1497 Pedoman Hidup dari Perjalanan Rasul

today February 25, 2022 account_circle Arifin Ismail

 

 ” Maha suci Allah yang telah membawa hambaNya berjalan di malam hari dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha ” ( QS. Al Isra : 1 )

 Israk dan Mikraj terdiri dari dua peristiwa, dimana Israk adalah perjalanan Nabi Muhammad dari Masjdil Haram ke Masjidil Aqsa sedang Mikraj adalah peristiwa Nabi Muhammad naik ke langit sampai berjumpa dengan Allah Subhana wa taala.  Setiap peristiwa dalam perjalanan Israk dan Mikraj itu memiliki pelajaran yang sangat berguna bagi umat Muhamad yang dapat dijadikan sebagai  pedoman dalam menghadapi tantangan hidup di dunia. Pedoman hidup tersebut dapat kita lihat dari proses dan tahapan-tahapan dalam perjalanan israk dan mikraj.

 Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari , dari Malik bin Sa’adah menceritakan bahwa rasulullah saw bersabda : Sewaktu saya sedang berada di dekat Hajar al aswad, berbaring miring, tiba-tiba ada yang datang kepada saya. Saya mendengar dia berkata : Belahlah antara ini sampai disini. Maka Malik bin sa’salah bertanya : Apakah yang dimaksud dengan ini dan disini ? rasululah menjawab : Mulai dari cekuk leher sampai bulu airnya “. Muhammad melanjutkan : Kemudian dia datang mengeluarkan hati saya. Setelah itu dibawakan sebuah pasu emas berisi keimanan. Hati saya dibasuhnya, kemudian dituangkan air itu ke dalamnya dan dikembalikan kepada letak asalnya, kemudian dibawakan kepadaku seekor binatang yang putih, lebih kecil dari baghal (unta) dan lebih besar dari keledai, kemudian saya dinaikkan ke atasnya , dan jibrilpun berangkat bersama saya sampai ke langit dunia “.

 Dari hadis ini terlihat bahwa perkara yang sangat perlu dipersiapkan dalam hidup ini adalah memiliki kejernihan hati, ketulusan jiwa karena dengan kesucia hati dan ketulusan jiwa itu seseorang dapat terhindar dari pengaruh hawa nafsu yang selalu akan mengajaknya kepada kemungkaran, sebagaimana dinyatakan dalam ayat ” Sungguh bahagian mereka yang dapat mensucikan dirinya dari hawa nafsu, dan sungguh akan celaka mereka yang tidak dapat mensucikan dirinya dari pengaruh hawa nafsu ( QS. Al A’la : 9-10)

 Setelah seseorang memiliki kesucian dari hawa nafsu maka jiwa manusia perlu diisi oleh keimanan karena hanya keimanan yang dapat memberikan petunjuk kepada manusia untuk menghadapi kehidupan. Keimanan kepada Allah hanya dapat diperoleh dengan ilmu tauhid, dan tauhid harus dapat dibuktikan dengan melakukan ibadah dan pelaksanaan hukum-hukum syariah dan akhlak mulia. Iman, ibadah, pelaksanaan hukum dan akhlak yang mulia tersebut hanya dapat dicapai dengan ilmu, sehingga iman, ilmui dan amal merupakan komponen yang diperlukan oleh seseorang dalam menghadapi hidup dan kehidupan.

 Kesucian jiwa dari hawa nafsu, dan petunjuk iman yang dibuktikan dengan pelaksanaan ibadah dan hukum serta peraturan hidup Allah, yang dilaksanakan dengan akhlak mulia yang dimiliki oleh seseorang inilah yang dapat menjadi pedoman hidup bagi manusia bagi mengelola alam semesta, dengan  mempergunakan teknologi sebagai pelaksanaan tugas khalifah di muka bumi. Itulah sebabnya Rasulullah setelah proses penyucian jiwa dan pengisian keimanan, beliau diberikan kenderaan bouraq untuk berjalan dari Masjidil Haram menuju Masjidil Aqsha.    

 Dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh Nasai bahwasanya Anas bin Malik bercerita bahwa Rasulullah saw berkata : “ Sewaktu datang kenderaan buraq, maka aku menaiki kenderaan tersebut bersama malaikat Jibril alaihisalam kemudian kamipun berjalan, dan setelah sampai di suatu tempat, maka Jibril berkata : Turunlah kamu disini dan lakukan shalat. Maka Aku melaksanakan shalat di tempat tersebut. Setelah shalat Jibril bertanya : Apakah kamu mengetahui dimana kamu lakukan shalat tadi….Kamu telah shalat di bumi Thayyibah ( kota madinah ) dan ke tempat ini kamu nanti akan berhijrah. Setelah itu Aku berjalan lagi bersama malaikat Jibril sehingga sampai di suatu tempat, maka Jibril berkata : Turunlah di tempat ini dan dirikanlah shalat..Maka Aku turun di tempat itu serta melakukan shalat. Setelah selesai shalat, Jibril berkata : Tahukah kamu dimana kamu shalat tadi..? Kamu telah shalat di bukit Thursina, tempat Musa as berdialog dengan Allah Taala. Kemudian kami berangkat lagi sehingga sampai di suatu tempat, kemudian Jibril berkata : Turunlah kamu, dan shalatlah . Aku lakukan shalat dan setelah selesai Jibril bertanya : Tahukah kamu tempat apa ini..? Ini adalah Baitullahm ( Bethelehm ) tempat dimana Nabi Isa alaihissalam dilahirkan, kemudian setelah itu baru aku menuju Baitul Maqdis, dimana telah berkumpul semua nabi dan rasul, dan kemudian aku disuruh Jibril untuk menjadi imam bershalat jamaah bersama mereka “.

 Dari hads diatas dapat kita hayati bahwa dalam menghadapi kehidupan ini, seseornag harus mengetahui sejarah masa lalu, dan mempunyai pandangan kepada masa depan, sebagaimana rasululah singgah di Madinah agar mengetahui tempat hijrah di masa depan, dan singgah di Bukit Tursina dan Batelehem untuk mengetahui sejarah masa lalu, karena dalam hidup seseorang harus dapat menjadikan masa lalu sebagai pelajaran dan masa depan sebagai tantangan dan pencapaian.

Selanjutnya dalam perjalanan nabi menghadapi gangguan sebagaimana disampaikan oleh Baihaqi meriwayatkan hadis dari Abu said al Khudri yang menyatakan bahwa rasulullah saw telah bersabda : “ Aku mendengar ada suara yang memanggil-manggilku dari sebelah kanan, katanya : palingkanlah mukamu kepadaku, aku ingin bertanya . tetapi aku tidak menyahut panggilan tersebut. Kemudian ada pula suara yang lain memanggil-manggil dari sebelah kiriku, aku terus berdiam diri, tidak menyahutnya. Tiba-tiba aku terserempak dengan seorang perempuan yang terdedah setengah anggotanya sampai kelihatan segala kecantikan yang diciptakan Allah bagi kaum wanita, ia menyeruku : Wahai Muhammad, lihatlah kepadaku sebentar, aku mau bertanya sesuatu kepadamu. Aku tidak menoleh sedikitpun kepada perempuan itu. Jibril berkata kepadaku : wahai Muhammad adapun penyeru pertama adalah penyeruan yahudi, jika engkau menyahutnya, maka seluruh umatmu akan menjadi yahudi; dan pemanggil kedua adalah penyeru dari agama kristian, dan jika engkau menyahutnya, seluruh umatmu akan menjadi kristian. Adapun perempuan yang memanggil-manggilmu itu adalah lambang kehidupan dunia ”.

 Persitiwa panggilan wanita di kanan dan kiri pada peristiwa Israk, tersebut memberikan kepada kita bahwa hidup ini penuh dengan godaan dan tantangan. Godaan yang terberat adalah godaan akidah, ancaman keimanan dan godaan kedua adalah godaan kenikmatan dunia. Jika seseorang dalam perjalanan hidupnya dapat terhindar dari godaan keimanan dan godaan dunia, dan seseorang hanya dapat lulus dari godaan tersebut hanya dengan keimanan yang teguh serta memusatkan perhatian kepada  hidup mencari keridhaan Tuhan, dan kebahagiaan akhirat, sebagaimana rasulullah setelah lulus dari godaan tersebut baru dapat mencapai Masjidil Aqsha dan menjadi imam shalat jamaah bersama para  rasul dan anbiya.

 

Ibnu mas’ud menceritakan bahwa rasulullah bersabda ; “ kemudian aku masuk ke dalam masjid (Baitul Maqdis ), lalu melihat para nabi ada yang sedang berdiri dan ada yang sedang ruku dan ada yang sedang sujud. Kemudian azan dilaungkan dan iqamat , lalu kami (para nabi ) berdiri dalam saf yang lurus, menunggui siapa yang menjadi imam. Kemudian datang Jibril menghampiriku, dan memimpinku menunjuk ke hadapan, maka akupun bersembahyang menjadi imam mereka “.

 

 Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad bahwasanya menurut sahabat nabi Anas bin Malik, menyatakan bahwa rasulullah saw telah bersabda : Kenderaan Bouraq dibawakan kepadaku, kenderaan itu berwarna putih, bentuknya lebih besar sedikit dari keledai dan lebih kecil daripada bughal (kuda ), kakinya diletakkan dihujung ekornya. Aku mengenderainya hingga Baitul maqdis. Aku ikat tali kenderaan itu ditempat dimana para nabi mengikat kenderaan masing-masing. Kemudian akupun masuk ke dalam masjid dan shalat dua rakaat, kemudian aku keluar sedang Jibril datang mendapatiku dan ditangannya ada dua bekas satu berisi khamar (arak ) dan satu lagi berisi susu. Aku memilih bekas yang berisi susu. Jibril berkata : engkau telah memilih fitrah yang suci.

Dari hadis diatas dapat kita ambil pelajaran bahwa setelah seseorang itu terhindar dari godaan iman dan godaan dunia, dan memusatkan perhartian kepada tujuan hidup yang telah ditentukannya, barulah seseorang itu dapat berhasil mencapai prestasi dunia sehingga membuktikan dirinya menjadi pemimpin masyarakat dunia, sebagaimana Rasulullah menjadi imam shalat bagi para anbiya, dan menjadi orang yang berprestasi akan diuji apakah prestasi dipakai untuk memenuhi hawa nafsu dan membuat kerusakan ataukah prestasi dipakai untuk pemanfaan hidup diri dan masyarakat. Rasulullah memilih minum susu daripada minum khamar, karena susu itu lebih bermanfaat daripada khamar. Proses pemilihan itu dilakukan setelah nabi menjadi imam shalat berjamaah, adalah lambang bahwa seorang muslim harus dapat mempergunakan prestasi dalam bidang apapun yang diraihnya untuk sesuatu yang berguna dan bermanfaat bagi masyarakat dunia, karena sebagaimana  sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia yang lain. Jika menjadi pemimpin, pemimpin yang bermahfaat untuk rakyat, bukan menjadi pemimpin yang menyengsarakan rakyat, jika menjadi orang kaya, teknokrat, dan apapun juga, seharusnya menjadi yang bermanfaat bagi umat dengan prestasi dan profesi yang dimilikinya. Inilah pedoman hidup dari perjalanan Rasul dari kota Makah ke Baitul Maqdis yang dapat kita ambil untuk meniti perjalanan hidup diri kita pada saat sekarang ini. Fa’tabiru ya Ulil albab.

 

ReplyReply allForward

Buletin

Share This