1458 Makna Idul Fitri

today May 15, 2021 account_circle Arifin Ismail

 

Maka tegakkanlah wajahmu ke atas agama yang lurus. Inilah fitrah yang dijadikan Allah untuk manusia “ ( QS. Ar Rum : 30 )

Idul Fitri terdiri dari  kata “Ied” dan “Fitri”. Kata “Ied” dalam bahasa Arab adalah merayakan dan memperingati sesuatu perintiwa tertentu. “Ied” juga dapat berarti Kembali, karena sesuatu perayaan itu akan selelu diperingati lagi berulang kali. Sehingga kata “Ied” bermakna sesuatu peristiwa yang diulang-ulang peringatannya pada waktu tertentu dengan penuh kegembiraan. Sedangkan “Fitri” berasal dari kata “ fa-ta-ra “, yang bermakna penciptaan. Berarti Iedul Fitri adalah sesuatu perayaan memperingati fitrah penciptaan manusia. Apakah fitrah manusia yang harus selalu kita ingat, sehingga perlu adanya hari raya Idul Fitri pada setiap tahun.

Dalam sebuah hadis, dinyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda : “ Setiap anak itu dilahirkan dalam fitrah. Oleh sebab itu kedua orangtuanya yang menjadikan seseorang anak tersebut menjadi yahudi atau menjadi seorang Nasrani atau menjadi seorang majusi. “ ( hadis Riwayat ). Dari hadis ini dapat kita simpulkan bahwa dari kata-kata “ setiap manusia itu dilahirkan dalam fitrah “kemudian dilanjutkan dengan kalimat “ maka kedua orangtuanya yang menjadikan anak yang terlahir dalam fitrah itu berubah menjadi seorang yahudi, atau seorang nasrani, atau seorang majusi “. Berarti fitrah yang dimaksudkan oleh hadis diatas adalah fitrah tauhid, fitrah beriman kepada Allah Taala. Artinya seluruh manusia pada fitrah asalnya adalah fitrah iman, fitrah tauhid.

Hal ini sejalan dengan ayat al Quran ayat 172-174 dari Surah al A’raf yang menyatakan bahwa : “ Dan ingatlah, ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka seraya berfirman: "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul , Engkau adalah Tuhan kami, kami menjadi saksi". Kami lakukan yang demikian itu agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini kesaksian akan keesaan Tuhan ini" atau agar kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya orang-orang tua kami telah mempersekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami ini adalah anak-anak keturunan yang datang sesudah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan kami karena perbuatan orang-orang yang sesat dahulu?"  Dan demikianlah Kami menjelaskan ayat-ayat itu, agar mereka kembali kepada kebenaran ( QS. Al A’raf : 172 - 174) 

Dengan ayat diatas, Allah memberitahukan kepada  umat manusia bahwasanya manusia pada waktu di alam ruh, sebelum dilahirkan, semuanya telah berjanji di depan Allah, bahwa mereka semua mengakui akan kewujudan Tuhan, beriman kepadaNya. Perjanjian ini dilakukan oleh seluruh umat manusia dari waktu Nabi Adam, manusia pertama sampai manusia yang terakhir pada waktu sebelum hari kamat nanti. Inilah perjanjian keimanan manusia kepada Allah Subhana Wa Taala. Inilah fitrah manusia, fitrah tauhid, fitrah beriman kepadaNya.

Perjanjian ini  diceritakan Allah di dalam al Quran agar manusia tidak lupa akan perjanjian tersebut, sebab itu dalam ayat selanjutnya seakan-akan Allah berfirman : “ Kami cerikatan perjanjian ini kepada kamu sekalian agar nanti kamu nanti di hari akhirat, pada hari perhitungan Allah tidak berkata bahwa kamu tidak mengetahui akan adanya perjanjian ini sebab orangtua kami tidak beriman kepada Engkau, sehingga jika kami tidak beriman kepadaMu itu tidak menjadi kesalahan kami, karena orangtua kami juga tidak beriman kepadaMu dan mempersekutukanMu “. Artinya tidak ada alas an bagi setiap orang untuk tidak beriman kepada Allah, walaupun dia tidak diajarkan oleh orangtuanya, sebab Allah telah menceritakan tentang perjanjian tauhid tersebut kepada seluruh umat manusia melalui ayat- ayat dalam surah al A’raf tersebut. Terlebih lagi agar manusia tidak melupakan perjanjian tauhid tersebut, maka setiap tahun Allah jadikan ada Hari Idul Fitri, Hari untuk memperingati fitrah keimanan tersebut, yang harus tetap ada dalam hati, pikiran manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini, sehingga manusia tidak pernah lupa akan perjanjian iman tersebut.

Setelah manusia sadar bahwa dalam dirinya sudah ada fitrah beriman kepada Allah dengan adanya perjanjian iman pada waktu manusia berada dalam alam ruh, sebelum diciptakan dan dilahirkan secara jasad, kemudian Allah mengingakan lagi bahwa kelanjutan dari fitrah iman tersebut adalah fitrah menjalani melaksanakan ajaran agama yang telah Allah sampaikan kepada manusia melalui perantaraan para rasulNya. Hal ini dinyatakan dalam ayat 30-31 dari surah ar Rum yang bermaksud : “ Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; tetaplah atas fithrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fithrah itu. Tidak ada perubahan pada fithrah Allah. Itulah agama yang lurus;  tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,  dengan kembali bertaubat kepada-Nya dan bertakwalah kepada-Nya serta dirikanlah shalat dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah”.

Ayat diatas menegaskan bahwa jika manusia ingin tetap hidup atas fitrah, maka dia melanjutkan fitrah iman tersebut dengan fitrah menjalan agama yang diridhai oleh Allah Taala, menjalankan hukum-hukum Allah dalam kehidupan yang telah diatur oleh Allah sesuai dengan fityrah manusia itu sendiri. Sehingga jika ada manusia yang tidak mengikuti dan menjalankan hukum Allah dalam kehidupa sehati-hari berarti dia telah hidup yang menyimpang dari fitrah manusia itu sendiri. Jadi fitrah iman dilanjutkan dengan melaksanakan fitah agama . melakukan semua perintahNya dan meninggalkan apa yang dilarangNya dalam seluruh sisi kehidupan.

Dalam ayat tersebut dinyatakan bahwa pelaksanan hukum dan peraturan dari ajaran agama Allah tersebut harus dilakukan dengan penuh kleikhlasan, dan harus suci dan terlepas dari apapun bentuk kemusyrikan. Oleh sebab itu jika ada manusia yang tidak mengikuti ajaran agama Allah dalam kehidupan individu , kehidupan keluarga, dan sosial budaya, tetapi memakai gaya hidup yang dibuatnya sendiri, seuai dengan  keinginan dan hawa nafsunya, berarti dia hidup dalam penyimpangan fitrah dirinya sendiri. Oleh sebab begitu pentingnya hidup dalam petunjuk Allah yang sesuai dengan fitrah inilah, maka setiap awal syawal Kembali diingatkan bahwa manusia harus hidup sesuai dengan fitrah tauhid dan fitrah mengikuti ajaran agama Allah, sebab inilah jalan hidup yang sesuai dengan fitah dan menjamin kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat kelak.

Jika seorang manusia itu menjakankan seluruh kegiata hidupnya sesuai dengan petunjuk dan agama Allah, dengan landasan inman dan tauhid, barulah dapat dikatakan bahw aseluruh perbuatan dan aktibitas itu merupakan sikap penghambaan kepada Allah, sikap Ibadah kepadanya, sebab memang manusia itu diciptakan Allah untuk beribadah kepadaNya sebagaimana dinyatakan dalam ayat 56 dari surah al Dzariyat : “ dan tidaklah  Aku jadikan jin dan manusia kecuali untuk beribadah kepadaKu “.

Seluruh perbuatan manusia dalam bernilai ibadah, jika perbuatan tersebut dilakukan dengan iman kepadaNya, dan mengikuti petunjukNya, baik perbuatan itu yang bersifat ritual, atau non-ritual. Itulah sebabnya dalam shalat kita nyatakan bahwa sesungguhnya ibadah shalatku, dan perbuatan yang lain selain shalat yang dilakukan sejak masa kelahiran sampai masa kematian, itu semua aku lakukan hanya untuk mengharapkan ridha Allah semata-mata “.  

Selain manusia diciptakan untuk beribadah ritual kepada Allah, manusia juga diciptakan Allah sebagai khalifah di atas permukaan bumi. Dengan tugas khalifah, mansuia akan berhubungan dengan manusia yang lain dan alam semesta, dan manusia mempunyai kewajiban untuk mengatur kehidupan dengan manusia yang lain, dan mengatur alam semesta sesuai dengan petunjuk Allah yang telah diberikan kepada manuia. Oleh sebab itu dapat dikatakan bahwa manusia memiliki fitrah untuk dapat mengatur kehidupan sesuai dengan petunjuk Allah. Ini juga merupakan fitrah manusia untuk dapat hidup dengan sesame manusia secara harmoni sehingga mendapatan kebahagian hidup di dunia.

Fitrah manusia untuk dapat hidup bersama , berinteraksi dan bersinergi dengan manusia yang lain ,dalam mengelola kehidupan inilah yang disebut dengan fitrah khalifah, sebagainana dinyatakan Allah dalam kitab suci “ Sesungguhnya Aku ( Allah ) akan menciptakan Khalifah di atas permukaan bumi “ ( QS. AL Baqarah : 30 ).  Sehingga jika ada manusia yang mengatur seluruh kehidupan dengan cara yang tidak ssuai dengan petunjuk Allah, berarti dia telah melakukan penyimpangan fitrah, dan hal itu mengakibatkan kekacauan hidup, sebaliknya jika dia mengelola alam dan kehidupan sesuai dengan fitrah yaitu sesuai dengan petunjuk Allah, maka kedamaian, kesejahteraan dan keberkatan hidup akan dimilinya baik kehidupan di dunia yang singkat ini maupun kehidupan di akhirat yang tidak terbatas oleh waktu. Inilah makna Idul fitri, Kembali kepada fitrah tauhid,  fitrah beribadah dan fitrah menjadi khalifah Allah yang  menjamin kebahagian hidup  setiap insan. Selamat Idul Fitri, Selamat Kembali kepada fitrah, sehinga dengan demikian kita akan menjadi pemenang dalam menghadapi kehidupan. “ Minal Aidin wal Faizin “. Fa’tabiru ya Ulil albab. 

 

Buletin

Share This