itu menjawab : " Saya pergi untuk mengunjungi saudaraku si fulan ". Malaita bertanya lagi : " Apakah ada keperluanmu kepadanya sehingga engkau datang mengunjunginya ? ". Orang itu menjawab : " Tidak ada keperluanku kepadanya, aku hanya ingin bersilaturahim. ". Malaikat bertanya lagi : " Apakah ada hubungan keluarga antar kamu dengan orang yang akan kamu kunjungi tersbeut ? ". Orang itu menjawab : " Tidak ada ". Malaikat bertanya lagi : " Apakah engkau datang mengunjunginya, disebabkan engkau pernah mendapat nikmat pemberian daripada orang itu ? ". Orang itu menjawab : " Juga tidak ada ". Malaikat bertanya lagi : " Jika demikian, apakah yang menyebabkan engkau datang berkunjung dan bersilaturahim kepadanya ? ". Orang itu menjawab : " Aku berkunjung dan bersilaturahim kepadanya adalah karena aku mencintainya di jalan Allah ". Malaikat segera berkata kepada orang tersebut : " Sesungguhnya Allah telah megutus aku kepadamu untuk menerangkan bahwa sesungguhnya Dia menvcintaimu karena cintamu kepadaNya , dan oleh sebab itu Dia akan mewajibkanmu masuk ke dalam surga " ( Hadis riwayat Muslim ).

Rasulullah saw dalam berbagai hadis juga mengajak umatnya untuk selalu memberikan maaf kepada orang lain dan Allah Taala akan memaafkan kesalahan kita jika kita selalu memaafkan orang lain sebagaimana dalam dinyatakan : " Barangsiapa yang memaafkan orang muslim daripada kesalahannya, niscaya Allah akan memaafkannya pada hari kiamat " ( riwayat Abu daud dan Hakim ).

Banyak orang menyangka jika kita meminta maaf atau memberi maaf itu merupakan sika mengalah dan hina, padahal Islam menyatakan bahwa orang yang memberikan maaf kepada orang lain bukan bertambah hina, tetapi akan bertambah mulia baik disisi Allah maupun disisi manusia sebagaimana dijelaskan dalam hadis : " Tidaklah berkurang harta dengan sedekah dan tidaklah bertambah oleh Allah akan seseorang yang memberi maaf kecuali kemuliaan. Dan tidaklah seseorang yang merendahkan dirinya karena Allah, melainkan Allah akan mengangkat kedudukan dan derjatnya  "( riwayat Muslim ).

Jika seseorang itu telah meminta maaf kepada orang lain, dan orang itu tidak memaafkannya, maka orang yang meminta maaf itu telah terlepas daripada dosa sedangkan orang yang tidak mau memberi maaf itu akan mendapat dosa atas kesalahan orang yang datang meminta maaf kepadanya, dan orang itu tidak mendapat minuman dari telaga Rasulullah di padang Mahsyar. Hal ini dijelaskan dalam hadis nabi yang artinya: " Barangsiapa meminta maaf kepada saudaranya dan orang tersebut tidak memaafkan permintaan maaf atas kesalahannya maka bagi orang itu mendapat dosa seperti kesalahan yang dilakukan oleh orang yang meminta maaf " ( riwayat Thabrani ). "Barangsiapa yang tidak menerima permintaan maaf dari saudaranya yang lain, maka dia tidak akan mendapat minuman daripada telaga Rasulullah pada hari kiamat " ( Thabrani ). Memaafkan dan berlapang dada merupakan ibadah yang sama dengan shalat dan puasa sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis :' Seseorang itu akan mencapai tingkatan kedudukan puasa dan shalat dengan bersikap lapang dada kepada orang lain " ( Ibn Hibban ).

Orang yang suka memaafkan orang lain akan masuk ke dalam surga dengan cepat, tanpa hisab sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadis : " Apabila semua makhluk dikumpulkan di padang mahsyar untuk dihisab, tiba-tiba terdengar suara panggilan yang terdengar oleh semua   : Orang yang pahalanya disisi Allah dimohon untuk berdiri ". Ada yang bertanya : Siapakah orang yang pahalanya ada di sisi Allah  ya Rasulullah? Rasulullah saw  menjawab mereka itu adalah : " Orang yang suka memaafkan kesalahan orang lain ". Mereka segera berdiri dan masuk surga tanpa hisab ( riwayat thabrani ). Mari kita kembali ke fitrah sosial dengan melakukan silaturahmi dan memaafkan orang lain. Fa’tabiru Ya Ulil albab.

 

 

Buletin

Share This