No 1399 SYUKUR, SABAR DAN RIDHA

 

“ Sesungguhnya orang yang sabar itu akan disempurnakan pahalanya dengan tiada batas “ ( QS. Azzumar : 10 ).

Ibnu Abas menceritakan bahwa pada suatu hari Nabi Muhammad saw bertanya kepada para sahabat-sahabatnya dari kaum Anshar : “ Siapakah kamu ini ? Mereka menjawab : kami ini semua adalah orang yang beriman “. Kemudian nabi bertanya lagi :” Apakah tandanya jika  kalian ini semua orang yang beriman ?. Semua sahabat Anshar tadi menjawab : “ Kami ini semua selalu bersyukur dengan nikmat yang didapat, juga selalu bersabar dengan segala musibah yang diterima, dan hati kami ridha menerima  segala takdir dan ketentuan yang ditetapkan oleh Tuhan keatas keadaan diri kami “. Rasulullah saw menjawab : Demi Tuhan yang memiliki Ka’bah,  kamu ini semua benar-benar telah beriman “ ( Hadis riwayat Thabrani ).

Dari hadis diatas dapat dilihat bahwa tanda seorang itu beriman bukan hanya dengan melakukan ibadah-ibadah ritual, tetapi tanda beriman adalah bagaimana bersikap dalam menerima sesuatu. Jika dia menerima nikmat, maka orang beriman akan bersyukur dengan mempergunakan nikmat dengan sebaik-baiknya sesuai dengan perintah Allah, dan jika seseorang itu dalam menerima nikmat, malah memakai nikmat tersebut kepada sesuatu yang tidak berguna, seperti menghambur-hamburkan uang kemana dia suka, tanpa pernah memikirkan orang lain, berate orang tersebut bukanlah orang yang benar—benar beriman; walaupun dia melakukan zikir, shalat, umrah dan lain sebagainya. Apalagi jika dia memakai harta kekayaannya untuk kemaksiatan atau dosa maka mereka itu bukanlah orang yang benar-benar beriman.

Setiap orang yang beriman, wajib bersyukur atas segala nikmat yang diperolehnya  sebagaimana firman Alah :  “ Dan ingatlah, sesungguhnya Jika kamu bersyukur atas nikmat maka Kami akan menambah nikmat tersebut, tetapi jika kamu tidak bersyukur atas nikmat tersebut, maka azabKu sangat pedih  ( QS. Ibrahim : 7 ) . jika seandainya seseoang tidak bersyukur atas nikmat yang di dapat, malah dengan kenikmatam terseut dia bertambah jauh dalam kemaksiatan dan kekafiran, maka  kenikmatan dapat menjadi penyebab bertambahnya dosa dan kemaksiatan. Dalam kitab suci Al Quran, keadaan tersebut disebut dengan   “istidraj”, yang merupakan tangga menuju kehancuran dan siksaan, sebagaimana diterangkan dalam kitab suci al Quran :  “ dan orang yang mendustakan ayat-ayat Kami, nanti Kami akan menarik mereka perlahan-lahan untuk masuk ke dalam kebinasaan ( istidraj) dengan cara yang tidak mereka ketahui ( QS. Al”a’raf : 182 ).

Tanda kedua adalah orang beriman adalah sabar dalam menghadapi musibah dan cobaan , sebab segala sesuatu datangnya daripada Allah taala. Orang beriman yakin dan percaya bahwa dibalik musibah terdapat rahasia Allah  untuk kebaikan dirinya dan kehidupannya. Sehingga musibah itu bukanlah suatu bencana tetapi sesuatu yang telah Allah tetapkan bagi kebaikan dirinya sendiri. Inilah tanda orang beriman dalam menghadapi musibah. Dalam Al Quran dinyatakan :” Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu merupakan kebaikan bagimu, dan boleh jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal itu merupakan keburukan bagi dirimu . Allah yang Maha Mengetahui, dan kamutidak mengetahui “ (Q.S Al Baqarah : 216) . Seorang beriman yakin bahwa setiap musibah, kegagalan, dan kekalahan terdapat kebaikan , sebagaimana dinyatakan dalam  Al Quran : “ ( maka bersabarlah kamu ) sebab jika kamu mendapat apa yang tidak kamu sukai, maka sesungguhnya di dalamnya terdapat sesuatu kebaikan yang banyak “.  ( QS. an Nisa : 19).

Bagi seorang muslim, setiap musibah yang terkena merupakan peluang untuk mendapat ampunan dosa, sebagaimana dalam sebuah hadis disebutkan: “ Tidak ada sesuatu musibah yang mengenai badan seorang muslim, malainkan musibah itu merupakan penghapus bagi dosa-dosanya “ ( hadis sahih riwayat Ahmad dan Thabrani ). Dalam hadis yang lain : “ Jika seseorang muslim baik laki maupun perempuan menderita sakit maka itu semua merupakan penghapus bagi dosa “ ( Hadis sahih riwayat Ahmad ). Pada suatu hari Abubakar Siddiq bertanya kepada Rasulullah tentang pahala mendapat musibah. Rasul menjawab : “ Allah akan memberimu ampunan atas dosa-dosamu. Apakah engkau tidak merasa sakit ? Apakah engkau tidak merasa susah dengan datangnya musibah? Itu semua akan dibalas Allah dengan ampunan dosa. “.

Musibah dan bencana juga merupakan proses untuk mendapatkan kenaikan pangkat disisi Allah, sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadis : “ Sesungguhnya seseorang itu akan mendapat kedudukan disisi Allah yang tidak dapat dicapai dengan amal ibadah biasa tetapi harus melalui bencana dan musibah yang dirasakannya . Dengan musibah dan bencana itulah maka dia dapat naik ke tingkat yang lebih tinggi disisi Allah “. ( Hadis riwayatAbu Daud ). Berarti bencana dan musibah merupakan tangga untuk mencapai tingkat yang lebih tinggi disisi Allah, diatas tingkat yang dapat dicapai dengan ibadah seperti shalat dan lain sebagainya. Dengan demikian , maka mereka yang terkena musibah dan bencana sebenarnya mendapat kehormatan daripada Allah untuk naik pangkat daripada orang yang tidak mendapat musibah dan bencana.

Selain mendapat ampunan dosa, naik pangkat, maka seseorang yang terkena musibah dan bencana akan mendapat pahala sabar, dan pahala sabar adalah tidak terbatas sebagaimana disebutkan dalam kitab suci Al Quran : “ Sesungguhnya orang-orang yang sabar itu akan disempurnakan pahalanya dengan tiada batas “ ( QS. Azzumar : 10 ). Dalam hadis yang lain juga disebutkan : “ Tiada kebaikan bagi seorang hamba yang tiada hilang harta bendanya, dan tiada sakit tubuhnya, karena sesungguhnya Allah Taala apabila akan mengasihi seorang hamba, niscaya dicobanya hamba tersebut dengan musibah dan bencana; dan apabila dicobanya, maka dijadikannya hamba tersebut sabar dalam menghadapinya “ ( hadis riwayat Ibnu Abiddunya dari sahabat Said al Khudri ). Dalam hadis yang lain juga disebutkan : “ Jika Allah menginginkan kebaikan kepada seseorang, maka Allah berikan musibah dan bencana kepadanya “( hadis riwayat Bukhari daripada sahabat Abu Hurairah ).

Kadang kala kita melihat seorang mukmin terkena musibah, sedangkan orang yang kafir terus mendapat nikmat, mengapa dapat terjadi ? Ibnu Abbas, seorang sahabat Nabi berkata : “ Salah seorang dari nabi-nabi terdahulu mengadu kepada Tuhannya. Nabi itu berkata : Wahai Tuhanku. Hamba yang beriman ini taat kepadaMu dan menjauhi diri dari perbuatan-perbuatan maksiat kepada Engkau. Waalupun demikian, dia tidak dapat menikmati kenikmatan dunia sebagaimana yang lain dan malahan dia mendapat musibah dan bencana. Sedangkan hambaMu yang kafir, tidak taat kepadaMu , berani melawanMu dengan melakukan kemaksiatan dimana-mana, mendapat kenikmatan dunia dan terhindar daripada bencana.”. Mendengar keluhan nabi tersebut, Allah Taala menurunkan wahyu kepada nabi tersebut : “ Hamba-hamba itu adalah milikKu. Bencana itu juga adalah milikKu. Semuanya bertasbih memuji Aku. Hambaku yang beriman itu tidak terlepas dari dosa-dosa, maka Aku jauhkan dunia kenikmatan dunia daripadanya, dan Aku datangkan bencana kepadaNya. Bencana itu akan menutup dosa-dosanya, sehingga nanti Dia akan bertemu denganKu; maka Aku berikan kepadanya segala balasan kebaikan yang telah dilakukannya. Sedangkan orang kafir itu walaupun dia itu kafir, tetapi dia itu mempunyai perbuatan yang baik kepada mansuia yang lain, maka Aku balaskan kebaikannya tersebut dengan mendapat kenikmatan dunia dan terhindar daripada bencana, sampai dia berjumpa denganKu, dan pada waktu itulah Aku akan balas segala kekafirannya”.

Tanda ketiga orang yang beriman adalah redha dengan keputusan Tuhan. Redha berarti menerima keputusan kalah- atau menang denganhati yang lapang. Jika mendapat kemenangan maka siap untuk menjalankan tugas sebagai tanda kesyukuran kepada Tuhan, dan jika dinyatakan kalah, mnaka terima dengan hatiyang lapang, dan merasa itu lebih baik daripada menang. Seorang ulama tasauf, Ibnu Athaillah Sakandari menyatakan : “ Keredhaan adalah mengarahkan perhatian hati kepada ketentuan Tuhan bagi si hamba dan meninggalkan ketidaksenangan “. Seorang ulama yang lain, Ruwaim menyatakan :’ Keredhaan adalah tenangnya hati dalam menjalani ketetapan Allah “. Bagi orang yang beriman, kalah dan menang baginya sama saja, dua-dua merupakan ujian Allah. Menang berarti Allah menguji dia apakah dia bersyukur dan dapat menjalankan amanah dengan baik sedangkan kalau kalah berarti Allah menguji kesabarannya, dan memberikan kesempatan kepada dirinya untuk menilai diri terhadap hidupnya selama ini, dengan penilaian tersebut dia dapat meningkatkan amal saleh, pengabdian dan pelayanan kepada masyarakat. Itulah sebabnya Umar bin Khattab berkata : ” Saya tidak peduli apakah hari in isaya mendapat nikmat atau mendapat musibah ”.Mengapa demikian, karena bagi Umar, nikmat atau musibah sama-sama ujian Allah. Jika dengan nikmat dia dapat bersyukur maka dia lulus ujian, dan jika dengan musibah dia dapat sabar, berarti dia lulus ujian. Semoga kita  dapat bersyukur dengan nikmat, bersabar dengan setiap musibah dan redha dengan semua yang telah terjadi, karena semuanya itu adalah takdir Ilahi.. Fa’tabiru Ya Ulil albab. ( Muhammad Arifin Ismail ).

 

Share This Post

Subscribe To Our Newsletter

Get updates and learn from the best

More To Explore

Do You Want To Boost Your Business?

drop us a line and keep in touch

Discover more from ISTAID Center

Subscribe now to keep reading and get access to the full archive.

Continue reading