1472 MENGURUS ANAK ITU IBADAH, BUKAN BEBAN
“ Harta dan anak adalah perhiasan kehidupan dunia, tetapi amalan yang kekal lagi saleh itu lebih baik pahalanya disisi Tuhanmu “ ( QS. Al kahfi : 46 )
Baru-baru ini ada seorang artis yang mengatakan bahwa dia dan suaminya bersepakat tidak ingin memiliki anak, sebab bagi mereka mengurus anak itu merupakan suatu beban kehidupan. Pernyataan tersebut mungkin dapat benar bagi mereka yang tidak mengenal tentang bagaimana kedudukan anak dalam kehidupan, sebab dalam ajaran islam, mengurus anak itu bukan beban kehidupan tetapi suatu ibadah, dan memiliki nilai-nilai teologis yang tinggi, sebagaimana konsep anak yang terdapat dalam kitab suci al Quran.
Dalam kitab suci Al Quran ada beberapa ayat yang berkaitan tentang kedudukan dan pentingnya anak dalam kehidupan manusia baik didunia maupun diakhirat. Diantara ayat-ayat yang berkaitan tentang anak adalah : “ Harta kekayaan dan anak-anak adalah merupakan perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih baik untuk menjadi harapan “ ( QS. Al Kahfi/18: 46 ).
Anak dapat menjadi amal shaleh yang kekal bagi kedua orangtuanya sesuai dengan hadis nabi yang menyatakan bahwa : “ Jika seorang manusia meninggal dunia, akan terputus amalnya kecuali tiga yaitu : Anak shaleh yang mendoakannya, ilmu yang bermanfaat dan sedekah jariyah “.( hadis riwayat Muslim ) Ulama Islam terkemuka, Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya ulumuddin menyatakan : “ Anak itu adalah amanah pada kedua orangtuanya. Hatinya yang suci adalah mutiara yang amat berharga, halus, kosong dari semua ukiran dan gambaran. Ia menerima untuk semua yang diukirkan, dan condong kepada semuayang dicondongkan kepadanya. Kalau anak itu membiasakan kebaikan dan mengetahui kebaikan,niscaya ia akan tumbuh di atas kebaikan. Ia berbahagia di dunia dan di akhirat. Ibu bapanya, semua guru dan pendidiknya, sama-sama berkongsi pada pahala anak itu “. ( Ihya ulumuddin,jilid 2, hal. ).
Dalam ayat lain dinyatakan “ Dan ( Ibadurahman ) adalah mereka yang berkata : "Ya Tuhan Kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri dan keturunan yang menyenangkan hati kami, dan Jadikanlah kami sebagai imam bagi orang-orang yang bertakwa “ ( QS. Al Furqan/25 : 25 ).
Dari ayat ini dinyatakan bahwa anak yang saleh adalah penyejuk hati bagi kedua ibupa. Saleh dalam urusan dunia menjadi penyejuk mata di dunia, sedangkan saleh dalam urusan akhirat menjadi penyejuk mata di akhirat kelak, malahan seorang doa seorang anak dapat menaikkan tingkatan surga bagi kedua orangtuanya sebagaimana dinyatakan dalam sebuah hadis : ”Sesungguhnya Allah akan mengangkat derjat dan kedudukan hamba yang saleh di dalam surga, maka hamba itu bertanya : Ya Tuhanku, darimana aku mendapatkan kedudukan yang mulia ini ? Allah berfirman : engkau mendapatkan kedudukan ini disebabkan oleh istighfar ( doa meminta ampun ) yang dilakukan oleh anakmuuntukmu dahulu “ .Hadis riwayat Ahmad.
Allah berfirman : "Sesungguhnya aku akan menjadikanmu ( Ibrahim ) imam bagi seluruh manusia". Ibrahim berkata: " Dan bagaimana dengan anak dan keturunanku nanti ? ". Allah berfirman: "Janji-Ku (ini) tidak mengenai orang yang zalim". ( QS. AlBaqarah: 124 )
Prestasi kepemimpinan hanya dapat diraih jika si anak diajar, dididik,dan dilatih untuk memiliki syarat-syarat kepemimpinan seperti iman, ilmu, akhlak,. Kepemimpinan tidak akan diberikan kepada anak yang tidak memiliki syarat. Oleh sebab itu jika sorangtua menginginkan agar anaknya dapat mewariskan kepemimpinan dunia, maka dia harus berikhtiar memberikan nilai-nilai kepemimpinan tersebut kepada anaknya sebagai generasi penerus.
Sudah menjadi sunatullah, setiap bangsa yang maju akan mendidik generasi selanjutnya dengan nilai-nilai kepemimpinan sehingga kepemimpinan bangsa terwsebut tetap berkelanjutan. Dahulu, bangsa Romawi mendidik anak – anak mereka menjadi anak yang kuat dan berilmu sehinga mereka menjadi gererasi yang kuat. Bangsa Jepang setelah kalah dalam perang dunia kedua, kembali mendidik generasi bangsanya untuk menjadi pemimpin dunia. Hari ini bangsa yahudi juga mendidik generasi mereka sejak dalam kandungan untuk menguasai dunia, sehingga menjadi generasi yang berprestasi.( silakan baca artikel Why the Jews so smart oleh Dr. Stephen Carr Leon). Mengapa mereka berbuat demikian ? Karena mereka sadar bahwa kepemimpinan itu tidak diwariskan tetapi diupayakan dengan pendidikan yang terbaik sebagaimana yang dinyatakan dalam ayat bahwa Allah tidak akan memberi kepemimpinan kepada generasi yang dzalim, yaitu generasi yang tidak memiliki syarat-syarat kepemimpinan.
Dalam ayat lain disebutkan “ Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar “ ( QS. Taghabun: 15 ). Oleh sebab itu, orangtua yang memiliki anak selalu didalam ujian kehidupan, yaitu apakah orangtua dapat lulus dalam mendidik anaknya sehingga anaknya dapat mewariskan kepemimpinan tersebut atau orangtua tersebut gagal dalam mendidik anaknya sehingga kepemimpinan di masa akan datang terlepas dari keturunannya, sehingga anak tidak menjadi imam, tetapi menjadi pengikut kepada orang lain (makmum) dalam kehidupan di masa mendatang.
Imam Ghazali menyatakan dalam kitab Ihya menyatakan : “ Jika orangtua membiasakan kejahatan dan mensia-siakan anaknya seperti mensia-siakan binatang ternak, niscaya anak itu akan celaka dan binasa. Dan dosa itu adalah pada leher orang yang mengurusnya dan walinya. Hal ini sesuai dengan firman Allah : “ Hai orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu daripada api neraka “ ( QS. At tahrim ; 6 ). Oleh sebab itu orangtua sangat berperan utama dalam memelihara dan menjaga anaknya daripada neraka dunia, dan menjaga anak daripada neraka akhirat harus mendapat perhatian lebih utama daripada menjaga mereka daripada masuk dalam neraka dunia. ( Ihya Ulumudin, jilid 2 hal. )
“ Hai orang-orang mukmin, Sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu Maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi serta mengampuni (mereka) Maka Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. “ ( QS. At Taghabun: 14 ).
Jika orangtua gagal dalam mendidik anaknya, maka anak tersebut dapat menjadi musuh bagi orangtuanya dan dapat memberikan dampak dosa bagi orangtuanya di akhirat kelak, cela dan kehinaan baginya di dunia disebabkan oleh kejahatan yang dibuat anaknya dimasa mendatang.Tetapi jika orangtua dapat mendidik anaknya dengan pendidikan yang baik, maka si anak akan menjadi penyejuk hati, menjadi penolong dan asset pahala di akhirat nanti.
“ Maka dia ( nabi Sulaiman ) tersenyum dengan tertawa karena (mendengar ) perkataan semut itu. dan kemudian dia ( Sulaiman a.s. ) berdoa: "Ya Tuhanku berilah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh" ( QS. An Naml/27 : 19 ).
Pendidikan yang baik itu dapat menjadikan si anak nanti termasuk kelompok orang yang saleh baik didunia maupun di akhirat . Malahan orangtua yang mendidik anak itu akan kembali berjumpa dengan anaknya di dalam surga kelak, sebagaimana yang dinyatakan Al Quran : “ Dan orang yang beriman, dan anak cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka tersebut dengan mereka dan Kami tiada mengurangi sedikitpun dari pahala amal mereka. Tiap-tiap manusia terikat dengan apa yang dikerjakannya. ( QS. At Thur : 21 ) Ibnu Abbas dalam tafsirnya tentang ayat ini mengatakan bahwa : “ Jika anak-anak orang yang beriman mati dalam keadaan iman sedangkan kedudukan ayah mereka lebih tinggi daripada kedudukan mereka, maka nanti di sdalam surga anak-anak tersebut akan dikumpulkan dengan orangtua mereka, tanpa mengurangi sedikitpun pahala amalan mereka “. Thabrani meriwayatkan sebuah hadis dari Ibnu Abbas menyatakan bahwa rasulullah saw bersabda : “ Jika seseorang itu masuk kedalam surga, maka dia akan bertanya tentang kedua orangtuanya dan isterinya, dan anak-anaknya, maka Allah berkata kepadanya : Mereka itu tidak mendapat kedudukan yang sama dengan kedudukanmu, maka orang itu akan berkata kepada Allah : Wahai Tuhanku, saya telah berbuat amal kebaikan itu bagi diriku dan juga untuk mereka, maka Allah memerintahkannya untuk menjumpai mereka “. Hadis riwayat Thabrani. Anak adalah karunia dan amanah, bukan beban kehidupan, merupakan aset dalam kehidupan baik dunia maupun akhirat. Fa'tabiru Ya Ulilalbab.
Buletin
Komentar