1493 ANAK KHALIFAH

today February 1, 2022 account_circle Arifin Ismail
 

 

“ Maka bersikap adil walaupun kepada kaum kerabat “ (QS.AlAn’am : 152 )

Khalifah Umar bin Abdul Aziz baru selesai mengebumikan jenazah Khalifah sebelumnya Sulaiman bin Abdul Malik yang baru saja meninggal dunia, dan belum sempat membersihkan tangannya dari tanah yang digalinya, tiba-tiba terdengar suara gemuruh kereta kencana datang ke dekat tempat dia berdiri. Mendengar itu, dia bertanya : “ Ada apa ini ? “. Pasukan yang membawa kereta kuda berkata : “ Ini adalah kenderaan khalifah wahai amirul mukminin (sebab Umar bin Abdul Aziz telah ditunjuk sebagai penganti khalifah oleh khalifah Sulaiman yang telah meninggal dunia ). Kereta kuda kencana ini telah dipersiapkan untuk anda wahai khalifah semoga anda sudi menaikinya “. Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang diangkat berkata : “ Lebih baik kereta kencana kuda ini bawa pulang saja, dan tolong bawakan kepadaku keledai milikku yang selalu aku naiki, sebab itu sudah cukup bagiku “.  

 

Belum sempat Umar bin Abdul Aziz meluruskan posisi punggungnya di atas keledainya, tiba-tiba datang kepala pengawal istana dengan pasukan pengawal berbaris di depan, dikanan dan kiri beliau, dengan tombak tergenggam di tangan. Khalifah berkata kepada mereka : “ Aku tidak memerlukan ini semuanya, sebab aku hanya manusia biasa sebagaimana kaum muslimin yang lain, berjalan sebagaimana mereka berjalan “. Khalifah kemudian berjalan seperti layaknya orang biasa dan rakyat semua menuju masjid sebab tak lama kemudian terdengar suara adzan memanggil rakyat untuk melakukan shalat. Di dalam masjid Khalifah Umar bin Abdul Aziz memberikan khutbah. Setelah memuji Allah dan berselawat kepada Nabi Muhammad, beliau berkata :

“Wahai manusia, sesungguhnya aku telah mendapat musibah dengan urusan ini (yakni diangkat sebagai khalifah ), tanpa meminta pertimbangan dariku, tanpa aku memintanya, tanpa musyawarah diantara kaum muslimin, maka sekarang aku lepaskan bai’at (janji ) yang melilit leher kalian daripadaku, dan sekarang silakan kalian memilih pemimpin yang lebih kalian ridhai “. Kaum muslimin segera berteriak dengan suara yang lantang : “ Kami memilih anda wahai Amirul Mukminin, dan kami rudha dengan anda. Kami serahkan urusan kami dengan harapan keneruntungan dan keberkahan “. Ketika beliau melihat keadaan mulai tenang, maka beliau memuji Allah kembali dan berselawat kepada Rasulullah, dan memberikan khutbahnya. Beliau menganjurkan manusia bertaqwa kepada Allah dan zuhud terhadap kehidupan dunia, berharap dengan kehidupan akhirat, serta mengingatkan seluruh rakyatnya dengan adanya kematian di hadapan setiap orang, dan akhirnya beliau berkata : “ Wahai kaum muslimin semuanya, barangsiapa yang taat kepada Allah maka wajib untuk ditaati, dan barangsiapa yang memerintahkan maksiat maka tiada ketaatan baginya kepada siapapun. Wahai rakyat semuanya, taatilah aku selama aku mentaati Allah dalam mengurus pemerintahan ini, dan jika aku tidak taat kepada Allah, maka tiada kewajiban sedikitpun bagi kalian untuk mentaatiku “. Beliau turun dari mimbar dan pulang menuju rumah kediamannya, dan segera masuk ke kamarnya, sebab beliau ingin beristirahat sejenak setelah menguras tenaga sibuk mengurus upacara pemakaman khalifah sebelumnya.

Akan tetapi sebelum lagi lurus punggungnya di tempat tidur, tiba-tiba datanglah puteranya yang bernama Abdul Malik yang masih berusia 17 tahun dan bertanya kepada ayahnya : “ Apa yang anda ingin lakukan  wahai Amirul Mukminin ? “. Umar bin Abdul Aziz menjawab : “ Wahai anakku, aku ingin memejamkan mata barang sejenak karena sudah tiada lagi tenaga kurasa yang tersisa “. Abdul malik sang putera khalifah bertanya lagi kepada ayahnya : “ Wahai ayah, apakah engkau akan tidur sebelum mengembalikan hak-hak orang yang didzalimi yang terjadi pada khalifah sebelum ini ? “. Khalifah Umar Abdul Aziz berkata : “ Wahai anakku, aku telah tisK tidur malam tadi  untuk mengurus upacara pemakaman khalifah Sulaiman. Nanti setelah datang waktu dzuhur aku akan shalat bersama manusia dan aku akan kembalikan hak-hak orang yang didzalimi kepada pemiliknya, insya Allah “. Abdul Malik, anak khalifah Umar bertanya lagi : “ Wahai ayahku, siapakah yang menjamin ayah masih hidup hingga datang waktu shalat dzuhur, wahai amirul mukminin ? “.

Pertanyaan yang terakhir ini menggugah semangat khalifah Umar, dan perasaan mengantukserta keinginan untuk istirahat hilang seketika, berganti dengan kekuatan dan tekad pada badan, dan jiwanya dan beliau berkata kepada anaknya : “ mendekatlah engkau kepadaku wahai puteraku “. Abdul Malik segera mendekat kemudian khalifah Umar bin Abdul Aziz segera memeluknya dan menciumnya sambil berkata : “ Segala puji bagi Allah yang telah mengeluarkan dari tulang sulbiku seorang anak yang dapat membantu diriku dalam melaksanakan agamaku “. Khalifah segera bangun dari tempat tidurnya, dan segera mengumumkan kepada seluruh rakyatnya : “ Barangsiapa yang merasa didzalimi hendaklah segera melaporkan keadaannya kepada khalifah “.

Tak lama kemudian ada laporan bahwa keluarga Khalifah sebelumnya mengambil harta milik salah seorang rakyat. Khalifah memanggil beberapa staff ahli dan bertanya kepada mereka : “ Aku mengundang kalian untuk bermusyawarah tentang kedzaliman yang terjadi pada khalifah sebelumku, bagaimana pendapat kalian ? “. Mereka menjawab : “ Wahai Amirul Mukminin, sesungguhnya hal itu bukan tanggung jawab engkau, sebab dosanya ditanggung oleh orang yang merampas hak tersebut “. Jawaban itu tidak dapat memberikan ketenangan jiwa kepada khalifah, sehingga ada orang berkata kepadanya : “ Wahai khalifah kenapa engkau tidak bertanya kepada anakmu Abdul Malik, sebab beliau juga memiliki ilmu yang luas. Umar Abdul Aziz segera memanggil anaknya Abdul Malik menanyakan pendapatnya. Abdul Malik berkata : “Menurut pendapat saya, hendaklah Amirul Mukminin segera mengembalikan barang-barang tersebut kepada pemilik sebenarnya selagi anda mengetahui keadaan tersebut, sebab jika anda tidak melakukannya maka anda telah bersyubhat dengan orang yang merampas hak tersebut secara dzalim “. Mendengar nasehat anaknya, tenanglah hati khalifah dan hilanglah kegelisahan yang menyelimutinya, dan dengan segera dia mengikuti apa yang dinasehatkan oleh anaknya agar dia dapat menjalankan pemerintahan dengan penuh rasa tanggungjawab kepada Allah Taala, sehingga kekuasaan yang dimilinya itu dapat menyelamatnya agamanya.

Demikian juga sebagai khalifah, Umar Abdul Aziz khawatir anaknya menjadi sombong dan takabur, sehingga dia berkirim surat kepada anaknya : “Wahai anakku, sesungguhnya orang yang paling berhak untuk menjaga dan memahami kata-kataku adalah engkau. Dan sesungguhnya Allah taala telah mempertemukan kebaikan pada diri kita sejak kecil hingga dewasa. Maka ingatlah wahai anakku akan karunia Allah kepadamu dan juga kepada kedua orangtuamu. Jauhilah sifat takabbur dan sombong dan sikap merasa benar, karena perbuatan itu merupakan perbuatan syetan, sedangkan syetan adalah musuh utama bagi orang yang beriman “.

Demikianlah hubungan seorang pemimpin Islam dengan anaknya, dimana anak akan menjaga ayahnya dalam menjalankan pemerintahan agar ayahnya tetap berlaku adil, dan lulus dari segala godaan kedzaliman, dan demikian juga seorang ayah menjaga anaknya agar sampai menjadi sombong dan takabur atau bersikap semaunya sebab dia anak khalifah.

Sejarah membuktikan bahwa sosok khalifah Umar bin Abdul Aziz adalah khalifah yang adil, sehingga negeri yang dipimpinnya menjadi negeri yang makmur, sejahtera, sehingga riwayat menyatakan bahwa pada waktu pemerintahan beliau, tidak ada seorangpun fakir miskin sehingga tidak seorangpun rakyat yang berhak menerima zakat, hal ini disebabkan negara memiliki kekuatan ekonomi yang memberikan kesejahterakan kepada rakyatnya. Demikian juga negara dalam keadaan aman tidak ada kekacauan sama sekali, sehingga Riwayat menyatakan bahwa tidak aka ada sesuatu yang akan menganggu perjalanan seorang musafir yang sedangberjalan dari Yaman ke Makah. Ternyata keadilan khalifah   dan semua kebijaksanaan khalifah bermula dari dalam rumah khalifah sendiri, dimana isteri, dan anak membantu khalifah untuk menjaga amanah yang telah diberikan kepadanya. Dapatkah keluarga pemimpin, isteri pemimpin, anak pemimpin negeri muslim hari ini dapat meniru keluarga Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang selalu menjaga ayahnya dari perbuatan dzalim dalam urusan negara ? Fa’tabiru Ya Ulil Albab.

 

 
Buletin

Share This