1501 MAKNA PERINGATAN NUZUL QURAN
“ Bulan ramadhan adalah bulan diturunkan Al Quran “ ( QS. Al Baqarah : 185 )
Bulan Ramadhan adalah bulan turunnya al Quran. Menurut riwayat, pada bulan ramadhan juga diturunkan juga seluruh kitab suci yang lain. Mushaf Ibrahim diturunkan pada satu Ramadhan , kitab Taurat diberikan kepada nabi Musa pada enam Ramadhan, kitab Injil diturunkan kepada nabi isa pada tiga belas Ramadhan. Al Quran diturunkan pada malam lailatu Qadar secara keseluruhan dan pada malam 17 ramadhan tahun pertama kenabian. Pada mulana, kitab suci Al Quran disimpan disebuah tempat bernama Lauh Mahfudz ang berada di langit ketujuh. Kemudian penurunn kedua terjadi dari tempat penimpanan di Lauh Mahfudz ke tempat penyimpanan kedua yang bernama Baitul Izzah di langit dunia. Ibnu Abbas menyatakan : “ Al Quran itu diturunkan sekaligus dari Lauh Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia kemudian diturunkan secara berangsur-angsur kepada nabi Muhammad sallahu alaihi wasallam sesuai dengan kejadian dalam rentang waktu selama duapuluh tiga tahun “.( Hadis riwayat Hakim ).
Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa Kitab suci Al Quran itu diturunkan dalam tiga kali tahapan. Tahapan pertama, al Quran sebagai kalam Ilahi disimpan di Lauh Mahfudz sebuah tempat yang terpelihara berada di langit ke tujuh. Pada tahapan pertama ini, proses dan cara penyimpanan tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Subhana wataala. Keberadaan al Quran di lauh mahfudz ini dinyatakan dalam al Quran : “ Bahkan mereka ( orang kafir ) mendustakan bahwa al Quran yang mulia itu tersimpan di Lauh Mahfudz “ ( QS. Al Buruj : 1-2 ). Dalam ayat ini dinyatakan bahwa al Quran itu tersimpan di Lauh Mahfudz, suatu tempat yang berada di langit yang ketujuh.
Tahapan kedua, al Quran diturunkan ( kalau memakai istilah ilmu computer, Quran dimuat turun atau di download ) secara menyeluruh dari tempat penyimpanan di Lauh Mahfudz ke tempat penympanan kedua yaitu Baitul Izzah di langit pertama. Penurunan al Quran yang kedua ini terjadi pada malam yang disebut dengan Lailatul Qadar. Peristiwa diturunkan ini hanya terjadi sekali dalam waktu yang hanya diketahui oleh Allah Taala. Dalam al Quran dinyatakan “ Sesungguhnya Kami menurunkan al Quran itu pada waktu Lailatul Qadar “ ( QS. al Qadar : 1 ).
Agar manusia tidak melupakan peristiwa mulia tersebut, maka pada setiap bulan ramadhan akan terdapat malam Lailatul Qadar. Hanya saja Lailatul Qadar yang terjadi pada setiap bulan ramadhan tersebut, bukan lagi merupakan malam turunnya al Quran, tetapi menjadi malam ditentukannya segala takdir dan ketentuan nasib makhluk untuk setahun yang akan datang. ” “Sesunguhnya Kami turunkan kitab suci Al-Qur’an itu pada malam yang penuh berkah. Sesungguhna Kami yang memberi peringatan. Pada malam itu ditentukan segala urusn dengan penuh hikmah (QS. AL Dukhan : 3-5 ).
Tahapan ketiga terjadi pada malam 17 Ramadhan pada waktu Nabi Muhammad berumur 40 tahun, 6 bulan, 8 hari yaitu tanggal 6 Agustus 610 Masehi , dimana pada malam itu turun lima ayat pertama dari ayat-ayat Al Quran yaitu ayat : “ Iqra’ bismirabbikalladzi khalak, Khalaqal Insaana min Alaq, Iqra’ wa rabbukal akram, alladzi ‘allama bil qalam, ‘allamal insaana maa lam ya’lam “. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menjadikan segala sesuatu. Menjadikan manusia dari segumpal darah. Bacalah dengan nama Tuhanmu yang mengajarkan manisa dengan pena. Mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya “ ( QS. Al Alaq : 1-5 ). Inilah ayat yang pertama kali turun kepada nabi Muhammad saw, dan peristiwa ini disebut dengan Nuzulul Quran.
Sejak peristiwa turun ayat pertama di Gua Hira tersebut, maka ayat-ayat al Quran terus diturunkan kepada nabi Muhammad saw sesuai dengan kejadian yang berlaku selama dua puluh dua tahun, dua bulan, dua puluh dua hari, sehingga turun ayat yang terakhir “ Al yauma akmaltu lakum dinakum, wa atmamtum alaikum nikmati, wa radhitu lakumul islama dina “ ( QS. Al Maidah : 3 ) yang bermakna : “ Pada hari ini telah Aku sempurnakan seluruh ajaran agama bagi kamu dan Aku telah sempurnakan seluruh nikmat dan Aku ridha menjadikan Islam sebagai agama “. Ayat ini turun pada waktu nabi Muhammad saw sedang melaksanakan Ibadah haji, diwaktu beliau berada di padang Arafah, 9 Dzulhijjah tahun ke 9 Hijrah.
Nabi Muhammad dalam proses menerima wahyu tersebut dengan berbagai jalan. Jalan pertama, malaikat datang menjumpai nabi dalam bentuk manusia dan mengajarkan nabi untuk membacakan ayat ayat yang akan disampaikan dan nabi segera menghafal ayat yang disampaikan tersebut. Sebagai contoh, ayat pertama sampai ayat kelima dari surah al Alaq tadi dilakukan dengan cara demikian.
Jalan kedua, malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hati sanubari nabi Muhammad. Hal ini dinyatakan al Quran : “ Malaikat Jibril menyampaikan wahyu itu ke dalam hati sanubariku “ ( QS. Al Syuara : 53 ).
Sedang jalan ketiga dimana wahyu disampaikan kepada nabi seperti suara lonceng sebagaimana dinyatakan bahwa seorang sahabat nabi bernama Al-Harits bin Hisyam pernah bertanya kepada Rasulullah “Wahai Rasulullah, bagaimana cara wahyu datang kepadamu?” Rasulullah menjawab, “Terkadang wahyu itu datang kepadaku seperti suara lonceng. Inilah yang terberat bagiku. Dia memberitakan sesuatu dan aku memahami apa yang ia ucapkan. Dan terkadang malaikat datang dalam wujud seorang laki-laki, lalu dia berbicara padaku dan aku paham apa yang diucapkannya.” (HR. al-Bukhari dan Muslim). Dalam al Quran juga dinatakan : “ Dan tidak ada bagi seorang manusia bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau sesuatu yang didengar dari belakang tabir atau dengan mengutus malaikat lalu mewahukan kepadana dengan seizinNya “ ( QS. Syura : 51 ).
Demikianlah sejarah nuzulul Quran yang terjadi kepada nabi Muhammad sallahu alaihiwasalam. Agar manusia tidak melupakan peristiwa tersebut, maka setiap malam tujuh belas ramadhan, umat Islam memperingati Nuzul Quran. Persitwa Nuzulul Quran perlu diperingati setiap tahun agar memberikan keyakinan kepada umat bahwa al Quran itu memang benar-benar wahyu yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, dimana ayat pertama turun adalah Iqra yang dibawa dan dibacakan oleh malaikat Jibril sewaktu Nabi Muhammad sedang berada di gua Hira. Keyakinan ini sangat perlu bagi umat Islam, sebab sampai sekarang terlebih lagi pada masa keterbukaan informasi sekarang ini, dimana masih ada saja orang yang ingin membuat keraguan kepada umat Islam terhadap al Quran dengan menyatakan bahwa al Quran itu bukan wahyu tetapi itu hanya karangan Nabi Muhammad saw.
Peringatan tersebut juga untuk memberikan kesadaran agar sewaktu membaca al Quran kita akan berusaha untuk memahami makna dari ayat-ayat tersebut sehingga makna ayat tersebut dapat diturunkan ke dalam hati sanubari, dan akal akan memikirkan bagaimana melaksanakannya dalam Tindakan sehari-hari. Inilah sikap dari peringatan nuzulul quran. . Sikap Nuzul Quran inilah yang ditanamkan oleh Mir Muhammad kepada anaknya Muhammad Iqbal, sehingga dia menjadi seorang penyair dan ahli filsafat yang terkenal dari Pakistan.
Muhamad Iqbal sejak kecil selalu membaca Al-Qur’an setelah usai sholat subuh. JIka anaknya membaca al Quran, maka si ayah bertanya: “Wahai anakku apakah yang sedang kamu kerjakan?” Iqbal menjawab: “” aku sedang membaca Al-Qur’an.ayah” Setiap hari si ayah bertanya dengan pertanyaan yang sama dan si Iqbal pun menjawab dengan jawaban yang sama , sehingga pada suatu hari Iqbal kecil bertanya kepada ayahnya:” Wahai ayah, setiap aku membaca Al-Quran, engkau selalu bertanya dengan pertanyaan yang sama. Apakah maksud pertanyaan ini wahai ayah? Mir Muhammad menjawab:”Wahai anakku, aku selalu menyapamu ketika kau membaca Al-Qur’an agar engkau benar benar menyadari bahwa engkau sedang membaca Al-Qur’an dimana dengan pertanyaan itu seakan-akan aku berkata “ Bacalah al Quran seakan-akan ayat itu ditujukan kepadamu ” Semenjak itu Iqbal selalu membaca Al-Quran dan berusaha untuk memahami setiap ayat yang dibaca, dengan meyakini bahwa setiap ayat yang dibaca merupakan perintah dan pedoman hidup yang ditujukan kepada dirinya sendiri.
Sikap Nuzul Qur’an . sikap dan usaha untuk membaca, dan memahami makna al Quran ke dalam hati sanubari inilah yang sepatutnya dapat kita lakukan setiap membaca kalam Ilahi dan kita dapat merasakan adanya komunikasi langsung dengan Tuhan dalam setiap ayat yang dibaca. Sikap Nuzul Quran inilah yang akhirnya menjadikan Iqbal selalu hidup dalam petunjuk Al-Quran. Sejarah hidupnya mencatat bahwa setiap malam Iqbal selalu membaca dan mempelajari Al-Qur’an dengan penuh penghayatan akan makna yang terkandung di dalamnya. Penghayatan makna al Quran itu yang menjadi ispirasi baginya untuk menuliskan syair dan puisi di besok hari, sehingga syairnya sarat dengan niai-nilai kehidupan. Iqbal setiap malam membaca Quran dengan menangis sehingga dikatakan bahwa pembantu rumahnya terpaksa menjemur Al Qur’an yang basah oleh air mata Iqbal.. Inilah sikap Nuzulul Quran yang dilakukan Iqbal setiap kali membaca al Quran.Fa’tabiru Ya Ulul Albab.
Buletin
Komentar