1452 CEMBURU DALAM KEBAIKAN

today March 25, 2021 account_circle Arifin Ismail

​​​​​​

 

"Katakanlah sesunguhnya Tuhanku telah mengharamkan perbuatan keji,

baik yang nampak ataupun yang tersembunyi"

(Surah Al A'raf : 33)

 

Menurut Ibnu Qayyim al jauzi dalam kitab Madarijus Salikin, jika Allah mengharamkan sesuatu artinya Allah tidak mau jika ada diantara hambaNya melakukan sesuatu yang tidak baik, dengan demikian sebenarnya Allah cemburu kepada hambaNya sehingga hamba tersebut dipeliharanya dari perbuatan yang tidak baik.

Dari Al Ahwash, dari Abdullah bin Mas'ud berkata bahwa Rasulullah saw bersabda:  "Tidak ada seseorang yang lebih cemburu selain daripada Allah. Diantara cemburuNya adalah Dia mengharamkan kekejian yang nampak maupun yang tersembunyi. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai pujian selain Allah. Karena itu Dia memuji Diri-Nya. Tidak ada seseorang yang lebih mencintai selain daripada Allah. Karena itu Dia mengutus Rasul sebagai pemberi kabar gembira dan peringatan" (hadis sahih riwayat Bukhari dan Muslim).

 Dari Abu Hurairah menyatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah itu cemburu dan sesungguhnya orang mukmin itu cemburu. Kecemburuan Allah ialah jika hamba melakukan apa yang diharamkanNya". ( hadis riwayat Muslim dan Ahmad )

 

Dalam hadis yang lain juga disebutkan pernah suatu hari Rasulullah saw bersabda : “ Apakah kalian (sahabat ) heran dengan kecemburuan Sa'ad ? Ketahuilah bahwa ssungguhnya aku lebih cemburu daripada dia dan Allah lebih cemburu daripada aku ".

Demikian juga ada ulama  Siiry as Saqati  dalam menafsirkan kata "dinding" yang terdapat dalam ayat 45 surah al Isra: "dan apabila kamu membaca Al Quran, niscaya Kami adakan antara kamu dan orang yang tidak beriman kepada hari akhirat itu suatu dinding yang tertutup" (Surah al Isra: 45).

Menurut Sirry as Saqati, maksud dinding itu adalah dinding kecemburuan, sehingga Allah tidak menjadikan orang-orang yang kafir layak untuk memahami kalamNya, mengetahui dan mentauhidkannya serta mencintainya sebagaimana yang di dapatkan oleh orang beriman yang membaca al Quran. Inilah kecemburuan Allah, sebab Dia hanya ingin menerima kecintaan dari mereka yang layak untuk mencintainya dan tidak ingin mendapatkannya dari orang yang kafir padaNya.

 

Menurut Ibnu Qayim cemburu itu ada dua :

  1. Cemburu dari sesuatu , maksudnya adalah kebencian seseorang kepada sesuatu yang bersekutu dalam mencintai kekasihnya.
  2. Cemburu terhadap sesuatu, maksudnya hasrat dan keinginan yang membara terhadap kekasih sehingga engkau takut jika orang lain mendapatkannya atau ada orang lain yang bersekutu untuk mendapatkannya.

 

Dalam hal lain, cemburu juga terbagi dua :

Cemburu Allah kepada manusia,  dan cemburu manusia kepada Allah.

  1. Cemburu Allah terhadap hambaNya, yaitu tidak menjadikan manusia sebagai hamba bagi makhlukNya, tetapi menjadikan manusia sebagai hamba bagi diri-Nya dan tidak menjadikannya sekutu dalam penghambaan tersebut.
  2. Cemburu manusia terhadap Allah terbagi dua, yaitu :
  • Cemburu bagi dirinya, yaitu tidak menjadikan sesuatu perkataan, perbuatan, keadaan, waktu dan nafasnya bagi selain Allah.
  • Cemburu dari selainnya, ialah marah jika ada pelanggaran terhadap hal-hal yang diharamkan Allah atau jika ada pelanggaran  terhadap hak-hak Allah.

 

Dalam Al Quran contoh kecemburuan kepada Allah dikisahkan melalui kisah Nabi Sulaiman:

Beliau  sangat menyukai kuda, sehingga beliau sering sibuk dengan memilih-milih dan memandangi kudanya, sehingga pada suatu hari beliau tertinggal dalam melakukan shalat di siang hari, apalagi matahari pada saat itu tertutup oleh awan. Nabi Sulaiman merasakan cemburu bagi Allah dari kudanya tersebut karena dia merasa akibat sibuk dengan kudanya sehingga  hak-hak Allah terabaikan. Akhirnya beliau meminta agar semua kudanya itu disembelih sebagai bukti cemburunya kepada Allah.

Hal ini  dalam al Quran dijelaskan dengan ayat: 

Ingatlah ketika ditunjukkan kepadanya (Sulaiman) kuda-kuda yang tenang di waktu berhenti dan cepat di waktu berlari, maka dia berkata: Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik (kuda) karena dapat mengingatkan aku kepada Tuhanku, sehingga kuda itu menutup dari pandangan (membuat Sulaiman terlupa mengingat Allah), Sulaiman berkata: Bawalah kuda itu kepadaku lalu dia menyapu (memotong) kaki dan lehernya.

Dan sesungguhnya Kami telah menguji Sulaiman dan Kami jadikan dia terbaring diatas kursi (sakit), kemudian dia bertobat dan berkata: "Ya Allah, ampunilah aku dan anugerahkan kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang sesudahku, sesunguhnya engkau Maha Pemberi" ( Surah Shaad/38 : 31-35)

Dalam sirah juga kita dapatkan bagaimana Rasulullah saw pada suatu hari pernah mendapat hadiah pakaian yang baik dari seseorang, kemudian pada waktu shalat nabi teringat dengan pakaian tadi, sehingga setelah shalat Rasulullah  berkata bahwa pakaian tadi telah menganggu shalatku, maka beliau segera memberikan pakaian itu kepada orang lain.

Demikian juga cemburu Rasulullah dalam berbuat baik. Pada waktu beliau akan hijrah, maka Abubakar telah menyediakan dua ekor unta, tetapi Rasulullah tidak ingin dari pembelanjaan Abubakar, maka beliau segera mengantikan harga unta tersebut kepada Abubakar. Demikian juga pada waktu Rasulullah sampai ke Madinah, dimana tanah yang akan dijadikan masjid itu milik dua orang anak yatim yang telah menghadiahkan kepada beliau, tetapi Rasulullah tidak ingin diberi secara cuma-cuma atau sedekah, tetapi beliau minta dihargakan tanah tersebut dan beliau bayar tanah tersebut sesuai dengan harga yang ditentukan. Ini semua menunjukkan cemburu Rasulullah dalam beramal.

Menurut Ibnu Qayim, ada beberapa tingkatan  cemburu yaitu:

1) Kecemburuan ahli ibadah terhadap sesuatu yang hilang, dan dia segera melakukan ibadah dan perbuatan yang baik dengan lebih lagi untuk menutupi yang hilang tersebut. Seseorang yang tertinggal atau lupa melakukan amalan seperti amal ibadat, maka dia segera meng-qadha perbuatan amal ibadah tersebut, dan menambahkannya dengan amalan-amalan yang sunat serta amal baik yang lain.

 Aisyah berkata bahwa sesungguhnya Rasulullah saw jika tertinggal shalat sunat sebelum dzuhur, maka Nabi akan melakukan shalat sunat qabliyah tersebut (mengqadha) setelah sunat ba'diyah dzuhur (hadis riwayat Ibnu Majah). Ummu Salmah menceritakan bahwa jika rasulullah disibukkan oleh sesuatu sehingga tidak sempat melakukan shalat qabliyah ashar maka nabi akan melakukannya (qadha) setelah shalat fardhu ashar  (hadis riwayat Nasai ).

 

2). Cemburu terhadap waktu yang tertinggal, atau lupa dari mengingat Allah.

 Jika waktu itu sudah berlalu maka dia akan segera memakai waktu di masa yang akan datang dengan lebih bersemangat lagi dengan ibadah yang lebih baik dan lebih tinggi.

Itulah sebabnya dikatakan: Waktu itu adalah pedang, jika engkau tidak mempergunakannya maka dia akan memotongmu. Inilah yang dimaksudkan dengan hadis: "Sesiapa yang tidak berpuasa pada bulan ramadhan dengan sengaja, maka dia tidak dapat mengganti puasanya itu sekalipun dia berpuasa selama setahun penuh ".

3) Cemburu kepada orang yang memiliki makrifat kepada Allah, sehingga dia cemburu jika nafas yang dikeluarkan terlepas dari mengingat Allah, dia ingin agar setiap nafas yang  dilepas dengan syukur kepada Nya.

4) Rasa cemburu untuk berbuat baik, inilah  yang dapat membangkitkan semangat jihad bagi para sahabat, semangat berjuang membela kebenaran dan hak-hak Allah bagi orang mukmin. Cemburu berbuat baik inilah yang disebut dengan ghirah.  

Ghirah juga dapat bermakna marah terhadap segala pelanggaran terhadap hak-hak Allah, marah terhadap pelanggaran hukum Allah, marah terhadap kekufuran, kekafiran dan kemaksiatan, kedzaliman. Inilah yang membuat seseorang mempunyai semangat yang tingi dalam jihad fi sabilillah. Ghirah inilah yang membangkitkan semangat jihad dipadukan dengan kecintaan mencapai keridhaan Allah, membuat mereka lebih suka menjadi syuhada di medan perang.

 Kecemburuan diri untuk berbuat baik inilah yang dapat meningkatkan prestasi seorang hamba dalam beramal. Oleh sebab itu Rasulullah bersabda: “Lihatlah kepada orang dibawah engkau dalam masalah dunia, tetapi lihat kepada orang yang diatas engkau dalam maslah akhirat“.

Maksudnya, jika seseorang ingin meningkatkan amal ibadah, kebaikan dirinya, maka dia sebaiknya melihat kepada orang yang melebihi dia dalam ibadah dan kebaikan, dia harus cemburu kepada orang lain, kenapa dia dapat melebihi saya dalam kebaikan dan amal ibadah.  Sikap cemburu ini akan meningkatkan semangat beribadah dan beramal kebaikan.

 Sedangkan dalam masalah keduniawian, seperti masalah harta kekayaan, maka jangan melihat orang yang diatas, karena nanti kita akan cemburu dengan masalah dunia, tetapi lihat orang yang dibawah kita, sehingga kita tidak akan ingin lebih dari orang lain dalam masalah dunia.

Sudahkan kita cemburu untuk berbuat baik, atau malah kita telah terjebak cemburu untuk mengalahkan orang lain dalam masalah dunia.

Fa’tabiru ya Ulil albab.

 

Buletin

Share This