1502 MAKNA SHALAT TARAWEH, TADARUS DAN SAHUR
MAKNA SHALAT TARAWEH, TADARUS DAN SAHUR
“ Sungguh berbahagia orang yang dapat membersihkan jiwanya “ ( QS. Syams : 9 )
Jika kita memasuki bulan ramadhan, maka yang pertama kita lakukan adalah shalat taraweh. Shalat taraweh jika kita umpamakan dengan kenderaan adalah untuk mengisi air baterai , agar baterai tetap kuat dan dalam kondisi yang baik. Manusia mempunyai jiwa dan ruh. Jiwa dan ruh manusia adalah bagaikan sebuah baterai. Jika baterai perlu diisi ulang, sehingga kuat untuk menjalankan tugasnya sebagai bahan penggerak, demikian juga dengan jiwa dan ruh manusia. Pengisian ruh adalah dengan shalat, itulah sebabnya rasulullah jika akan shalat berkata kepada Bilal bin rabah, “ Wahai Bilal panggilkan orang untuk shalat, tenangkan jiwa kami dengan shalat ( Abu Daud ) “. Dalam hadis yang lain, Rasulullah bersabda : “ Penghibur hatiku, adalah shalat “ ( Tirmidzi ) . Shalat adalah sesuatu yang dapat menghibur diri dan jiwa. Berarti shalat adalah pengisian jiwa dan ruh agar tetap kuat.
Ramadhan bermula dengan malam hari, dan kegiatan pertama yang dilakukan di malam hari dalam bulan ramadhan adalah melaksanakan shalat taraweh. Shalat Taraweh secara bahasa adalah shalat yang dapat memberikan ketenangan dalam hati, sebab kata-kata “Taraweh” adalah jamak dari kata-kata “ rawaha “ yang bermakna “lawan kata dari kepenatan “ ( Ibnu Mandzur, Lisanul Arab, jilid 2. Hal.161 ) Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa taraweh adalah sesuatu yang menyenangkan. . Jika kita perhatikan bahwa perbuatan yang dilakukan di awal ramadhan di malam ramadhan pertama adalah shalat taraweh yang bertujuan untuk memperbaiki, menyucikan dan menguatkan ruh dan jiwa manusia. Dengan melakukan shalat taraweh baik itu delapan atau dua puluh rakaat, maka ruh dan jiwa kita akan kuat, sehat dan suci, dan hal ini dapat terjadi jika kita dapat menikmati shalat dan menjadikan shalat sebagai penghibur hati dan jiwa..
Kita tidak perlu bertengkar tentang bilangan rakaat, karena dalam ibadah shalat biasanya ada bilangan minimal dan maksimal. Jika dalam shalat duha minimal dua rakaat, maksimal delapan rakaat, dalam shalat witir minimal satu rakaat dan maksimal sebelas rakaat, tergantung kepada kemampuan dan keinginan kita untuk melaksanakannya, demikian juga dengan shalat taraweh, minimal delapan rakaat dan boleh juga duapuluh rakaat. Malahan dalam sejarah Islam tercatat bahwa masyarakat Madinah pernah melakukan shalat taraweh dengan tiga puluh enam rakaat, dan umat Islam dalam masa kepemimpinan Umar Abdul Aziz melaksanakan shalat taraweh dengan empat puluh satu rakaat. ( Syaukani, Nailul Authar, jilid 3,hal.53). Mereka melakukan shalat tersebut dengan penuh kenikmatan, sebab bilangan rakaat itu dapat menambah kenikmatan mereka sebab ruh itu akan kuat jika selalu berdialog dan berjumpa dengan Tuhan, sang pencipta.
Jika kita misalkan shalat taraweh sebagai penguatan ruh dan jiwa , sama seperti air baterai yang diisi ke dalam baterai untuk menguatkan fungsi bateri itu kembali. Jika air baterai ada batas minimal dan batas maksimal dalam pengisiannya, demikian juga bilangan shalat taraweh ada batas minimal sehingga dapat dikatakan bahwa bilangan delapan rakaat adalah batas minimal shalat taraweh untuk dapat menguatkan jiwa dan ruh yang terdapat dalam diri manusia. Oleh sebab itu yang sepatutnya menjadi perhatian kita bukanlah bilangan, tetapi kualitas shalat taraweh yang dilakukan, apakah shalat tersebut sudah dapat menguatkan hubungan ruh dan jiwa kita kepada Allah ta'ala.
Kegiatan kedua dalam bulan ramadhan adalah tadarus al-Quran, sebab sejarah mencatat bahwa nabi Muhammad melakukan tadarus al-quran bersama malaikat jibril pada setiap malam sepanjang bulan ramadhan. Tadarus berasal dari kata-kata bahasa arab “ta- daa-ra-sa” yang bermakna mempelajari sesuatu secara bersama-sama. Tadarus al-Quran bermakna suatu kegiatan untuk membaca dan mempelajari al-Quran secara bersama-sama. Tadarus al-Quran di malam ramadhan dilakukan sampai khatam sehingga dengan tadarus tersebut timbul kecintaan kepada membaca dan mempelajari al Quran yang merupakan petunjuk untuk kebahagiaan hidup. Dengan membaca ayat-ayat al-Quran berarti kita sedang membaca kembali petunjuk Tuhan dalam kehidupan sehingga petunjuk tersebut dapat kita pahami dengan baik sehingga pikiran yang tidak sesuai dengan petunjuk yang ada dalam pikiran mansuia dapat terhapus dan digantikan dengan pikiran yang bersumber dari ayat-ayat al-Quran.
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kegiatan Tadarus al Quran dimaksudkan untuk memperbaiki pikiran manusia. Manusia menjalani kegiatan hidup dengan memakai akal dan pikiran. Kadang kala dengan masuknya informasi media ke dalam pikiran manusia, sehingga dapat membuat pikiran memutuskan sesuatu perkara yang tidak sesuai dengan pedoman al-Quran, Oleh sebab itu diperlukan suatu kegiatan yang dapat mensucikan kembali pikiran yang tidak baik seperti pikiran yang condong kepada dunia sehingga melupakan ajaran Tuhan dan lain sebagainya. Dalam sebuah hadis rasulullah saw bersabda : " Sesungguhnya hati manusia itu dapat berkarat bagaikan besi yang berkarat". Sahabat bertanya : “ Ya rasulullah, jika demikian apakah cara untuk membersihkan karat hati tersebut? " Rasulullah saw menjawab : " Karat hati itu hanya dapat dibersihkan dengan bacaan al-Quran dan mengingat kematian ". ( hadis riwayat Baihaqi ).
Sebagaimana dalam shalat sunat taraweh ada batas minimal, demikian juga dalam membaca Al-Quran, maka untuk membersihkan hati diperlukan bacaan al-Quran walaupun dilakukan dengan membaca tanpa mengetahui makna. Kegiatan membaca ayat al-Quran ini disebut dengan Tilawah. Bacaan Tilawah ditingkatkan kepada membaca dengan mencari makna, yang disebut dengan Qira’ah. Bacaan qira’ah ditingkatkan lagi menjadi bacaan yang dapat memahami makna dan menghayati makna sehingga dapat dijalankan dalam kehiduan sehari-hari. Inilah yang disebut dengan kegatan “ tadabbur “. Tadarus al-Quran adalah membaca, dan mempelajari ayat-ayat yang terkandung dalam al-Quran. Jika dengan membaca saja sudah dapat membersihkan karatnya hati, maka dengan tadarus atau tadabur al quran kita dapat memasukkan informasi, pesan dari ayat-ayat al-Quran ke dalam otak kanan kita, sebagaimana kita mempelajari suatu ilmu pengetahuan.. Berari tujuan tadarus al Quran adalah memasukkan kembali pedoman hidup, informasi al-Quran ke dalam memori otak kita, sehingga dengan tadarus berarti membuang informasi yang salah tentang kehidupan seperti cara berpikir kapitalis, sekular, dan lain sebagainya, menjadi cara berpikir al-quran. Jika dalam berpikir sekular kita melihat bahwa dunia ini adalah kesenangan, maka berpikir al-Quran kita akan melihat bahwa dunia ini adalah ujian, dan meyakini kehidupan yang utama adalah kehidupan akhirat nanti. Dengan tadarus berarti kita sedang memproses diri kita memiliki pikiran yang Qurani, berpikir sesuai dengan petunjuk al-Quran.
Setelah tadarus, maka kegatan selanjutnya dalam ramadhan adalah sahur. Sahur secara bahasa dari kata-kata “ sa-ha-ra” yang bermakna waktu di akhir malam ( Ibnu Mandzur , Lisanul Arab, jlid 4, hal. 350) Makan sahur adalah makan di akhir malam, sebgai proses penjagaan diri daripada keadaan lapar pada esok hari. Manusia berjaga di waktu akhir malam juga diharapkan untuk melakukan shalat tahajud, bermunajat kepada Allah, dan memohon ampun kepadaNya, sebab dalam sebuah hadis : " Tuhan akan turun setiap malam ke langit pertama di sepertiga malam terakhir dan berfirman : Siapa yang berdoa kepadaKu maka Aku akan menjawabnya, Siapa yang meminta kepadaKu, Aku akan memberinya, dan siapa yang meminta ampun kepadaKu, Aku akan memberi ampunan kepadanya " ( riwayat Bukhari ). Dalam al-Quran juga dinyatakan bahwa diantara sifat orang beriman adalah “melakukan istighfar di waktu sahur “ (QS. Ali Iman : 17 / QS. Ad Dzariyat : 18 ) .
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dalam waktu sahur tersebut seorang muslim dapat melakukan shalat tahajud, dzikr dan istighfar serta berdoa dan munajat yang kita panjatkan kepada Allah, sebab waktu sahur adalah waktu yang sangat baik untuk mengingat dan bermunajat kepadaNya. Dzikir, istighfar dan munajat itu dapat memberikan ketenangan dan kekuatan hati manusia sebagaimana dalam al-Quran dinyatakan : “ Ketahuilah bahwa zikir kepada Allah itu dapat memberikan ketenangan hati” (QS. Ra’ad:28). Di waktu sahur, dengan tahajud dan munajat, seakan-akan manusia melaporkan rencana kerja yang akan dilakukan pada esok hari, maka mansuia perlu meminta persetujuanNya, rahmatNya, pertolongan dan perlindungan Allah. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa kegiatan di waktu sahur adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk menguatkan hati dan keyakinan kepada Allah, serta proses penjagaan diri dalam menghadapi cabaran dan tantangan hidup di esok hari, sebagaimana makan sahur merupakan proses menguatkan jasad untuk menjalankan kewajiban bekerja di esok hari. Selamat menikmati shalat taraweh, tadarus al Quran dan sahur sekama bulan Ramadhan. Fa’tabiru Ya Ulil albab.
![]() |
ReplyReply allForward |
Komentar