1471 MEMBANGUN PERADABAN  MADINAH

today August 19, 2021 account_circle Arifin Ismail

 

“ Dan Masjid yang dibangun dengan ketaqwaan itu lebih patut engkau sembahyang di dalamnya “ ( QS. At taubah : 108 )

Sewaktu Nabi tiba di Madinah, maka  yang pertama Nabi lakukan adalah membangun masjid di tanah kosong, tempat dimana  unta nabi berhenti sewaktu beliau sampai ke Madinah. Tanah tersebut  dimiliki dua orang anak yatim Sahal dan Suhail, yang dipelihara oleh Muaz bin Urfa. Pada mulanya Muaz bin Urfa akan menyerahkan tanah itu kepada nabi secara gratis, tetapi nabi menolak, dan membeli tanah tersebut dengan harga 10 dinar emas sehingga masjid itu merupakan tanah wakaf dari Nabi Muhammad saw. Nabi dan sahabat segera membangun masjid di tanah tersebut, dengan luas 50 x 50 meter, dinding terdiri dari batu-bata dan tiang dari batang kurma, dan atap dari pelepah dan daun-daun kurma, dengan dinding setinggi 3,5 meter. Sebagian dari bangunan dubuat beratap dan sebagian lain dibuat terbuka. Disamping masjid, Nabi juga mendirikan rumah tempat tinggal beliau, dan demikian juga dengan rumah istri-istri beliau di sekitar masjid.

 Masjid pada waktu itu, berfungsi sebagai tempat ibadah, shalat berjamaah, zikir, tilawah. Masjid juga berfungsi sebagai tempat belajar  sebagai kelanjutan dari darul arqam, tempat belajar para sahabat di kota makah. Masjid juga berfungsi sebagai tempat pelayanan sosial dengan menyediakan tempat tinggal sementara bagi musafir yang datang, yang disebut “ ahlusuffah “. Masjid berfungsi juga untuk pusat pertahanan sebab sebagian sahabat melakukan latihan pedang di sekitar masjid. Masjid juga berfungsi sebagai pusat pelayanan kesehatan, tempat perawatan orang yang  sakit dari medan perang. Masjid juga berfungsi sebagai tempat konsultasi dimana Rasul menerima pengaduan masyarakat, dan kadang kala berfugsi juga sebagai kantor pemerintahan sebab nabi menerima tamu-tamu dari pembesar kanbilah Arab yang datang ke Madinah.

 

Setelah hijrah, penduduk Madinah terdiri dari penduduk  Arab Madinah ( Kabilah Kharaj dan Aus ), Muhajirin Makah, penduduk Yahudi Madinah. Untuk dapat hidup dengan penuh keadilan, maka diperlukan satu peraturan yang disepakati secara bersama penuh dengan keadilan. Oleh sebab itu Nabi membuat satu undang-undang yang harus diikuti oleh seluruh penduduk Madinah, yang disebut dengan nama “ Mitsaq Madinah “, dan merupakan konstitusi tertulis pertama di dunia. Mitsaq Madinah tersebut terdiri dari 47 pasal, yang menjamin hak dan kewajiban serta memberikan keadilan dan perlindungan kepada semua penduduk baik dari Kaum Anshar, Muhajirin dan penduduk yahudi Madinah. 

 

Demkian juga, untuk mempererat ukhuwah antara kaum Muhajirin dan Anshar maka Nabi mempersaudarakan antara seorang Muhajirin dengan seorang Anshar, sehingga setiap muhajrin akan mendapatkan saudara yang akan menjamin dan memeliharanya dari kaum Anshar. Nabi mempersaudarakan Jafar bin Abu Thalib dengan Muadz bin Jabal, Abubakar dengan Kharijah bin Zaid, Umar bin Khtatab dengan Ataba bin Malik, Abu Ubaidah dengan Saad bin Muadz, Usman bin Afan dengan Aus bin Tsabit, Ammar bin Yasir dengan Huzaifah, Abu Dzat Ghifari dengan Mundzir bin Amru, demikian seterusnya. Untuk sementara waktu, setiap muhajirin akan tinggal bersama saudaranya dari kaum Anshar, sebelum mereka akhirnya akan mendapatkan tempat tinggal di Madinah.

 

Kedatangan Muhajirin  ke kota Makah, terlebih lagi tinggal di rumah kaum Anshar memberikan kesan seakan-akan muhajirin menjadi beban dari kaum Anshar. Oleh karena itu Nabi Muhammad segera menyuruh semua orang Muhajirin untuk bekerja, sehingga tidak menjadi beban daripada masyaraka Anshar. Masyarakat mulai bekerja baik dalam pertanian dan perkebunan sebagaimana masyarakat Madinah dengan perkebunan kurma, atau bekerja di kebun kurma, atau kembali melakukan perniagaan sebagaimana tradisi masyarakat Makah, dan Nabi menganjurkan agar Muhajirin belajar pertanian kurma dari masyarakat Madinah, sebab mereka lebih paham tentang seluk beluk perkebunan kurma dari muhajirin Makkah, sehingga riwayat menyebutkan tidak ada seorangpun yang tidak bekerja untuk penghidupan mereka di Madinah.

 

Melihat keadaan Muhajirin yang tidak memiliki tempat tinggal, maka Anshar Madina berlomba – lomba memberikan tanah atau rumah mereka kepada Nabi agar dibagi-bagikan kepada sahabat Muhajirin. Harisah bin Nukman adalah sahabat Anshar yang pertama kali memberikan rumah dan tanahnya kepada Nabi kemduian diikuti oleh sahabat-sahabat yang lain. Abubakar Shidik mendapat tanah dan memangun rumah disamping masjid Nabi, demikian juga Usman bin Affan. Nabi juga memberikan tanah kepada Khalid bin Walid, Miqdad, Talhah, Zubair bin Awam. Jika tanah kurang baik, nabi akan memberikan tanah dengan ukuran yang luas dibandingkan dengan tanah yang subur.

 

Pasar Madinah selama ini dikuasai oleh kaum yahudi Madinah, seperti Pasar Al Yasar di miliki oleh yahudi Bani Qainuqa, Pasar Zabalah, Pasar Safasir dan Pasar Zaqaq. Walaupun umat  Islam telah mulai bekerja tetapi perniagaan masih dikuasai kaum yahudi disebabkan pasar Madinah dikuasai mereka. Untuk itu Nabi membuat pasar Madinah yang bersifat wakaf, sebuah tempat perniagaan dimana peniaga akan berniaga tanpa menyewa tempat tersebut, sehingga harga barang lebih murah dari harga di pasar yahudi, dengan kualitas barang yang sama.  Akhirnya peniaga dan pembeli memenuhi pasar Madinah, dan lama kelamaan pasar yahudi bertambah lama bertambah mundur. Sebagai pasar wakaf maka tidak ada individu yang memiliki lokasi perniagaan yang tetap, peniaga datang dan pergi ( model pasar pagi atau pasar malam pada saat ini ). Untuk itu Nabi melakukan pengawasan terhadap keadaan pasar.  Menurut Ibnu Zubair, nabi pernah melintas suatu khemah di dalam pasar, maka Nabi bertanya : Ini khemah siapa ? Dijawab : “ ini khemah orang dari Bani Harisah, tempat jual kurma “. Nabi langsung memerintahkan agar khemah itu dibakar. Suatu hari Nabi memasukan tangan ke dalam karung gandum yang dijual, ternyata gandum dibawah agak basah sedang diatas kering, maka Nabi menegur peniaga karena telah mencampur antara gandum kering dan basah dengan harga yang sama, karena itu merupakan suatu penipuan.  Rasulullah menjumpai seorang peniaga yang menjual makanan dengan harga yang lebih mahal dari harga pasar, maka nabi bertanya kepadanya : Apakah engkau menjual dengan harga yang lebih mahal dari harga biasa ( harga pasar ). Peniaga menjawab : “ Benar ya rasululah “. Rasul bertanya : ‘ Apakah engkau menjual mengharapkan keridhaan Allah ? ‘ Benar , jawab peniaga. Rasul bersabda : “ Ketahuilah, orang yang datang berniaga ke pasar ini seperti orang yang berjihad di jalan Allah, dan siapa yang menaik-naikan harga atau berniaga dengan “ihtikar “menimbun barang dan dinaikan pada suatu waktu tertentu , maka orang itu teah ingkar kepada Allah “.

 

Nabi juga mengatur perumahan penduduk kota Madinah. Bani Ahmar bin Ya’mar mendapat tempat antara Masjid dan Pasar. Bani Lais bin Bakar antara Mubasyir bin Ghofari dan bani Kaab bin Amru bin Khuza’ah. Bani Amru bin Nuaim dekat denagn Bani Muhasyir bin Ghifari, demikian seterusnya setiap kabilah, Bani, dan suku menempati tempat-tempat yang ditentukan Nabi Muhammad, sehinga seluruhnya berada di sekitar Kawasan masjid Nabawi dan Baqi. Disini terlihat bahwa Nabi telah menjadikan Madinah menjadi sebuah kota yang rapi dan teratur, dimana sebelumnya merupakan kampung yang bernama Yatsrib. Kota Madinah merupakan sebuah kota yang ditata rapi. Di atas tanah-tanah yang kosong telah berdiri rumah-rumah. Pasar yang awalnya hanya satu pasar akhirnya berkembang menjadi beberapa pasar. Semua rumah bertemu dengan rumah yang lain, dengan jalan-jalan yang teratur rapi sejak dari Quba sampai ke Masjid Nabi. Demikian juga dari Masjid ke Hararah atau ke bir Ali atau ke Uhud,  dimana pada mulanya tanah kosong , telah dipenuhi dengan rumah-rumah penduduk,  maka kota Madinah dipelukan batas dan benteng. Nabi membangun benteng di Barat yang dikenal dengan Babul Mushala, di timur di kenal dengan Darbu Baqi, dan juga terdapat dua benteng lagi Darbul Saghir, dan Darbul Kabir atau Darbus Syami. Pada mulanya kota tempat Nabi berhijrah bernama “ Yathrib “, bukan Madinah, tetapi dengan sistem dan aturan yang nabi laksanakan dalam memimpin kota tersebut, maka nama Yathrib berubah menjadi nama “ Madinah “ yang diambil dari Madinah Rasul bermakna kota yang dipimpin oleh Rasulullah saw.

 

Dari kepemimpinan Nabi terhadap kota Madinah, terlihat bahwa nabi meletakkan dasar-dasar sebuah peradaban dengan sistem hukum, sistem ekonomi, sistem sosial, penataan kota , pengawasan pasar, pembentukan teritorial yang merupakan  suatu peradaban yang berlandaskan pada nilai-nilai agama.Dengan nilai agama ( Dien ) membangun sebuah kita ( Madinah ) untuk membentuk sebuah peradaban ( Madaniyah ). Dimulai dari masjid, Nabi membangun  Peradaban Madinah. Fa’tabiru Ya Ulil albab. 

Buletin

Share This