1460 Strategi Menjatuhkan Sultan Abdul Hamid
Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, niscaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta. (QS Al An'am : 116)
Setelah permintaan pimpinan yahudi Theodore Herzt untuk tinggal di wilayah Palestina itu ditolak oleh Sultan Abdul Hamid, maka Hertz berkata kepada Sultan Abdul Hamid : “ Anda harus membayar harga pertemuan itu dengan tahta dan jiwa anda “. Sejak itu, mereka mempengaruhi masyarakat dunia dengan anggapan yang buruk terhadap Sultan dan berusaha untuk menjatuhkannya. Mereka menyiarkan melalui media massa Eropah bahwa Sultan adalah seorang yang banyak melakukan dosa dan maksiat dengan perempuan simpanan. Sultan juga seorang hidup bergelimang dengan kemewahan harta , bersikap dzalim, diktator, dan lain sebagainya, padahal sejarah membuktikan bahwa Sultan Abdul Hamid adalah seorang yang zuhud, adil dan bijaksana, dan disebabkan oleh sikap zuhud itulah beliau menolak tawaran jutaan dinar yang akan diberikan ke[adanya oleh pihak yahudi jika dia mau memberikan izin tinggal kepada mereka.
Wilayah Khilafah Usmaniyah sangat luas dari Kawasan Balkan di Eropah tenggara, Afrika Barat, Timur Tengah, disamping Kawasan Turki sendiri. Untuk melemahkan kekuasaan tersebut, maka mereka menumbuhkan sikap nasionalisme di kalangan negara-negara Arab, dan mendidik pemimpin-pemimpin di setiap kawasan untuk menentang kekhalifahan dengan mendirikan negara masing-masing di setiap kawasan tersebut. Mereka mendirikan Universitas Amerika di Beirut, dan mendidik mahasiswa untuk memikliki semangat patriotisme kebangsaan dengan memikliki pemerintahan masing-masing keluar dari kekhalifahan Turki Usmaniyah. Alumni dari universitas tersebut yang telah tertanam rasa kebangsaan dikirm ke negara-negara Arab yang lain. Beberapa orang dikirim ke Kairo, seperti George Zaidan seorang Kristian Lebanon dikirm ke Kairo dan mengelola Surat Kabar “ Darul Hilal “, Salim Naqlan dan Philip Naqlan mendirikan surat kabar “ Al Ahram “. Melalui surat kabar tersebut mereka menghembuskan perlunya untuk mendirikan negara dengan asas kebangsaan dan nasionalisme bagi daerah Arab, dan lepas dari pengaruh kekuasaan Turki Usmaniyah.
Ditambah lagi dengan berita-berita miring tentang Sultan Abdul Hamid terus menerus diberitakan, dan mempengaruhi masyarakat, didukung oleh para penulis, wartaman, akademis, sastrawan, dan lain sebagainya, sehingga masyarakat Arab merasa perlu untuk memiliki pemerintahan sendiri. Di dalam negeri Turki sendiri, mereka juga mempengaruhi orangt-orang dekat sultan, para pegawai untuk melakukan pengkhianatan, dan menanamkan rasa kemarahan, kebencian kepada sultan, disebabkan perangai para pegawai yang terjebak dalam praktek korupsi, dan lain sebagainya.
Salonika adalah salah satu kota di Turki, dengan penduduk berdarah yahudi sebanyak 80.000 jiwa diantara 120.000 jumlah penduduk kota tersebut, termasuk diantaranya tokoh turki di kemudian hari seperti Mustafa Kamal Pasya, Anwar Basya , Thalat Basya dan lain sebagainya. Semangat kebangsaan dan reformasi Turki didengungkan oleh sekelompok pemuda Turki yang berada di Perancis, yang terpengaruh dengan semangat Revolusi Perancis, sehingga mereka mendirikan Komite Persatuan dan Kemajuan ( Union and Progress Committee) dan menerbitkan surat kabar “ The News “ yang diselundupkan ke dalam masyarakat Turki, sehingga membangkitkan pemuda Turki untuk mendirikan gerakan pembaharuan Turki yang disebut dengan “ Turki Muda “.
Dengan munculnya gerakan kebangsaan Arab yang ingin memisahkan diri dari kekuasaan Usmaniyah, ditambah dengan terbentuknya opini masyarakat yang buruk terhadap pribadi Sultan, pejabat dan pegawai kesultanan yang disebar luaskan oleh media massa, dan menguatnya gerakan Turki Muda di tengah masyarakat, dan pengkhianatan yang dilakukan oleh pejabat dan pegawai kesultanan, diikuti dengan pengepungan istana oleh pasukan militer, dan tekanan dari anggota Parlemen, sehingga pada tanggal 7 April 1909 Sultan Abdul Hamid ditangkap dan diasingkan ke kawasan Selonika setelah berkuasa selama 30 tahun ( 1876-1909).
Kemudian dibentuk komite nasional yang mengangkat Mehmet Resat, adik Sultan Abdul Hamid sebagai sultan yang dikenal dengan nama Sultan Mehmed V ( 1909-1918 ) dan komite nasional merubah sistem kesultanan menjadi sistem parlementer yang memberikan kuasa penuh kepada dewan menteri dibawah kepimpinan perdana menteri. Dengan demikian terjadi perubahan sistem dari sistem khilafah kesultanan kepada sistem parlementer walaupun kedudukan sultan sebagai khalifah tetap dipertahankan. Dibawah kepemimpinan Mehmet V, Turki terlbat dalam perang dunia pertama bersama dengan pasukan Jerman, yang melawan pasukan bersekutu dari Inggeris, Rusia, Perancis dan Amerika Syarikat. Padahal sebelum perang dunia tersebut, Usmaniyah Turki juga telah menghadapi beberapa pemberontakan yang terjadi di negara kekuasaan Usmaniyah seperti di kawasan Balkan yang memberontak ingin lepas dari kekuasaan Usmaniyah. Ditambah lagi dalam kebijakan ikut serta dalam perang dunia pertama tersebut terdapat beberapa perwira senior yang tidak setuju dengan kebijakan Sultan untuk terlibat dalam perang dunia pertama.
Pada saat Mustafa Kamal menjadi panglima pasukan Turki Usmaniyah di kawasan Palestina, maka dia membuat sebuah kesepakatan dengan Allenby, seorang perwira pasukan Inggeris dimana Allenby berkata kepada Mustafa bahwa “ Jika kamu membantu kami memukul mundur pasukan Turki, maka kami serahkan Turki kepadamu sesudah negeri tersebut dapat kami kalahkan “. Mustafa Kamal membuka pintu masuk kepada pasukan Inggeris, dengan jalan menarik mundur pasukannya untuk memberi kesempatan kepada pasukan Inggeris yang dipimpin oleh Allenby sehingga dengan mudah pasukan Allenby mengalahkan pasukan Usmaniyah dan masuk ke kota Jerussalem pada tanggal 17 September 1917 dan menawan seratus ribu pasukan Usmaniyah, sehingga setelah kemenangan tersebut Allenby berkata : “ Sekarang berakhirlah perang salib “.
Mehmed Vahideddin, adik kepada Mehmed V kemudian dipilih sebagai Khalifah Turki Uthmaniyah yang baharu dengan gelaran Mehmed VI (1918-1922). Seperti Mehmed V, dan sultan akhirnya telah digulingkan pada 17 November 1922, dan digantikan oleh Sultan Abdul Majid II (1922-1924). Baginda juga merupakan pemerintah terakhir kerajaan Turki Uthmaniyah setelah digulingkan pada tahun 1924, sebab pada tanggal 3 Mac 1924, institusi khalifah yang diwakili oleh kerajaan Turki Uthmaniyah akhirnya telah dihapuskan oleh sidang parlemen di pimpinan Mustafa Kemal Ataturk sehingga dengan demikian sistem khilafah Usmaniyah Turki yang berlangsung selama lebih kurang 640 tahun digantikan dengan sistem demokrasi parlementer.
Pada bulan maret 1920, Inggeris menduduki kota Istanbul yang kemudian di akhiri dengan perjanjian Sevres yang menyatakan bahwa Usmaniyah Turki harus melepaskan kekuasaannya atas seluruh wilayah Arab yang selama ini menjadi wilayah kekuasaan Kekhalifahan Usmaniyah, sementara itu wilayah Hijaz ( Saudi Arabia ) harus diakui sebagai negara merdeka. Selain itu, Turli usmaniyah harus melepaskan kekuasaannya terhadap wilayah Palestina, Suriah, dan Irak dimana kelanjutannya wilayah tersebut akan ditentukan oleh pasukan sekutu. Kerajaan Inggeris juga menepati janjinya kepada Mustafa Kamal sehingga sesudah Inggeris berhasil menguasai Istanbul, maka Inggeris menyerahkan Turki kepada Mustafa Kamal setelah perjanjian Luzon yang diwakili oleh perundingan antara Menteri luar Negeri Inggeris Lord Cirzon dan Ismail Inonu, pembantu Mustafa Kamal yang terjadi antara november 1922 hinga februasi 1923. Dalam perundingan tersebut ada empat syarat yang harus dilakukan : (1) Harus bersedia menjatuhkan pemerintahan sistem khilafah (2) Usaha apapun yang dilakukan untuk menegakkan kembali sistem khilafah harus ditumpas (3) Harus bersedia mengambil undang-undang Eropa untuk menggantikan undang-undang Islam (4) Harus bersedia memerangi syiar-syiar Islam. Mustafa Kamal berhasil menjadi presiden Turki, dan menjalankan persyaratan yang diajukan oleh Inggeris kepadanya. Mustafa Kamal melarang penggunaan bahasa Arab, melarang penduduk Turki mengenakan busana Muslimah, merubah tulisan dari Aksara Arab kepada aksara latin, merubah masjid Aya Sofia menjadi museum, dan segala sesuatu yang menunjukkan identitas muslim.
Sebelumnya, pada tahun 1917 negara Inggeris, Perancis dan Amerika Syarikat mengeluarkan deklarasi Balfour yang menyatakan bahwa mereka menyetujui berdirinya sebuah negara bagi bangsa yahudi di bumi Palestina, dan menugaskan Allenby untuk melakukan penaklukan ke wilayah tersebut. Setelah itu, Haim Weizman mengirim surat kepada Winston Churchil, perdana Menteri inggeris : ‘ Kami akan tetap hidup di bumi Palestina, baik anda setuju atau tidak setuju. Maka langkah yang paling baik adalah mempercepat proses migrasi masyarakat yahudi ke bumi Palestina”. Akhirnya mereka mendirikan negara di wilayah negeri palestina, padahal mereka merupakan pendatang ke negeri tersebut sebab sebelum kedatangan mereka, wilayah tersebut telah didiami oleh masyarakat Palestina yang memiliki pemerintahan yang sah selama berabad-abad. Tanpa sadar, ternyata di tengah masyarakat modern yang hidup dalam alam demokrasi ini, dan menjunjung tinggi nilai kebebasan dan hak – hak asasi manusia yang didengungkan oleh masyarakat modern selama ini, ternyata masih juga terdapat penjajahan dari suatu bangsa kepada bangsa yang lain, dengan berbagai cara dan strategi. Fa’tabiru ya Ulil albab.
Buletin
Komentar