1477 Mewaspadai Komunisme
“ Persiapkanlah segala kekuatan untuk menghadapi mereka “ ( QS. Al Anfal : 60 )
Menurut catatan sejarah, ajaran dan paham sosialisme dan komunisme masuk ke Indonesia dibawa oleh Hendricus Josephus Fransiscus Marie Sneevliet. seorang warganegara Belanda yang datang ke Indonesia pada tahun 1913 bersama Adolf Baars. Setelah itu, Hendricus Sneevliet mendirikan organisasi “Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV) yang berasaskan sosialisme. Pada mulanya organisasi ISDV ini tidak mempropagandakan komunis, namun lambat laun mengubah diri menjadi berpandangan komunisme-ateisme. Diantara anggota organisasi ISDV ini terdapat Semaun dan Darsono yang juga teratat sebagai pengikut dari organisasi organisasi Syarikat Islam yang telah berdiri sejak 1905. Dengan keberadaan kedua pengkut ISDV tersebut di dalam Syarikat Islam, maka organisasi tersebut terbagi dua kelompok yaitu Syarikat Islam Merah yang terpengaruh dengan ideologi sosialisme-komunisme dan Syarikat Islam Putih yang masih tetap istiqamah dengan ajaran agama. Setelah mendengar keberhasilan Revolusi Komunisme di Rusia, akhirnya kelompok Syarikat Islam Merah ini memisahkan diri dari organisasinya, dan mendirikan Partai Komunis pada tahun 1917 yang dipimpin oleh Semaun. Dalam catatan sejarah partai ini telah melakukan beberapa kali pemberontakan seperti pemberontakan di Madiun pada tahun 1948 dan tahun diuangi kembali pada tahun 1965, dan syukur alhamdulilah kedua pemberontakan itu gagal, sehingga partai tersebut menjadi partai terlarang.
Ajaran Komunisme adalah ajaran yang bertentangan dengan agama sebagaimana dikatakan oleh peletak dasar ideologi komunisme Karl Mark dalam buku “ A Contribution to the Critique of Hegel's Philosophy of Right" bahwa : "Penderitaan religius, pada saat yang bersamaan, adalah ekspresi dari penderitaan riil dan merupakan protes terhadap penderitaan riil tersebut. Agama adalah keluh-kesah makhluk tertindas, jantung-hati dari dunia yang tak berperasaan, dan jiwa dari situasi yang tak berjiwa. Agama adalah candu bagi masyarakat. Penghapusan dari agama sebagai ilusi kebahagiaan dari diri manusia, dan itu adalah tuntutan atas kebahagiaan yang nyata “.
Untuk dapat menghilangkan agama tersebut dari kehidupan, mereka akan melakukan segala cara baik dengan merebut kekuasaan, pembunuhan, membuat kekacauan dan lain sebagainya, sebab diantara tujuan ideologi komunis yanhg telah ditetapkan oleh pendiri gerakan ini adalah "Merebut kekuasaan dengan kekerasan, menggulingkan seluruh kekuatan sosial yang ada." Itulah sebabnya dalam sejarah kita saksikan bagaimana upaya gerakan komunisme melakukan pemberontakan terhadap negara republik Indonesia pada tahun 1948 di Madiun, dan dilanjutkan dengan pemberontakan Gerakan 30 september 1965, yang gagal di masa lalu, tetapi kita harus tetap sadar dan waspada bahwa paham komunisme dengan tujuan melakukan pemberontakan dan menguasai negara, dan upaya untuk menghilangkan agama dan symbol-simbol agama itu tetap ada ada dalam diri penerus ideologi mereka, yang akan mereka lakukan sesuai dengan situasi dan kondisi tertentu.
Sejarah membuktikan bahwa jika komunis berkuasa maka terjadi segala bentuk kedzaliman. Vladimir Lenin dan kaum Bolshevik berhasil menduduki kekuasaan di Rusia pada tahun 1917 dan menjadikan Rusia sebagai negara yang dipimpin oeh rezim komunis. Setelah kaum Bolshevik merebut kekuasaan Rusia, Lenin selaku pemimpinnya memerintahkan untuk membentuk polisi rahasia Tsheka yang bertujuan untuk menumpas semua lawan politik dari rezim Lenin. Kemudian pada tahun 1919, Lenin melakukan pembubaran dan penumpasan dewan-dewan buruh. Pemberontakan yang terjadi pada tahun 1921 membuat Lenin memerintahkan Leo D. Trostky untuk menumpas habis para tokoh penting Rusia yang menentang rezim komunis.
Pada tahun 1934, Rezim Stalin berkuasa di Uni Soviet dan berusaha menghilangkan pengaruh Bolshevik atau pemerintahan Lenin yang merupakan pesaing politiknya. Aksi pembunuhan dilakukan oleh rezim Stalin terhadap para tokoh penting Bolshevik seperti Sergei Kirov, Lev Kamenev, Grigorii Zinoviev, Nikolai Bukharin dan Aleksei Rykov. Selanjutnya, rezim ini melakukan penangkapan, pemenjaraan dan pembunuhan terhadap para pendukung Bolshevik dan para anggota Tentara Merah. Para warga yang hanya dimasukkan ke penjara tetap dipaksa untuk melakukan kerja rodi hingga meninggal.
Pada periode tahun 1949—1976, Republik Rakyat Tiongkok dipimpin oleh rezim Partai Komunis Tiongkok yang diketuai oleh Mao Zedong. Pada mulanya rezim ini menghilangkan nilai-nilai tradisional Tiongkok, seperti Lao-Tzu, Taoisme, dan Konfusianisme. Pembunuhan massal dilakukan dalam tiga tahap, yaitu pembersihan, rencana, dan penuduhan. Pembersihan dilakukan dengan cara menghancurkan tempat-tempat ibadah dan para tokohnya. Kekerasan dimulai dan kemudian menyebar ke kota-kota besar. Para pemilik tanah yang menentang rezim Mao dibunuh. Selain itu, rezim Mao juga membunuh para kriminal. Pada tahun 1957, rezim Mao melakukan tipuan berupa Kampanye Seratus Bunga selama dua bulan. Warga diberikan kebebasan berpendapat dan menyampaikan gagasan pemikiran mereka. Kebebasan ini membuat para pelajar ikut serta dalam kampanye itu. Namun, para pelajar yang berbicara dengan pemikiran yang menentang pemerintahan Mao Zedong kemudian ditangkap, dipenjara dan dibunuh. Kekejaman rezim Mao berlanjut dan mencapai akhirnya pada tahun 1967 ketika Mao Zedong meninggal.
Kamboja dipimpin oleh rezim komunis yang berpaham maoisme pada periode 1975-1979 yang disebut rezim Khmer Merah. Rezim ini dibentuk oleh Partai Komunis Kampuchea dan didukung oleh pasukan Khmer Merah. Rezim Khmer Merah mengawali pembunuhan massal dengan melakukan rekayasa sosial yang sangat besar. Warga negara Kamboja dilarang menerima semua pengaruh asing dan semua warga kota Phnom Penh dipindahkan ke pedesaan serta aktivitas perkotaan dihentikan secara menyeluruh. Rezim Khmer Merah memindahkan penduduk kota Phnom Penh ke wilayah pedesaan dan mengubah pekerjaan mereka menjadi petani. Perjalanan panjang dari kota ke pedesaan telah membunuh anak-anak, orang tua, dan orang sakit. Sedangkan penduduk yang selamat, tetap tersiksa karena kerja paksa dalam waktu yang lama. Sebagian meninggal karena kehabisan tenaga, kelaparan, atau terkena penyakit malaria. Para pekerja yang berusaha kabur atau melanggar aturan akan dihukum mati. Rezim Khmer Merah menangkap, menyiksa, dan membunuh warga yang melawan pemerintahan rezim Khmer Merah. Oleh sebab itu , dalam buku “The Black Book of Comunisme “ tercatat bahwa korban kekejaman rezim komunisme di seluruh dunia mencapai 95 juta orang. Paling banyak korban kekejaman terjadi di Rusia (Uni Soviet), kemudian di China ketika zaman Revolusi Kebudayaan termasuk di Kamboja.
Demikian juga terjadi di Indonesia, seperti pemberontakan yang terjadi di kota madiun, pada 18 September 1948 yang dipimpin Amir Syarifuddin dan Muso, tokoh gerakan komunisme. Usaha kudeta itu disertai pula penculikan dan penganiayaan serta pembunuhan sejumlah penduduk sipil, polisi, dan ulama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Demikian juga yang terjadi pada peristiwa di desa Kanigoro, Kediri, Jawa Timur. Tempat dilangsungkannya acara mental-training oleh Pelajar Islam Indonesia. Saat itu, pada tanggal 13 Januari 1965, di tengah acara, anggota partai komunisme melakukan penggerebekan di pagi hari setelah peserta melaksanakan shalat Subuh.
Saat itu, orang-orang komunis serta-merta datang dan serempak menyerbu lokasi mental-training. Mereka mengambil buku-buku, termasuk Alquran di masjid, lalu dinjak-injak. Para peserta, termasuk panitia, dimana sekitar 150an orang, digiring dengan tangan diikat satu sama lain, dipaksa berjalan empat km sambil diintimadasi, diancam, serta diteror.
Demikian juga yang terjadi pada tahun 1946, setelah kemerdekaan diproklamirkan, maka terjadi revolusi sosial dimana rakyat yang dipimpin oleh kelompok komunis menghancurkan kerajaan-kerajaan melayu seperti kerajaan langkat, kerajaan deli, dan kerajaan islam lainnya di sumatera utara. Pembunuhan terhadap kerabat-kerabat raja dilakukan secara besar-besaran dengan membakar istana, membunuh kerabat diraja, sehingga ada yang dibenamkan di laut, dipotong kepala, ditanam hidup-hidup dan berbagai pembunuhan sadis lainnya. Bangunan istana kesultanan langkat di Tanjung Pura dan di kota Binjai diserbu dan dirusak, di mana kerabat raja-raja Melayu Langkat ditangkap dan sebahagian besar dibunuh dengan kejam termasuk sasterawan Indonesia yang terkenal, Tengku Amir Hamzah.
Tengku Amir Hamzah ketika itu adalah Pangeran Langkat Hilir, kemudian menjadi Bendahara Paduka Raja, lalu Pangeran Langkat Hulu, lantas menjabat Ketua Pengadilan Kerapatan Kesultanan Langkat. Pada saat yang sama dan di tanah yang sama, Amir Hamzah juga menjadi Asisten Residen Langkat dalam pemerintahan Republik Indonesia. Amir Hamzah awalnya ditahan di sebuah rumah bekas tahanan Kempeitai di tepi Sungai Mencirim, Binjai. Tiga belas hari kemudian, ia dieksekusi. Suatu malam, Amir tertunduk di sebuah lubang di Kwala Begumit, dan parang mandor kemudian berayun menebas tengkuk hingga memutus lehernya.
Demikian kekejaman demi kekejaman terjadi di atas bumi akibat dari gerakan komunisme yang selalu melakukan revolusi demi revolusi, terlebih lagi kekejaman tersebut biasanya akan diarahkan kepada kelompok agama, para ulama, kaum santri dan lain sebagainya. Oleh sebab itu sepatutnya kita selalu sadar dan waspada atas gerakan kebangkitan walau sekecil apapun, karena hal tersebut akan mengganggu ketentraman dan kehidupan bermasyarakat dan berbangsa. Fa’tabiru Ya ulil albab.
![]() |
ReplyForward
|
Komentar