1495 LULUS DARI UJIAN KEHIDUPAN
“ Kami akan menguji kamu dengan ujian kebaikan dan keburukan “ ( QS. Al Anbiya : 35 )
Pada suatu hari Nabi Muhammad s.a.w. telah bersabda kepada Ibnu Abbas : “Hai anak, sukakah saya ajarkan kepadamu beberapa kalimat semoga Allah s.w.t. memberi manfaat bagimu?” Jawab Ibn Abbas r.a.: “Baiklah, ya Rasulullah.” Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: ” Jagalah perintah Allah s.w.t.niscaya Allah s.w.t. akan menjagamu, dan jagalah dirimu dari larangan Allah kerana Allah Taala selalu berada dihadapanmu. Mendekatlah kepada Allah diwaktu ringan senang, nescaya Allah akan menolongmu diwaktu kesukaran. Jika engkau meminta maka mintalah kepada Allah dan jika minta tolong, minta tolonglah kepada Allah. Telah kering apa yang tertulis oleh kalam dalam Lauh Mahfudh tentang apa yang akan terjadi hingga hari kiamat ( maksudnya semua terjadi dengan takdir yang telah ditetapkan Allah ). Maka kalau umpama makhluk semuanya akan berbuat sesuatu yang berguna bagimu yang tidak ditakdirkan Allah, mereka tidak dapat berbuat itu. Demikian pula jika mereka berusaha untuk mengganggu engkau dengan sesuatu yang tidak ditakdirkan Allah atasmu, mereka tidak dapat berbuat apa yang tidak ditakdirkan. Beramallah kepada Allah dengan rasa syukur dan yakin dan ketahuilah bahwa sabar menghadapi sesuatu yang tidak menyenangkan itu adalah sangat baik. Dan kemenangan itu berserta kesabaran dan kelapangan itu setelah kesukaran dan bahwasanya tiap-tiap kesukaran pasti akan ada kelapangan dan keringanan.” ( Hadis Hasan, Riwayat Ahmad dan Tirmidzi ). Jika terdapat kesukaran dan musibah, maka Nabi Muhammad s.a.w. bersabda:
“Sesungguhnya adakalanya Allah telah menyediakan suatu darjat bagi seseorang, tetapi tidak dapat dicapai dengan amalannya, sehingga diuji dengan bala yang menimpa pada jasmaninya maka tercapailah dengan itu.” ( Ibnu Hibban )
Diriwayatkan juga bahwa ketika turun ayat “Siapa yang berbuat dosa pasti dibalas menurut dosa itu.” ( Surah an Nisa 123 ), maka Abu Bakar r.a. berkata: “Ya Rasulullah, bagaimana akan dapat bergembira setelah ayat ini?” Nabi Muhammad s.a.w. menjawab: “Semoga Allah memberi ampunan kepadamu. Hai Abu Bakar, tidakkah engkau pernah sakit, tidakkah engkau pernah menderita, tidakkah kau pernah lelah, tidakkah kau pernah berduka cita, maka semua termasuk balasan karena semua yang terkena padamu itu dapat menajdi sebagai penebus dosa-dosamu.” ( Riwayat Ahmad, Ibnu Hiban, Hakim ).
Ali bin Abi Thalib r.a. berkata bahwa ketika ayat ini turun maka Nabi Muhammad s.a.w. menjumpai sahabat-sahabatnya dan bersabda: “Telah turun kepadaku ayat yang bagi ummatku lebih baik dari mendapat dunia seisinya.” Lalu Nabi Muhammad s.a.w. membaca ayat tersebut diatas, kemudian Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Sesungguhnya seorang hamba jika berbuat dosa, lalu menderita musibah di dunia, maka Allah s.w.t. tidak akan menyiksanya di akhirat untuk yang kedua kalinya ( Tirmidzi, Ibnu Majah, Hakim )
Ibn Abbas r.a. berkata: “ Bahwa di zaman dahulu, ada seorang Nabi yang bertanya kepada Allah: “Ya Tuhan, mengapa seorang hamba yang beriman dan melaksanakan perintahMu dan menjauhi laranganMu, tetapi Engkau jauhkan dia dari kesenangan dunia dan Engkau hidangkan baginya bala dan musibah, sedang hamba yang kafir, tidak taat bahkan melanggar laranganMu, Engkau jauhkan dia dari bala dan Engkau lapangkan dunia baginya ?” Maka Allah s.w.t. menurunkan wahyu kepadanya: “Sesungguhnya Aku bertasbih tahmid kepadaKu, maka seorang yang beriman itu kadangkala masih terdapat dosa yang dilakukannya maka Aku hindarkan dia dari kesenangan dunia dan Aku turunkan kepadanya bala untuk menjadi penebus dari dosa-dosanya itu sehingga sewaktu dia nanti menghadap kepadaKu, maka Aku akan membalas kebaikan yang dilakukannya di akhirat kelak, sedang orang kafir yang berbuat dosa, tetapi kadangkala masih ada sedikit perbuatan baik yang dilakukannya maka Aku jauhkannya dari bala di dunia sebagai balasan akan perbuatanb baiknya di dunia, tetapi nanti sewaktu dia menghadap kepadaKu, maka Aku akan siksa dia sebagai balasan atas kekafirannya kepadaKu “.
Hasan Al Bashri berkata: “Ada seorang sahabat melihat wanita yang telah dikenalnya sejak zaman jahiliyah, maka diajak bicara kemudian ditinggalkan tetapi orang lelaki itu sambil berjalan selalu menoleh kepada wanita itu sehingga terbentur mukanya kedinding yang membekas dimukanya, kemudian ia datang memberitahu hal itu kepada Nabi Muhammad s.a.w. maka Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Jika Allah s.w.t.mengkehendaki kebaikan kepada seseorang maka menyegerakan hukumannya didunia.” ( Ibnu Hibban )
Abu Hurairah r.a. berkata: “Seorang datang kepada Nabi Muhammad s.a.w. yang sedang berbaring, maka ia bertanya: “Sakit apakah, ya Rasulullah?” jawab Nabi Muhammad s.a.w. “Al-Khamashu (lapar).” Maka menangislah orang itu, lalu keluar untuk bekerja membantu orang yang menimba air dengan upah kurma, kemudian ia kembali ketempat Nabi Muhammad s.a.w. untuk memberi kurma itu. Maka Nabi Muhammad s.a.w. bersabda: “Saya rasa engkau tidak membuat ini melainkan kerana engkau cinta kepadaku?’ Jawab orang itu: “Benar, demi Allah s.w.t. saya cinta kepadamu.’ Sabda Nabi Muhammad s.a.w. ‘Jika engkau benar-benar cinta kepadaku maka siapkan dirimu untuk menghadapi ujian bala dan musibah, seperti orang mempersiapkan baju yang tebal untuk musim dingin, sebab bala lebih cepat datangnya kepada orang yang cinta kepadaku lebih daripada datangnya air bah dari atas bukit kedalam jurang.’ ( Baihaqi )
Maka orang-orang yang saleh akan merasa senang dengan penyakit dan kesukaran kerana itu semua akan menjadi penebus dosa. Abud Dardaa’ r.a. berkata: “Orang tidak suka kemiskinan dan saya suka dan tidak suka mati dan saya suka dan tidak suka penyakit dan saya suka. Saya suka penyakit kerana menjadi penebus dosa-dosaku dan aku miskin sebab menyebabkan tawadduk kepada Allah s.w.t. dan suka mati kerana rindu kepada Allah s.w.t.
Abu Hurairah r.a. berkata Nabi Muhammad s.a.w. ditanya: “Siapakah manusia yang sangat berat ujiannya (balanya)” Jawab Nabi Muhammad s.a.w. “Para Nabi kemudian orang-orang shalihin, kemudian orang- orang yang serupa dengannya dan yang dibawanya.” ( Tirmidzi )
Satu hikayat di masa lampau dimana ada dua orang yang terdiri dari seorang yang beriman dan seorang yang menyembah berhala, keduanya pergi untuk memancing ikan. Jika orang yang menyembah berhala itu mengangkat jalanya dan dia menyebut nama berhala yang disembahnya, maka ia mendapat ikan yang banyak sedang orang yang beriman setiap dia mengangkat jalanya dengan menyebut nama Allah s.w.t. tetapi dia tidak mendapat apa-apa. Apabila hari telah hampir maghrib baru dia mendapat ikan dan ketika diangkat jalanya tiba-tiba ikan itu bergerak-gerak dan jatuh kedalam air kembali, maka akhirnya orang yang beriman pulang ke rumahnya dengan tidak membawa apa-apa sedangkan orang yang menyembah berhala pulang ke rumahnya dengan jala yang penuh dengan ikan. Ketika malaikat yang menjaga si Mukmin itu naik kelangit, maka Allah Taala memperlihatkan kepada malaikat itu tempat yang disediakan oleh Allah s.w.t. untuk si Mukmin itu nanti di dalam syurga sehingga malaikat itu berkata: “Demi Allah, tidak bererti apa-apa penderitaannya didunia jika kelak ia akan mendapat ini.”
Demikian juga diperlihatkan kepada malaikat itu tempat orang yang tidak beriman itu di dalam neraka, maka malaikat itu berkata: “Demi Allah tidak berguna apapun dari yang ia dapat di dunia itu, jika dia kelak akan kembali kesini.”
Oleh sebab itu seorang yang beriman selalu berada dalam tiga sikap, ridha, syukur dan sabar sebagaimana dikatakan oleh Ibn Mas’ud bahwa Nabi Muhammad s.a.w. pernah bersabda: “ Ada tiga macam dimana jika seseorang mendapatkannya maka ia telah mencapai kebaikan dunia akhirat iaitu: (1) Ridha pada ketentuan takdir (2) Sabar atas ujian bala dan musibah (3) bersyukur diwaktu mendapat nikmat dan kesenangan. Dengan ridha, syukur dan sabar itulah seorang manusia akan mendapat kebahagian hidup di dunia, walau apapun yang terjadi dengan dirinya, karena dia yakin bahwa segala sesuatu itu terjadi dengan ketentuan Tuhan, dan sikap yang harus dilakukannya adalah bagaimana dia dapat lulus dari ujian kenikmatan dengan sikap syukur sebagaimana dia dapat lulus dari ujian bala dan musibah dengan sikap sabar, serta lulus dari ujian takdir kehidupan dengan sikap ridha kepada apa yang telah ditentukan oleh Tuhan yang mengatur segala bentuk kehidupan. Fa’tabiru ya Ulil albab.
Buletin
Komentar